Asal Usul Ketupat Lebaran dan Filosofinya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
5 April 2024 10:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi asal usul ketupat Lebaran. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asal usul ketupat Lebaran. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketupat adalah salah satu makanan yang identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketupat adalah makanan yang dibuat dari beras dan dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa, berbentuk kantong segi empat, kemudian direbus, dimakan sebagai pengganti nasi.
ADVERTISEMENT
Namun, tahukah Anda bagaimana asal usul ketupat Lebaran? Kenapa makanan ini dijadikan salah satu makanan yang selalu ada di meja makan saat Hari Raya Idul Fitri? Simaklah artikel ini untuk penjelasan lengkapnya.

Asal Usul Ketupat Lebaran

Ilustrasi asal usul ketupat Lebaran. Foto: unsplash
Beberapa orang berpendapat bahwa ketupat adalah singkatan dari "ngaku lepat" dalam bahasa Jawa yang artinya mengakui kesalahan. Kemudian, janur atau daun kelapa yang masih muda adalah perwujudan dari "sejatine nur" atau cahaya yang melambangkan kondisi manusia setelah mendapatkan pencerahan di bulan Ramadan.
Menyadur buku Makna Ketupat dalam Upacara Telung Bulan di Denpasar oleh Ni Made Yuliani dan I Ketut Wardana Yasa pada 2020, ketupat telah dikenal sejak zaman Hindu-Buddha. Dalam Kakawin Kresnayana, Kidung Sri Tanjung, dan Kakawin Subadra Wiwaha dapat ditemukan istilah kupat, khupat-khupatan, dan akupat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, ketupat diangkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan. Dewi Sri adalah salah satu dewi tertinggi dan terpenting untuk masyarakat yang mata pencahariannya bertani.
Namun, seiring berjalannya waktu, Dewi Sri tak lagi dipuja sebagai dewi kesuburan, tetapi hanya sebagai lambang yang dipresentasikan dalam bentuk ketupat. Hal ini karena terjadinya desakralisasi dan demitologisasi. Kemudian, ketupat dijadikan sebagai simbol syukur kepada Tuhan.
Lebih lanjut, dikutip dari an-nur.ac.id, ketupat telah ada sejak ratusan tahun lalu bahkan sudah dibuat sejak era Kerajaan Demak. Berdasarkan buku Malay Annual karya Hermanus Johannes de Graff, ahli sejarah Belanda, ketupat pertama kali muncul di Jawa pada abad 15, tepatnya saat kepemimpinan Kerajaan Demak.
ADVERTISEMENT
Bentuk ketupat saat itu mirip dengan ketupat saat ini, yaitu seperti kantong segi empat. Asal usul ketupat Lebaran pertama kali dikenal masyarakat umum berkat Sunan Kalijaga atau Raden Mas Sahid, salah satu wali Islam di Jawa.
Salah satu cara Sunan Kalijaga berdakwah adalah memperkenalkan ketupat sebagai hidangan Lebaran. Pada saat itu, masyarakat Jawa yang masih memeluk kepercayaan Kejawen menganggap ketupat adalah simbol kesucian dan kesederhanaan. Namun, Sunan Kalijaga memberi makna baru pada ketupat menjadi lambang pengakuan kesalahan.
Setelah agama Islam diterima secara luas, ketupat akhirnya melekat menjadi hidangan khas Hari Raya Idul Fitri. Ketupat umumnya disajikan bersama opor ayam, sayur labu siam, sambal goreng ati, dan lainnya.
ADVERTISEMENT

Filosofi Ketupat Lebaran

Ketupat Lebaran. Foto: instagram.com/@pbsfmserang
Ketupat tak hanya sekadar hidangan Hari Raya Idul Fitri, tetapi juga memiliki makna filosofis. Dikutip dari situs kedungboto.desa.id, berikut ini filosofi ketupat Lebaran:

1. Janur Kuning

Sebagian besar daerah menggunakan janur kuning, walaupun sesekali ada juga yang menggunakan daun kelapa tua dengan warna hijau tua. Menurut mitos, janur tersebut adalah lambang sebagai penolak bala.
Tak hanya untuk ketupat, janur kuning juga banyak ditemukan pada acara pernikahan. Dalam falsafah Jawa, janur kuning memiliki makna "sejane ning nur" artinya arah menggapai cahaya Ilahi. Adapun kuning diartikan sebagai "sabdo dadi", yaitu yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening.
ADVERTISEMENT

2. Bentuk Ketupat dengan Empat Sudut

Empat sudut pada ketupat Lebaran melambangkan "kiblat papat limo pancer" atau empat arah mata angin dan satu pusat. Bentuk ini mencerminkan keseimbangan alam.
Secara religius, filosofi dari bentuk ketupat dengan empat sudut adalah ke mana saja manusia berjalan selalu menuju satu arah, yaitu Allah SWT.
Sedangkan, berdasarkan nilai-nilai moral, bentuk ketupat mencerminkan empat nafsu manusia, yaitu amarah, pemuas rasa lapar, memiliki sesuatu yang indah, dan memaksakan diri. Empat nafsu tersebut mampu ditaklukan dengan berpuasa.
Sehingga, ketupat yang dikeluarkan saat Lebaran disimbolkan bahwa orang yang memakannya adalah orang yang dianggap sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut.

3. Anyaman Ketupat

Ketupat terbuat dari janur kuning yang dianyam. Menurut orang Jawa, anyaman ketupat tersebut memiliki makna sebagai kesalahan doa manusia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, cara makan ketupat adalah dengan dibelah. Ketika dibelah, ketupat akan menampakkan warna putih. Proses ini memiliki makna kebersihan dan kesucian manusia yang telah diperoleh usai melakukan amal ibadah selama bulan Ramadan.

4. Beras

Ketupat diisi dengan beras, kemudian direbus hingga matang dan padat. Dalam tradisi sebagian besar masyarakat Indonesia, beras memiliki filosofi khusus, yaitu melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.
Beras dalam ketupat memiliki makna sebagai hati dan jiwa manusia yang bersih dari empat macam nafsu. Dengan begitu, manusia akan mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan apabila memiliki hati dan jiwa yang bersih.

Cara Membuat Ketupat Lebaran

Ketupat Lebaran. Foto: Shutterstock
Ketupat adalah hidangan yang berasal dari beras dan dibungkus dengan daun kelapa yang masih muda. Berikut ini cara membuat ketupat yang dirangkum dari buku Hidangan Ketupat Nusantara yang Paling Laku Dijual oleh Aliza pada 2013.
ADVERTISEMENT

Bahan-Bahan

Cara Membuat

(NSF)