Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ayah Nabi Musa Bernama Siapa?
5 November 2021 13:35 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nabi Musa AS merupakan salah satu utusan Allah SWT yang hidup di Mesir. Ayah Nabi Musa bernama Imran bin Qaits, dan ibunya bernama Yukabad. Nabi Musa hidup pada zaman kekejaman dan kezaliman penguasa Mesir, Raja Firaun.
ADVERTISEMENT
Nabi Musa mendapat mukjizat dari Allah SWT yaitu kemampuan mengubah tongkat menjadi ular hingga membelah lautan. Nabi Musa termasuk Nabi dan Rasul Ulul Azmi, sebab memiliki kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi Firaun.
Pada zaman itu, setiap kelahiran bayi laki-laki harus dibunuh. Itu merupakan peraturan kejam yang ditetapkan Firaun . Firaun takut anak laki-laki akan tumbuh menjadi pemuda yang akan melawan dan menggoncang pemerintahahannya.
Oleh karenanya, setiap putra Bani Israil tidak diizinkan melihat dunia meskipun sekejap mata. Nasib nahas itu pun menimpa Nabi Musa.
Penasaran dengan kisah Nabi Musa? Berikut kisahnya.
Kisah Kelahiran Nabi Musa
Alih-alih bahagia melahirkan seorang anak, ibunda Nabi Musa dirundung kecemasan yang teramat sangat, karena yang dilahirkannya merupakan bayi laki-laki.
ADVERTISEMENT
Selama tiga bulan lamanya, Yukabad dan Imran bin Qaits menyembunyikan putra mereka. Setiap hari mereka dirundung kekhawatiran, takut kalau-kalau soal kelahiran Nabi Musa terbongkar.
Sampai suatu hari kemudian, ibunda Nabi Musa berpikir untuk menyelamatkan anaknya. Sebab, lama kelamaan keberadaan Nabi Musa pasti akan diketahui oleh petugas kerajaan.
Dilanda kebingungan yang teramat sangat, Yukabad pun kemudian mendapat ilham dari Allah SWT untuk menghanyutkan Nabi Musa ke Sungai Nil.
“Susuilah dia. Dan, apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan, janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul,” begitu perintah Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam Alquran Surat Al-Qashash Ayat 7.
ADVERTISEMENT
Yukabad pun kemudian membuat sebuah peti tertutup dan memasukkan Nabi Musa ke dalamnya. Sambil menangis, ia menghanyutkan keranjang berisi peti tersebut di aliran Sungai Nil.
Yukabad begitu diliputi kesedihan dan kekhawatiran. Namun, sang ibunda memasrahkan Nabi Musa kepada Allah SWT. Cukup Allah SWT yang akan menyelamatkan buah hatinya.
Sebagai upaya, sang ibunda meminta putrinya Miryam untuk mengikuti kemana peti yang ia hanyutkan itu terbawa aliran sungai. “Ikutilah dia,” kata Yukabad kepada Miryam dengan kesenduan di wajahnya.
Kakak perempuan Nabi Musa tersebut pun diam-diam mengikuti aliran sungai. Atas kehendak Allah SWT, peti Nabi Musa menuju sungai di dekat istana.
Saat itu, istri Firaun, Asiyah, tengah berada di kebun istana dekat sungai bersama para pelayannya. Ketika melihat peti yang hanyut, ia pun meminta pelayannya untuk mengambil peti tersebut. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat bayi yang menggemaskan berada di dalam peti.
ADVERTISEMENT
Sekali melihat Nabi Musa, Asiyah langsung jatuh hati. Allah SWT memang menurunkan rasa sayang pada setiap orang yang melihat si kecil Musa. Namun, Firaun telah melarang setiap bayi laki-laki hidup. Oleh karenanya, Asiyah pun membujuk suaminya untuk mengadopsi Nabi Musa sebagai anak angkat.
Akhirnya, setelah berhasil membujuk suaminya, Nabi Musa diangkat menjadi putra angkat kedua dari Firaun dan istrinya. Dengan demikian, selamatlah Nabi Musa.
Miryam yang melihat adiknya dapat selamat pun merasa lega. Kendati begitu, Yukabad terus dirundung kesedihan dan kesepian karena kehilangan bayi mungilnya. Namun, Allah Mahapengasih dan Penyayang. Nabi Musa kembali ke dekapan ibunda untuk disusui.
Saat melihat adiknya dirawat istri Firaun, Miryam segera menawarkan bantuan untuk mencarikan wanita yang bisa menyusui bayi tersebut.
ADVERTISEMENT
Tentunya, Asiyah membutuhkan wanita yang dapat menyusui anak angkatnya tersebut. “Maukah kamu aku tunjukkan ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” tawar Miryam.
Ahlul bait yang ditawarkan Miryam tersebut tidak lain merupakan ibunya Musa, Yukabad. Asiyah pun menerima tawaran tersebut dan membuat Yukabad dapat kembali memeluk putranya tercinta.
Perjalanan Hidup Nabi Musa
Nabi Musa tumbuh menjadi pria yang sangat baik. Selama bertahun-tahun, ia beserta pengikutnya bersabar dalam menghadapi kekejaman Firaun.
Pada puncaknya, Firaun mengakui dirinya sebagai Tuhan. Atas seizin Allah SWT, Nabi Musa dan pengikutnya pergi dari Mesir untuk menuju Syam. Mendengar kabar kepergian Musa, Firaun murka dan bersama bala tentaranya mengejar Nabi Musa.
ADVERTISEMENT
Saat Firaun dan tentaranya hampir menyusul rombongan Nabi Musa, perjalanan mereka terhambat lautan yang luas. Turunlah wahyu Allah SWT kepada Nabi Musa yang berbunyi sebagai berikut,
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu, maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Alquran Surat Asy-Syu’ara Ayat 63)
Lautan pun dengan sekejap terbelah. Nabi Musa dan rombongannya bergegas melintasi lautan disusul oleh Firaun beserta bala tentaranya.
Nabi Musa dan pengikutnya berhasil melewati lautan. Lautan kemudian kembali seperti semula, Firaun dan bala tentaranya binasa karena tenggelam di dalam lautan tersebut.
(SFR)