Bacaan Niat Puasa Ganti Ramadan dalam Hukum Islam

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
17 April 2024 4:20 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Niat Puasa Ganti Ramadan. Unsplash/Rauf Alvi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Niat Puasa Ganti Ramadan. Unsplash/Rauf Alvi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puasa Ramadan diperbolehkan untuk ditinggalkan jika alasannya dibenarkan baik dalam Al-Quran maupun hadis. Salah satunya bagi kaum muslimah yang mengalami haid. Untuk itu, wajib baginya untuk melakukan niat puasa ganti Ramadan sebagai salah satu amalan.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari buku Kitab Terlengkap Bersuci, Shalat, Puasa, Shalawat, Surat-surat Pendek, Hadits Qudsi dan Hadits Arba’in Pilihan, Ustaz Rusdianto, (2017), bagi umat Islam yang telah baligh, mengganti puasa Ramadan adalah sebuah kewajiban.
Untuk dapat mengerjakan puasa ganti Ramadan, tentunya kita perlu mengetahui bagaimana tata caranya untuk menunaikan puasa ganti Ramadan. Salah satu rangkaian ibadahnya yang tidak boleh ditinggalkan adalah mengamalkan niat puasa ganti Ramadan.

Bacaan Niat Puasa Ganti Ramadan

Ilustrasi Niat Puasa Ganti Ramadan. Unsplash/Milada V.
Bagi yang meninggalkan puasa Ramadan dengan alasan yang diperbolehkan, maka akan diwajibkan untuk mengganti puasanya yang ditinggalkan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 184 seperti berikut:
أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
ADVERTISEMENT
Ayaaman mmaedudat ۚ faman kan minkum mmaridan 'aw ealaa safar faeiddat min 'ayaam 'ukhar ۚ waealaa alladhin yutiqunah fidyat taeam miskin ۖ faman tatawwae khayran fahu khayr llah ۚ wa'an tasumuu khayr llakum ۖ 'iin kuntum taelamun
Artinya: "(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al Baqarah:184)
ADVERTISEMENT
Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa jika seseorang mengalami sakit atau sedang berada dalam perjalanan yang dapat membuatnya sulit menunaikan ibadah puasa, maka diperbolehkan baginya untuk mengganti kewajiban puasanya di hari lain.
Adapun bacaan niat puasa ganti Ramadan dalam hukum Islam adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah Swt.”
Mengganti puasa Ramadan dapat dilaksanakan seperti puasa pada umumnya, yaitu mulai dari fajar terbit hingga matahari terbenam. Setelah itu, dapat berbuka di waktu maghrib. Adapun tata cara untuk mengganti puasa Ramadan adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Ketentuan Puasa Ganti Ramadan

Ilustrasi Niat Puasa Ganti Ramadan. Pexels.com.
Mengutip dari laman kemenag.go.id, berikut adalah beberapa ketentuan dalam mengganti puasa Ramadan yang wajib diketahui umat muslim:

1. Jumlah Puasa yang Diganti

Jumlah hari puasa yang diganti harus sesuai dengan jumlah puasa yang telah ditinggalkan selama bulan suci Ramadan. Jika jumlah hari yang tidak berpuasa terlupa, maka dianjurkan untuk menggantinya dengan jumlah maksimal dari puasa yang tidak dilaksanakan.
Hal itu sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 184. Dan mengenai ketentuan lain tentang tata caranya tidak ada lagi selain dalam ayat tersebut. Adapun mengenai wajib tidaknya dalam mengganti puasa dilakukan secara berurutan, ada dua pendapat.
Pendapat pertama, menyatakan bahwa jika hari puasa berurutan yang telah di­tinggalkan maka harus secara berurutan pula dilaksanakannya, hal ini karena sebagai pengganti puasa yang telah ditinggalkan, sehingga hukumnya wajib dilakukan secara sepadan.
ADVERTISEMENT
Pendapat kedua, pelaksanaan mengganti puasa tidak harus dilakukan secara berurutan, karena tidak ada dalil atau hadis yang menyatakan mengganti puasa harus berurutan. Selain itu, hal ini juga terdapat dalam sebuah hadis dengan sabda Rasulullah saw:
قَضَاءُ رَمَضَانَ إنْ شَاءَ فَرَّقَ وَإنْ شَاءَ تَابَعَ
Qada' ramadan 'in sha' farraq wa'in sha' tabae
Artinya "Qadha' (puasa) Ramadan itu, jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya berurutan. " (HR. Daruquthni, dari Ibnu 'Umar).
Dengan demikian, dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mengganti puasa tidak wajib dilakukan secara berurutan. Tetapi, juga dapat dilakukan dengan leluasa, dapat dikehendaki kapan saja. Boleh secara berurutan, juga boleh secara terpisah.
ADVERTISEMENT

2. Jika Mengganti Puasa Tertunda Sampai Ramadan Berikutnya

Ketika Ramadan berikutnya sudah datang, tetapi seseorang masih memiliki tanggungan hutang puasa karena alasan syar'i yang sah maka yang harus dilakukan adalah dengan cara berpuasa dengan ditambah membayar fidyah kepada seorang miskin.
Fidyah tersebut sebesar satu mud, atau kurang lebih tujuh ons bahan makanan pokok seperti beras, untuk setiap satu hari puasa yang telah ditinggalkan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis berikut.
وَمَنْ) أَيْ وَكَمَنْ (قَدْ أَمْكَنَهُ) قَضَاءُ مَا فَاتَهُ مِنْ رَمَضَانَ (وَأَخَّرَ الْقَضَاءَ عَنْ كُلِّ سَنَةٍ) إلَى رَمَضَانَ ثَانٍ فَإِنَّهُ يَلْزَمُهُ لِكُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ بِمُجَرَّدِ دُخُولِ رَمَضَانَ لِخَبَرِ أَبِي هُرَيْرَةَ: مَنْ أَدْرَكَهُ رَمَضَانُ فَأَفْطَرَ لِمَرَضٍ، ثُمَّ صَحَّ وَلَمْ يَقْضِهِ حَتَّى أَدْرَكَهُ رَمَضَانُ آخَرُ صَامَ الَّذِي أَدْرَكَهُ ثُمَّ يَقْضِي مَا عَلَيْهِ، ثُمَّ يُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا. رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيّ وَالْبَيْهَقِيُّ
ADVERTISEMENT
Waman) 'ay wakaman (qad 'amkanahu) qada' ma fatah min ramadan (wa'akhkhar alqada' ean kull sanatin) 'ilaa ramadan than fa'innah yalzamuh likull yawm mudd bimujarrad dukhul ramadan likhabar 'abi hurayrata: man 'adrakah ramadan fa'aftar limaradin, thumm sahh walam yaqdih hatta 'adrakah ramadan akhar sam alladhi 'adrakah thumm yaqdi ma ealayhi, thumm yuteim ean kull yawm miskinan. rawah alddaraqutni walbayhaqi
Artinya, “Orang yang memungkinkan qadha puasa yang ia tinggalkan (tetapi) ia tunda hingga bulan Ramadan berikutnya, maka dia terkena kewajiban fidyah satu mud tiap satu hari disebabkan sudah masuk bulan Ramadan (yang kedua) dengan dalil hadis yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah. “Barang siapa yang menemui bulan Ramadan, dan ia tidak berpuasa karena sakit, kemudian ia sembuh dan tidak mengganti (qadha) puasanya hingga menemui bulan Ramadan berikutnya, maka ia harus (tetap) menggantinya dikemudian hari serta memberi makan orang miskin (membayar fidyah) tiap satu hari (satu mud).” Diriwayatkan oleh Imam Ad-Daruquthni dan Imam Baihaqi.” (Zakariya Al-Anshari, Al-Ghurarul Bahiyyah, [Mesir, Al-Mathba'ah Al-Maimuniyyah], jilid II, halaman 234).
ADVERTISEMENT

3. Jika Meninggal Dunia sebelum Mengganti Puasa

Memenuhi kewajiban membayar utang adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Sehingga bagi orang yang meninggal dunia sebelum memenuhi kewajiban mengganti puasa Ramadan, artinya sama dengan memiliki utang kepada Allah Swt.
Oleh sebab itu, pelaksanaan mengganti puasa Ramadan orang yang meninggal dunia tersebut dapat diganti dengan fidyah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
مَن مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيُامْ أُطْعِمَ عَنْهُ مَكَانَ يَوْمٍ مِسْكِيْنٌ
Artinya: "Siapa saja meninggal dunia dan mempunyai kewajiban puasa, maka dapat digantikan dengan memberi makan kepada seorang miskin pada tiap hari yang ditinggalkannya." (HR Tirmidzi, dari Ibnu 'Umar).
Selain itu, pelaksanaan dalam mengganti puasa Ramadan juga boleh dilakukan oleh orang lain, dengan seizin atau atas perintah keluarganya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
ADVERTISEMENT
مَنْ مَاتَ وَ عَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
Artinya: "Siapa saja meninggal dunia dan mempunyai kewajiban qadha puasa, maka walinya (keluarganya) berpuasa menggantikannya." (HR. Bukhari dan Muslim, dari Aisyah).
Demikian bacaan niat puasa ganti Ramadan dalam hukum Islam. Puasa ini tidak boleh ditunaikan di hari-hari yang dilarang untuk berpuasa seperti hari tasyrik dan hari raya Islam. (LA)