Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Buzzer Politik: Ketahui Definisi dan Jenisnya
18 November 2021 11:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut buku Media Kiblat Baru Politik Indonesia oleh Rizky Chairani Kusumastuti, dkk., seiring berkembangnya teknologi dan informasi, media sosial menjadi salah satu senjata politik yang cukup ampuh. Hal ini karena pengaruhnya dinilai bisa membujuk masyarakat agar menerima informasi yang disampaikan.
Kondisi itu menjadikan sejumlah pihak memanfaatkan keberadaan pendengung untuk memperkuat posisi atau memengaruhi khalayak. Salah satunya yang berkaitan dengan citra mereka di publik.
Buzzer
Dalam buku Demokrasi Milenial oleh Galih Prasetyo, buzzer adalah orang atau sekelompok tim kerja yang mampu memengaruhi orang lain melalui unggahan yang menarik perhatian publik. Di era digital seperti saat ini, pendengung menjadi profesi yang menjanjikan.
Secara harfiah, buzzer dapat disebut sebagai alat yang dimanfaatkan untuk memberi informasi atau pengumuman tertentu dan menjadi media yang cocok untuk mengumpulkan massa.
ADVERTISEMENT
Menurut Prasetyo, keberadaan pendengung telah ada sebelum media sosial merebak seperti saat ini. Hal itu ditandai dengan kemunculan para pemengaruh (influencer) yang dijadikan panutan (role model) untuk memengaruhi perilaku seseorang.
Pendengung atau buzzer memiliki jenis yang beragam, mulai dari YouTuber, selebgram, selebtwit, hingga buzzer politik .
Buzzer Politik
Menurut buku Klarifikasi Al-Qur'an Atas Berita Hoaks oleh Idnan A. Idris, buzzer politik adalah seorang individu atau kelompok yang melakukan aktivitas pemasaran politik dan menyebarkan informasi di berbagai media komunikasi digital.
Keberadaan pendengung politik salah satunya untuk memengaruhi publik, sehingga informasi yang disampaikan menjadi perbincangan atau viral . Menurut Idris, terdapat dua kategori pendengung di dunia politik, antara lain:
ADVERTISEMENT
Pendengung independen akan bekerja sesuai dengan keinginan pihak yang membayarnya. Biasanya tarif menggunakan jasa buzzer dihargai sesuai jumlah pengikut dan tingkat kerumitan yang akan dihadapi.
Menurut Prasetyo dalam buku Demokrasi Milenial, pendengung politik memiliki karakter berbeda. Beberapa di antaranya memakai identitas asli dengan jumlah pengikut media sosial yang fantastis. Namun, ada pula yang menggunakan akun anonim.
Buzzer politik yang menggunakan identitas asli umumnya lebih rasional dalam membuat konten. Hal tersebut karena terdapat beban moral dan etika terhadap para pengikutnya. Baik pendengung yang menggunakan identitas asli maupun anonim, memiliki tingkat inovasi yang setara dalam menarik atensi ataupun mengumpulkan massa.
(ANM)