Cerita Rakyat Betawi: Asal-Usul Nama Pancoran dan Legenda Kampung Condet

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2021 11:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Betawi mempunya sejumlah kebudayaan yang diturunkan secara turun-temurun. Sumber: Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Betawi mempunya sejumlah kebudayaan yang diturunkan secara turun-temurun. Sumber: Kumparan
ADVERTISEMENT
Betawi merupakan salah satu suku yang tinggal dan banyak menempati wilayah di ibu kota DKI Jakarta. Betawi tentunya memiliki sejumlah kebudayaan yang diteruskan secara turun-temurun oleh masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Betawi juga mempunyai cerita rakyat yang dipercayai oleh masyarakat betawi. Salah satu cerita betawi yang sangat terkenal adalah cerita rakyat Si Pitung.
Tak hanya Si Pitung, ada banyak cerita dan legenda yang diyakini oleh masyarakat betawi, yaitu legenda asal usul nama Pancoran dan Condet.
Pancoran dan Condet adalah salah satu wilayah yang terdapat di DKI Jakarta. Penasaran dengan asal usul kedua wilayah ini? Berikut ceritanya.

Cerita Rakyat Betawi

Menurut Isnain dalam Cerita Rakyat Bangka Belitung Pangkalpinang, cerita rakyat adalah sebuah ekspresi budaya suatu masyarakat lewat bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya seperti agama dan kepercayaan, undang-undang kegiatan ekonomi sistem kekeluargaan dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut.
Di Indonesia, ada banyak sekali cerita-cerita rakyat yang terdapat di suatu daerah, termasuk DKI Jakarta. Masyarakat betawi ialah keturunan dari masyarakat yang menempati wilayah Batavia (sekarang Jakarta).
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Sahabat Indonesiaku: Membaca Jakarta Cerita Rakyat yang ditulis oleh Yolanda Putri Novytasari, berikut cerita rakyat betawi:
1. Asal-Usul Nama Pancoran
Salah satu cerita rakyat betawi adalah asal-usul nama Pancoran. Sumber: Kumparan
Alkisah hiduplah seorang raja di daerah Jakarta Selatan. Konon istri sah raja dikaruniai tiga orang pangeran yang gagah berani bak kuda sembrani, yaitu Pangeran Jaya, Suta, dan Gerinda.
Suatu hari kerajaan berencana memilih penerus takhta. “Tinggalkan istana besok! Akan ada ujian yang kalian hadapi di sana!" sabda Raja kepada putra-putranya.
Mereka memulai perjalanan. Di kala kehausan mereka menemukan telaga pancuran. Kedua adik Pangeran Jaya langsung meminum air pancuran itu meski sudah ia larang.
Seketika keduanya tewas terkapar. Pangeran Jaya sangat terkejut. Tiba-tiba muncul seorang kakek yang berkata, “Adik-adikmu meminum air pancuran tanpa izin. Jika adikmu bisa kuhidupkan kembali, apakah kau mau mati menggantikan mereka?"
ADVERTISEMENT
"Baiklah," jawabnya.
Seketika Pangeran Suta dan Pangeran Gerinda hidup kembali. Namun, Pangeran Jaya mendapati dirinya tetap hidup.
"Aku bangga dengan pengorbananmu, Jaya," kata si Kakek. Lalu, ia menaruh sebilah tongkat sembari berkata, “Yang bisa mengangkat tongkat ini, dialah ahli waris takhta kerajaan."
Kakek misterius yang menaruh tongkat itu pun menghilang.
Pangeran Suta dan Pangeran Gerinda mencoba mengangkat tongkat itu, tetapi tidak bisa. Akan tetapi, Pangeran Jaya dapat mengangkat tongkat itu.
Kedua adiknya pun sadar bahwa ialah yang paling pantas menggantikan ayah mereka. Pangeran Jaya akhirnya mewarisi takhta. Sejak kejadian di pancuran tersebut lokasi pancuran itu kemudian dinamakan Pancoran.
2. Legenda Kampung Condet
Ilustrasi kampung Condet. Sumber; Jakartakita.com
Pada abad ke-18 M ada seorang pangeran bernama Geger. Dia dikenal dengan sebutan Pangeran Codet karena bekas luka di dahinya. Putrinya bernama Maemunah.
ADVERTISEMENT
Suatu hari pemuda bernama Astawana menikahi Maemunah. Mereka mengadakan acara ramah-tamah untuk merayakan pernikahan itu.
Astawana membuatkan Maemunah dua rumah di dua wilayah, yang sekarang bernama Balekambang dan Batu Ampar. Rumah tersebut dibangun dengan pepohonan rindang dan rerumputan hijau di sekitarnya.
Selang beberapa waktu Pangeran Codet wafat. Maemunah kemudian menjadi penguasa di wilayah itu. Daerah kekuasaannya disebut sebagai wilayah Codet yang lama-kelamaan diucapkan dengan nama Condet.
Wilayah Condet terusik oleh kedatangan kompeni yang terus-menerus merampas tanah penduduk. Jika ada penduduk yang melawan, kompeni tidak segan membunuh mereka.
Ada seorang kompeni bernama Jan Ament. Ia bolak-balik mengintai Maemunah untuk merampas hartanya. Dengan cara licik, ia mengalahkan Astawana dan menjadi penguasa di Condet.
ADVERTISEMENT
Ia memaksa rakyat untuk melakukan kerja paksa terus-menerus. Rakyat Condet bersepakat melakukan perlawanan.
Pertahanan kompeni porak-poranda oleh serangan mereka. Kompeni terluka dan lari tunggang-langgang.
Namun, rakyat Condet akhirnya kalah setelah kompeni mendapat bantuan pasukan. Astawana tewas tertembus peluru, sedangkan para pengikutnya ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
Tanah Condet kembali menjadi milik rakyat setelah Indonesia merdeka. Saat ini Kampung Condet di Kelurahan Balekambang dan Kampung Gedong di Kelurahan Batuampar dipisahkan oleh Jalan Raya Condet.
(SAI)