Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berdirinya Pemerintahan Daulah Abbasiyah
17 Januari 2022 13:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya Daulah Abbasiyah! Daulah Abbasiyah adalah penerus dan pengganti dari pemerintahan sebelumnya, yakni Daulah Umayyah.
ADVERTISEMENT
Daulah Abbasiyah adalah sekelompok orang yang memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad melalui jalur paman nabi yang bernama Al-Abbas bin Abdul Muththalib ibn Hasyim. Kelompok ini kemudian membentuk khilafah dan menggantikan Daulah Umayyah setelah keruntuhannya pada tahun 750 M.
Daulah Abbasiyah berdiri secara resmi pada tahun 750 M oleh Abdullah al-Saffah dengan ibu kota pemerintahannya berpusat di Baghdad. Pendirian Daulah Abbasiyah disebabkan oleh berbagai macam faktor. Untuk mengetahui lebih jelas, simak uraian lengkapnya berikut ini.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berdirinya Pemerintahan Daulah Abbasiyah
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VIII oleh Muhammad Ahsan dan Sumiyati, adapun faktor-faktor pendorong berdirinya Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya Persaingan dalam Memperebutkan Kursi Kekhalifahan
ADVERTISEMENT
Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas dan memiliki pengaturan yang tidak jelas.
Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat untuk memperebutkan kursi kekhalifahan dan perselisihan di kalangan anggota keluarga istana.
2. Adanya Konflik Politik di Masa Pemerintahan Sebelumnya
Latar belakang terbentuknya Daulah Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Khulafaur Rasyidin sebelumnya, yaitu Ali bin Abi Thalib.
Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, seperti di masa awal dan akhir, maupun secara tersembunyi, seperti di masa pertengahan kekuasaan Daulah Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
ADVERTISEMENT
3. Pertentangan Etnis
Pada masa kekuasaan Daulah Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam , semakin meruncing.
Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Daulah Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.
Di samping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Daulah Umayyah.
4. Kebiasan Hidup Mewah dan Kurangnya Perhatian terhadap Perkembagan Agama
Lemahnya pemerintahan Daulah Umayyah yang disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan saat mereka mewarisi kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, para ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama Islam sangat kurang.
5. Munculnya Kekuatan Baru dan Hilangnya Kecintaan Raykat
Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abd al-Muthalib.
Selain itu, hilangnya kecintaan rakyat pada akhir pemerintahan Daulah Umayyah. Salah satu alasannya karena kesombongan para pembesar Daulah Umayyah di akhir pemerintahannya.
(SFR)