Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Gempa Bumi dan Tsunami Merupakan Salah Satu Gejala Geografi, Mengapa Demikian?
26 November 2021 16:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gempa bumi dan tsunami merupakan salah satu gejala geografi karena keduanya termasuk contoh gejala pada litosfer. Sebagai lapisan terluar dari struktur bumi, litosfer merupakan kerak yang bersifat rapuh.
ADVERTISEMENT
Menurut Ahmad Yani, dkk., dalam buku Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer, gejala geografi dapat diartikan sebagai hubungan antarA satu peristiwa dengan peristiwa lain yang terjadi di muka bumi. Fenomena tersebut terdiri dari lima jenis, yaitu gejala pada atmosfer, gejala pada hidrosfer, gejala pada litosfer, gejala pada biosfer, dan gejala pada antroposfer.
Gejala Geografi
Berikut penjelasan dan contoh gejala geografi, dikutip dari buku Geografi 1: Jelajah Bumi dan Alam Semesta yang disusun oleh Hartono.
a. Gejala pada Atmosfer
Gejala pada atmosfer bisa mengakibatkan terjadinya curah hujan, penipisan ozon, pemanasan global, pergantian cuaca, dan perubahan musim di berbagai belahan dunia.
Kondisi tersebut menyebabkan berbagai peristiwa. Saat musim hujan datang, misalnya, para petani mulai menggarap lahannya (sawah tadah hujan). Contoh lain, hampir semua penduduk yang berada di negara beriklim subtropis menggunakan pakaian tebal saat musim dingin tiba.
ADVERTISEMENT
b. Gejala pada Litosfer
Gejala pada litosfer merupakan fenomena alam yang berkaitan dengan tanah dan batuan di bumi. Contoh peristiwanya adalah gempa bumi, tsunami , pergerakan lempeng bumi, lipatan dan patahan, gunung meletus, aktivitas magma pada gunung api, dan gravitasi bumi yang mengakibatkan satelit komunikasi mengelilingi bumi.
Salah satu contoh gejala pada litosfer dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan terasering atau sengkedan yang digunakan pada lahan di daerah miring. Hal itu dilakukan agar mengurangi risiko terjadinya erosi.
c. Gejala pada Hidrosfer
Gejala pada hidrosfer merupakan fenomena yang berhubungan dengan ketersediaan air di permukaan bumi. Fenomena tersebut berhubungan dengan arus laut, gelombang laut, dan daerah aliran sungai.
Contoh gejala pada hidrosfer di kehidupan sehari-hari, yaitu besar-kecilnya air limpasan di bumi dapat dipengaruhi oleh intensitas hujan dan penggunaan lahan oleh manusia. Air limpasan menjadi semakin banyak bila daerah resapan air semakin sedikit akibat adanya aktivitas pembukaan lahan maupun permukiman.
ADVERTISEMENT
Fenomena lain, yaitu mencairnya es di kutub utara yang berdampak pada kurangnya daratan di kutub, kenaikan permukaan air laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan perubahan kadar garam serta suhu air laut.
d. Gejala pada Biosfer
Gejala pada biosfer berhubungan dengan sumber daya alam berupa persebaran flora maupun fauna yang ada di Bumi. Contoh gejala pada biosfer, yaitu secara tradisional masyarakat Thailand menggunakan gajah untuk membantu pekerjaannya. Sementara itu, masyarakat di Indonesia memanfaatkan kuda, sapi, dan kerbau untuk membantu aktivitasnya.
Hal tersebut disebabkan karena keberadaan dan persebaran dari hewan-hewan itu sendiri. Contoh lainnya, yaitu bila suatu daerah mayoritas menghasilkan padi, dengan demikian penduduknya juga akan menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya.
e. Gejala pada Antroposfer
ADVERTISEMENT
Gejala pada antroposfer ini berkaitan dengan mobilitas penduduk dan kebiasaan dari manusia itu sendiri. Adapun contoh gejala antroposfer meliputi aspek demografi yang terdiri dari kualitas penduduk, jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, komposisi penduduk, dan mobilitas penduduk.
(ZHR)