Ikatan Ion: Pengertian, Jenis, Faktor Pembentuk, dan Contohnya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
3 Februari 2024 13:27 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ikatan ion. Unsplash.com/Elevate
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ikatan ion. Unsplash.com/Elevate
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ikatan ion merupakan istilah dalam ikatan kimia yaitu antara dua atom atau lebih muncul karena bergabungnya atom lain yang bersangkutan dan membentuk senyawa.
ADVERTISEMENT
Pembentukan ikatan ion ini pada umumnya diarahkan pada pembentukan konfigurasi senyawa elektronik yang stabil.
Sifat stabil kelompok gas mulia dicerminkan dari harga energi ionisasi yang tinggi, tertinggi pada periodenya, dan afinitas elektronnya yang rendah, terendah dalam periodenya.

Pengertian Ikatan Ion

Ilustrasi ikatan ion. Unsplash.com/Louis-Reed
Dikutip dari e-Modul Kimia Kelas X, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ikatan ion adalah sebuah atom atau kumpulan beberapa atom yang mengandung muatan listrik negatif maupun positif.
Ion negatif atau anion merupakan atom bermuatan negatif dan memiliki area yang mengikat elektron. Sedangkan ion positif atau kation yang merupakan unsur atom yang memiliki muatan positif disebabkan melepaskan elektron.
Dalam ikatan ion, G.N Lewis memberi pengertian tentang atom yang bergabung untuk dapat mencapai konfigurasi elektron stabil dengan mengikuti gas mulia. Beberapa konsep ikatan ion yang dikemukakan lewis yaitu:
ADVERTISEMENT

1. Elektron Valensi

Elektron pada bagian terluar ikatan ion juga dikenal dengan elektron valensi. Fungsinya berperan penting pada ikatan kimia.

2. Ikatan Kimia dengan Atom Lain

Untuk dapat mencapai kestabilan konfigurasi elektron, atom melakukan ikatan ion dengan atom lainnya dengan dua cara, pertama dengan cara transfer atau serah-terima elektron valensi.
Kedua dengan cara pemakaian bersama sekutu elektron (sharing), atau patungan dari beberapa elektron valensi dan atom yang menyusunnya.

3. Serah Terima Elektron untuk Menghasilkan Kation dan Anion

Ikatan ion dengan serah terima atau transfer elektron dapat menghasilkan ion negatif (anion) bagi penerima elektron dan ion positif (kation) bagi atom yang melepaskan elektron.
Sehingga ikatan yang terjadi pada keduanya adalah akibat gaya elektrostatik. Inilah yang disebut dengan ikatan ionik.

4. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen sendiri adalah ikatan kimia yang melibatkan penggunaan elektron secara bersamaan diantara beberapa atom. Pasangan elektron ini dipakai secara bersamaan dan terbentuk oleh beberapa atom yang saling berikatan.
ADVERTISEMENT
Keduanya bisa saja berasal dari dua atom yang tergabung atau dapat pula berasal dari salah satu gabungan atom. Ikatan ion terbentuk karena adanya gaya elektrostatis antara beberapa ion yang bermuatan berlawanan pada suatu senyawa kimia.
Ikatan ion dapat terjadi karena adanya transfer elektron, maka bisa diramalkan bahwa beberapa unsur golongan alkali (elektron valensi ns¹) dan golongan alkali tanah (elektron valensi ns²) yang memiliki kecenderungan kuat dalam membentuk ikatan ion dengan beberapa unsur golongan halogen (elektron valensi ns² dan np⁵) termasuk oksigen (elektron valensi ns² dan np⁴).
Kesimpulannya, pengertian dari ikatan ion adalah interaksi unsur yang mudah melepas elektron dan sulit melepas elektron dengan serah terima elektron. Ikatan ion terbentuk dari unsur non logam dan logam.
ADVERTISEMENT

Jenis-Jenis Ikatan Ion

Ilustrasi ikatan ion. Unsplash.com/Chromatograph
Beberapa jenis ikatan ion yang umum diketahui adalah natrium klorida (NaCl), kalium bromida (KBr), dan magnesium oksida (MgO). Dengan penjelasan berikut:

1. Natrium Klorida (NaCl)

Ikatan ion natrium klorida terbentuk dari ion natrium (Na⁺) dan ion klorida (Cl⁻). Natrium yang merupakan satu elektron valensi yang dapat dengan mudah dilepaskan, bisa berubah menjadi kation atau ion positif (Na⁺).
Kemudian klor yang butuh satu elektron untuk mencapai kestabilan konfigurasi bisa menjadi anion atau ion negatif (Cl⁻). Pada saat natrium dan klorida bertemu, ikatan ion natrium memberi kandungan elektronnya kepada klorida dan terjadilah proses transfer elektron.
Kemudian hasilnya natrium klorida berubah menjadi ion positif atau kation (Na⁺) karena kehilangan satu elektron dan klorida berubah menjadi anion atau ion negatif (Cl⁻) akibat menerima elektron tersebut.
ADVERTISEMENT
Ikatan ion ini terjadi akibat adanya gaya elektrostatik antara kation dan anion yang saling tarik menarik. Struktur kristalnya natrium klorida membentuk kisi yang cukup kuat akibat gaya tarik-menarik ini.
Hasilnya, menciptakan kristal stabil dan padat yang diketahui sebagai garam meja atau natrium klorida (NaCl).

2. Kalium Bromida (KBr)

Ikatan ion jenis kalium bromida dapat terjadi antara ikatan ion kalium (K⁺) dan ikatan ion bromida (Br⁻). Kalium mempunyai satu jenis elektron valensi yang bisa mudah dihilangkan hingga berubah menjadi kation.
Kemudian sebaliknya, apabila bromida membutuhkan satu elektron untuk dapat mencapai kestabilan konfigurasi, agar berubah menjadi anion.
Sebelum terbentuk menjadi kalium bromida, kalium terlebih dahulu melepaskan elektron kepada bromida. Ini menyebabkan kalium berubah menjadi kation (K⁺) dan bromida menjadi anion.
ADVERTISEMENT
Ikatan ion ini terjadi sebab adanya gaya elektrostatik cukup kuat antara kation dan anion (Br⁻). Hal ini menghasilkan struktur kristal yang membentuk padatan stabil pada suhu kamar.
Kalium bromida juga bisa membentuk kristal berbentuk kubus warna putih. Seperti halnya dengan banyak ikatan ion lainnya, kalium bromida juga mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi akibat ikatan ion yang sangat kuat pada struktur kristalnya.
Senyawa ini dapat juga larut dalam air disebabkan interaksi ionnya dengan molekul air polar.

3. Magnesium Oksida (MgO)

Ikatan ion magnesium oksida terjadi pada ion magnesium (Mg2⁺) dan ion oksida (O2⁻). Magnesium mempunyai 2 elektron valensi yang bisa dilepaskan, hingga berubah menjadi ion positif (Mg2⁺).
Sementara, oksigen membutuhkan dua jenis elektron untuk dapat mencapai kestabilan konfigurasi agar berubah menjadi ion negatif (O2⁻).
ADVERTISEMENT
Di saat pembentukan magnesium oksida, disini magnesium melepaskan dua elektron pada oksigen dan mengakibatkan magnesium berubah menjadi ion positif (Mg2⁺) dan oksigen berubah menjadi ion negatif (O2⁻).
Magnesium oksida dapat dijumpai pada bentuk padatan putih dan struktur kristal yang dapat membentuk kisi yang kuat.
Ikatan ion ini memiliki sifat titik didih dan titik leleh yang tinggi, kemampuan larut dalam air, senyawa ini juga bisa digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk sebagai bahan yang tahan api, konstruksi, dan berbagai macam bahan produksi logam magnesium.

Faktor Pembentuk Ikatan Ion

Ilustrasi ikatan ion. Unsplash.com/Fulvio-Ciccolo
Dalam membentuk suatu ion, atom akan melepaskan atau mengikat pada elektron. Atom yang memiliki energi ionisasi rendah, misalnya atom dari golongan IA dan IIA pada sistem periodik unsur dan akan memiliki kecenderungan melepaskan elektron.
ADVERTISEMENT
Sedangkan atom yang memiliki afinitas elektron besar, contohnya pada atom golongan VIA dan VIIA pada sistem periodik unsur nantinya cenderung mengikat pada elektron.
Ikatan ion atau disebut elektrovalen pada umumnya terbentuk dari atom logam dan atom nonlogam.
Ini bisa terjadi akibat atom unsur logam cenderung melepaskan elektron yang membentuk anion dan atom nonlogam cenderung lebih menangkap elektron hingga terbentuk kation.
Dua ikatan antara anion (ikatan ion negatif) dan kation (ikatan ion positif) membentuk gaya elektrostatis hingga disebut dengan ikatan ion.

Sifat-Sifat Fisis Ikatan Ion

Ilustrasi ikatan ion. Unsplash.com/Vedrana-Filipovic
Dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Kimia, Ikatan Kimia (2020,11), sifat fisis ikatan ion terbentuk dari gaya elektrostatis yang kuat diantara anion atau ion negatif dan kation atau ion positif ikatan ion tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada fase padat membentuk suatu struktur kristal. Contoh dari susunan ion Na⁺ dan Cl- yang membentuk suatu struktur kristal NaCl. setiap ikatan ion Na⁺ dikelilingi oleh 6 ikatan ion Cl- dan setiap ion Cl- dikelilingi dengan unsur 6 ikatan ion Na⁺.
Beberapa sifat fisis ikatan ion lainnya adalah sebagai berikut:

1. Memiliki Sifat Keras tapi Rapuh

Apabila ikatan ion terkena suatu energi contohnya dipukul memakai palu, maka lapisan yang dikenai pukulan tersebut akan mengalami pergeseran.
Ion yang memiliki muatan sama tentunya akan saling menolak. Terjadinya tolak menolak antara beberapa ion ini menyebabkan tingkat kekuatan ikatan ion mengalami pengurangan hingga menyebabkan ikatan ion bersifat rapuh.

2. Memiliki Titik Leleh dan Titik Didih Tinggi

Ikatan ion antara ion positif dan ion negatif sangat kuat. Sehingga untuk memutuskan ikatan kedua ion ini diperlukan energi yang besar.
ADVERTISEMENT
Hal ini yang menyebabkan ikatan ion memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi. Contohnya pada NaCl yang memiliki titik leleh sebesar 801 ∘C sedangkan titik didih sebesar 1.465 ∘C.

3. Larut dalam Air

Ikatan ion dapat larut dalam senyawa pelarut air, akan tetapi pada umumnya tidak dapat larut dalam senyawa pelarut organik.

4. Memiliki Sifat Konduktor pada Listrik

Ikatan ion tidak dapat menghantarkan listrik saat berada pada fase padat, melainkan dapat menjadi penghantar listrik pada saat fase cair (leleh) atau saat ikatan ini larut dalam air.

Contoh Ikatan Ion

Ilustrasi ikatan ion. Unsplash.com./Terry-Visidis
Beberapa contoh ikatan ion adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, ikatan ion atau elektrovalen adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat adanya gaya elektrostatik pada ion positif atau kation (+) dari unsur logam dengan ion negatif atau kation (-) dari unsur logam. (winazen)