Konten dari Pengguna

Kapan Perjanjian Bongaya Ditandatangani?

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
13 Juni 2022 20:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perjanjian Bongaya. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perjanjian Bongaya. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Perjanjian Bongaya merupakan perjanjian yang berisi tentang pembagian wilayah kekuasaan antara Kerajaan Gowa Tallo dan VOC. Lalu, kapan Perjanjian Bongaya ditandatangani?
ADVERTISEMENT
Artikel di bawah ini akan memberitahukan latar belakang mengenai Perjanjian Bongaya beserta waktu perjanjian tersebut disepakati yang menarik untuk diketahui.

Latar Belakang dan Kapan Perjanjian Bongaya Ditandatangani?

Perjanjian Bongaya ditandatangani oleh Sultan Hasanuddin, Raja Gowa, pada 18 November 1667 di Desa Bongaya, Sulawesi Selatan. Sultan Hasanuddin merupakan raja yang sangat anti terhadap dominasi asing dan menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC.
Karena keberanian dan kebesarannya, Hasanuddin terkenal dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda. Kekuasaan Kerajaan Makasar terus meluas bahkan Kerajaan Bone juga dapat dikuasai.
Dikisahkan dalam buku Sejarah terbitan Yudhistira Ghalia Indonesia, Kesultanan Gowa terletak di ujung selatan Sulawesi (wilayahnya sekitar kota Makassar sekarang).
ADVERTISEMENT
Gowa merupakan kerajaan yang memiliki kekuatan militer besar. Karena itu, Gowa masih menjadi perintang bagi monopoli Belanda dan disebutnya sebagai pusat "perdagangan gelap" rempah-rempah.
Penduduk Kerajaan Gowa terdiri dari suku Makassar sehingga sering juga disebut Kerajaan Makassar. Di sebelah utara Kerajaan Gowa terdapat kerajaan-kerajaan kecil (salah satunya Kerajaan Bone) yang berpenduduk suku Bugis.
Penguasaan Gowa atas kerajaan-kerajaan suku Bugis mengakibatkan timbulnya kebencian terhadap Gowa. Kondisi seperti itulah yang dimanfaatkan VOC untuk menghancurkan Gowa. VOC bermaksud untuk menghancurkan Gowa dari dalam dengan politik adu dombanya (devide et impera).
Karena itu, VOC segera menjalin kerja sama dengan Aru Palaka (1634-1696), seorang pangeran Bugis dari Kerajaan Bone. Pada tahun 1660 Aru Palaka bersama kira-kira 10.000 orang Bugis dari Bone melakukan pemberontakan kepada Gowa, tapi gagal.
Ilustrasi perang. Foto: Pixabay
Dia bersama pengikutnya melarikan diri serta diberi perlindungan oleh VOC untuk tinggal di Batavia. Di Batavia, Aru Palaka ikut bergabung dalam tentara VOC dan menjadi prajurit yang tangkas.
ADVERTISEMENT
Permusuhan antara VOC dengan Gowa sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1615. Serangan VOC atas Gowa pada tahun 1660 telah memaksa Sultan Hasanuddin menerima persetujuan perdamaian pada tahun 1660.
Namun ternyata, perjanjian perdamaian tersebut tidak dapat mengakhiri permusuhan, lebih-lebih setelah Sultan Hasanuddin tahu bahwa VOC memberikan perlindungan kepada Aru Palaka. Setelah melihat bahwa usaha perdamaian sulit diwujudkan, VOC kemudian memutuskan untuk menyerang Gowa.
Pada tahun 1666, VOC mengirimkan ekspedisi terdiri dari 21 kapal yang mengangkut tentara berkebangsaan Eropa, ditambah serdadu serdadu Ambon beserta Aru Palaka dan anak buahnya di bawah pimpinan Cornelis Speelman.
Sebagaimana yang diharapkan oleh VOC, kedatangan Aru Palaka ke kampung halamannya mendorong orang-orang Bugis untuk bangkit melawan Gowa. Cornelis Speelman berhasil menghancurkan armada Gowa, sementara Aru Palaka memimpin pertempuran di darat.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu kesempatan, pasukan Kerajaan Gowa tidak mampu lagi menghadapi pasukan Belanda yang dilengkapi dengan persenjataan mutakhir.
Selain itu, tambahan pasukan dari Batavia untuk menghadapi perlawanan yang satu ini hampir seluruh kekuatan dikerahkan oleh VOC dan terkonsentrasi untuk menghancurkan Sultan Hasanuddin.
VOC keluar sebagai pemenang dan Sultan Hasanuddin diharuskan menandatangani Perjanjian Bongaya (18 November 1667). Speelman, selaku panglima perang Belanda, pernah menyatakan bahwa ini menjadi legenda besar.
Hal tersebut dikarenakan berhasil membuat Sultan Hasanuddin bertekuk lutut di Makassar dalam sebuah perlawanan paling dahsyat yang tidak ada duanya sepanjang sejarah peperangan yang pernah dialami VOC.

Isi Perjanjian Bongaya

Ilustrasi Perjanjian Bongaya. Foto: Pixabay
Mengutip buku Awal Mula Muslim Di Bali Kampung Loloan Jembrana Sebuah Entitas Kuno oleh H. Bagenda Ali, hal-hal penting dari isi Perjanjian Bongaya antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Perjanjian ini sempat dibatalkan oleh Sultan Hasanuddin pada awal 1668. Akan tetapi, pada 1669, Aru Palaka menyerang Benteng Somba Opu dengan kekuatan 7.000-8.000 pasukan sehingga Benteng Somba Opu berhasil ditaklukkan.
Sementara itu, Sultan Hasanuddin dan pasukannya melarikan diri. Beliau meninggal pada 1670. Hingga kini, Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pahlawan paling berani dari Makassar.
(NDA)