news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kebudayaan Pacitan dan Teknologi Tradisionalnya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
26 Januari 2022 15:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi peninggalan zaman prasejarah. Sumber Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peninggalan zaman prasejarah. Sumber Pixabay
ADVERTISEMENT
Apa yang dimaksud dengan Kebudayaan Pacitan adalah salah satu kebudayaan pada saat zaman prasejarah. Kebudayaan ini termasuk ke dalam peninggalan dari manusia prasejarah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Teknologi tradisional dalam Kebudayaan Pacitan didominasi oleh batu atau peralatan yang terbuat dari batu. Secara umum, teknologi tradisional diartikan sebagai teknologi yang tak terpengaruh dengan teknologi dari wilayah luar Nusantara. Teknologi ini juga diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang.

Pengertian Teknologi Tradisional

Mengutip dari laman kemdikbud.go.id, teknologi tradisional adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang atau cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau kenyamanan hidup manusia.
Keseluruhan sarana itu berupa produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat sebagai pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya. Selanjutnya, hal-hal tersebut dikembangkan secara terus menerus dan diwariskan lintas generasi.
Sampai saat ini, terdapat teknologi dari zaman batu yang masih digunakan. Contohnya cobek untuk menumbuk bumbu-bumbu masak.
Ilustrasi Kebudayaan Pacitan. Foto: Pixabay.

Seputar Kebudayaan Pacitan

Seperti namanya, kebudayaan dari zaman prasejarah ini berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Alat dari batu banyak ditemukan di daerah tempat berkembangnya kebudayaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA/MA/SMK/MAK yang ditulis Amurwani Dwi L. dkk., dari hasil penelitian seorang ahli bernama G.H.R. von Koeningwald pada 1935, ditemukan beberapa hasil teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu di Sungai Baksoka dekat Punung. Alat batu itu masih kasar dan bentuk ujungnya agak runcing, tergantung kegunaannya.
Alat batu tersebut sering disebut dengan kapak genggam atau kapak perimbas. Kapak itu dimanfaatkan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian.
Di samping kapak perimbas, ditemukan juga alat batu yang disebut dengan chopper di Pacitan. Alat ini digunakan sebagai alat penetak. Selain itu, di Pacitan juga ditemukan alat-alat serpih.
Oleh Koeningswald, Alat-alat itu kemudian digolongkan sebagai alat-alat “paleolitik” yang bercorak “Chellean”. Istilah tersebut merujuk pada suatu tradisi yang berkembang pada tingkat awal paleolitik di Eropa.
ADVERTISEMENT
Pendapat Koeningswald tersebut kemudian dianggap kurang tepat setelah peneliti lainnya, yakni Hallam L. Movius, Jr., menyatakan bahwa temuan di Punung itu sebagai salah satu corak perkembangan kapak perimbas di Asia Timur. Adapun tradisi kapak perimbas yang ditemukan di Punung itu lalu dikenal dengan nama “Budaya Pacitan”.
Mengutip buku yang ditulis Amurwani Dwi L. dkk., teknologi kapak perimbas tersebar di wilayah Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Flores, dan Timor. Daerah Punung merupakan daerah yang paling kaya akan kapak perimbas. Hingga saat ini, tempat tersebut merupakan tempat penemuan terpenting di Indonesia.
Pendapat para ahli condong ke jenis manusia Pithecanthropus atau keturunan-keturunannya sebagai pencipta Kebudayaan Pacitan. Pendapat ini sesuai dengan pendapat tentang umur budaya Pacitan yang diduga dari tingkat akhir Plestosin Tengah atau awal permulaan Plestosin Akhir.
ADVERTISEMENT
(AMP)