Konten dari Pengguna

Kelemahan Teori Sudra dan Kelebihannya terhadap Perkembangan Ajaran Hindu-Buddha

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
9 Maret 2022 20:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Apa saja kelemahan teori Sudra maupun teori lain mengenai masuknya Hindu-Buddha? Lalu, bagaimana penjelasan mengenai kelemahan-kelemahannya tersebut?
ADVERTISEMENT
Pada berbagai teori yang diungkapkan oleh para ahli sejarah mengenai masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, terdapat kelebihan yang mendukung kebenaran dari teori yang digagaskan. Akan tetapi, terdapat juga kelemahan yang menjadikan suatu teori tersebut mulai diragukan.
Perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha sudah berlangsung sangat lama dan telah menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Menurut Taufik Abdullah dalam buku berjudul Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X yang ditulis oleh Amurwani Dwi L. dkk., periode Hindu-Buddha berlangsung selama kurang lebih 12 abad.
Masa Hindu-Buddha bisa dibagi menjadi tiga, yaitu masa pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan. Pada abad ke-16, kemudian Islam mulai mendominasi Nusantara.
Meskipun demikian, bukan berarti pengaruh budaya Hindu-Buddha telah digantikan oleh budaya Islam. Bentuk peradaban Hindu-Buddha masih dapat terlihat hingga saat ini, misalnya, dalam wujud sastra dan arsitektur.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagiamana proses masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia?
Mengutip dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X yang disusun oleh Mariana, secara garis besar peneliti membagi proses masuknya budaya Hindu-Buddha menjadi dua.
Pendapat pertama mengacu pada anggapan bahwa masyarakat Indonesia pasif dalam proses ini. Pendukung konsep pertama ini berasumsi bahwa telah terjadi penjajahan oleh orang India.
Teori-teori yang termasuk dalam kelompok pendapat pertama antara lain teori Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra. Pendapat kedua yang muncul kemudian memberikan peran aktif pada bangsa Indonesia. Apa yang termasuk dalam pendapat kedua ini adalah teori Arus Balik.
Ilustrasi Candi Borobudur, peninggalan agama Budhha. Foto: Unsplash.com

Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia

Mengenai teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat dari para ahli sejarah yang saling bertolak belakang. Sebagian ahli menganggap bahwa bangsa Indonesia bersikap pasif dan hanya menerima pengaruh budaya yang datang dari India.
ADVERTISEMENT
Menurut buku yang berjudul IPS Tepadu: Jilid 1B karya Y. Sri Pujiastuti dkk., para sejarawan yang mendukung pendapat ini, mengungkapkan bahwa pengaruh budaya Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia melalui penjajahan langsung dan tidak langsung oleh orang India.
Kemudian, para ahli mengajukan empat teori. Seluruh teori tersebut dapat menjelaskan bagaimana orang India dapat memperkenalkan agama dan budaya Hindu ke masyarakat Indonesia. Keempat teori tersebut antara lain teori Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra.
Dari keempat teori tersebut, teori Brahmana memiliki penjelasan yang terbilang paling kuat. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa kekuasaan terbesar dalam agama Hindu dipegang oleh kaum Brahmana.
Umat Hindu berjalan menuju candi saat upacara Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (13/3). Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO

Teori Sudra dan Teori Tentang Proses Masuknya Hindu-Buddha Lainnya

Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai isi teori yang ada, berikut teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia yang dikutip dari buku IPS Terpadu: Jilid 1B karya Y. Sri Pujiastuti dkk., dan buku Top No. 1 Ulangan Harian SMP/MTS Kelas 7 karya Tim Guru Indonesia.
ADVERTISEMENT
1. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh Van Faber. Teori Sudra adalah teori yang menjelaskan bahwa masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara dipengaruhi oleh Sudra. Dalam hal ini, para sudra yang dihina di India pergi dan menetap di Indonesia. Kemudian, mereka menyebarkan agama Hindu-Buddha ke masyarakat setempat.
2. Teori Brahmana
Lalu, teori Brahmana adalah teori yang dikemukakan oleh J.C. Van Leur. Menurut teori ini, para brahmana dan biksu India datang ke negara karena diundang oleh kepala suku setempat yang tertarik untuk belajar tentang agama Hindu.
Setelah memeluk agama, kepala suku mengangkat seorang brahmana sebagai penasihat. Kemudian, agama ini semakin meluas dari lingkungan keraton hingga ke kalangan masyarakat kecil.
3. Teori Kesatria
Kemudian ada teori Kesatria yang dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Teori ini menjelaskan bahwa Hindu-Buddha masuk ke Indonesia karena golongan kesatria atau kasta Kesatria.
ADVERTISEMENT
Penjajahan antara orang India dan memicu terbentuknya kawasan komunitas yang menjadi tempat penyebaran agama Hindu-Buddha.
4. Teori Waisya
Menurut teori Waisya yang dikemukakan oleh N.J. Krom, agama Hindu-Buddha dibawa dan disebarkan oleh para pedagang India yang berasimilasi dengan penduduk setempat.
Dengan kata lain, mereka menyebarkan budaya India melalui hubungan dengan penguasa Nusantara dan ikatan perkawinan dengan penduduk asli.
5. Teori Arus Balik
Adapun teori lainnya adalah teori Arus Balik yang dikemukakan Van Leur. Teori ini mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia sendiri memiliki peran besar dalam penyebaran agama Hindu-Buddha. Para pedagang Indonesia yang berlayar ke India membawa ajaran Hindu untuk disebarkan di negara tersebut.
Ilustrasi proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Foto: Unsplash.com

Kelemahan Teori Sudra dan yang Lainnya

Mengutip dari modul yang ditulis Mariana, adapun kelemahan teori Sudra maupun teori lainnya mengenai masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Teori Sudra (Van Faber)
Budak dan tawanan tidak mengerti huruf Sanskerta dan Pallawa.
2. Teori Brahmana (Van Leur)
Dalam tradisi Hindu-Buddha, para Brahmana pantang menyeberangi laut.
3. Teori Kesatria (R.C. Majundar)
Para Kesatria tidak mengerti huruf Sanskerta dan Pallawa.
4. Teori Waisya (N.J Krom)
Pedagang tidak mengerti huruf Sanskerta dan Pallawa.
5. Teori Arus Balik (F.D.K Bosch)
Kemungkinan orang Indonesia untuk mempelajari agama Hindu-Buddha di India sulit, karena pada saat itu orang Indonesia masih pasif.
Ilustrasi bangunan peninggalan Hindu. Foto: Unsplash.com

Kelebihan Teori Sudra dan yang Lainnya

Di samping kelemahan teori Sudra dan yang lainnya, ada kelebihan yang mendukung teori-teori tersebut. Mengutip kembali modul yang disusun oleh Mariana, berikut penjelasan selengkapnya.
1. Teori Sudra (Van Faber)
ADVERTISEMENT
Para budak atau narapidana dengan cepat menjadi akrab dengan masyarakat sekitar sehingga komunikasi menjadi lebih mudah.
2. Teori Brahmana (Van Leur)
Di Indonesia, prasasti Hindu-Buddha banyak menggunakan aksara Sanskerta dan Pallawa. Bahasa pada waktu itu hanya dikuasai oleh para Brahmana.
3. Teori Kesatria (R.C. Majundar)
Para Kesatria menunjukkan rasa antusias dalam menjelajah dunia.
4. Teori Waisya (N.J Krom)
Banyak Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia dan pedagang yang berasal dari India dan menyebarkan agama Hindu-Buddha saat berdagang.
5. Teori Arus Balik (F.D.K Bosch)
Tidak tertutup kemungkinan para bangsawan di Indonesia pergi ke India untuk mempelajari agama dan budaya Hindu-Buddha. Tujuannya agar dengan ilmu yang mereka dapatkan dari India, para bangsawan tersebut dapat membuat kekuasaan di Indonesia dengan meniru budaya Hindu-Buddha.
ADVERTISEMENT
(AMP)