Konten dari Pengguna

Kisah Perang Tabuk antara Kaum Muslimin dengan Bangsa Romawi

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
11 Mei 2024 5:08 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Perang Tabuk. Foto: Unsplash/British Library
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Perang Tabuk. Foto: Unsplash/British Library
ADVERTISEMENT
Kisah Perang Tabuk menjadi salah satu sejarah dalam peradaban Islam yang sangat melekat di hati umat. Perang ini terjadi bertepatan dengan bulan Rajab, bulan ke tujuh di kalender Hijriah, sekaligus menjadi perang terakhir Rasulullah saw.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan sejarah agama Islam zaman dahulu, perang diartikan sebagai satu tahapan dakwah demi tegaknya agama Islam, dengan jalan membela diri dari kezaliman, provokasi, dan intimidasi (Saufan, Strategi dan Diplomasi Perang Rasulullah: 113).
Perang di masa Nabi Muhammad saw. kerap kali terjadi dan meninggalkan banyak pesan bagi umatnya. Rasulullah saw. sendiri tercatat ikut andil secara langsung dalam 27 peperangan, dengan Perang Tabuk atau Perang Al-‘Usrah sebagai salah satunya.

Kisah Perang Tabuk

Ilustrasi Kisah Perang Tabuk. British Library on Unsplash
Sebagai orang yang mengaku cinta terhadap Rasulullah saw., umat Islam sudah sepatutnya mengetahui berbagai sejarah nabi, baik itu kisah kehidupan maupun peperangannya. Maka dari itu, simak kisah Perang Tabuk sebagai wawasan agama, berikut ini:

Kisah 1: Latar Belakang Perang Tabuk

Perang Tabuk merupakan perang terbesar sekaligus perang terakhir yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. pada bulan Rajab, 9 H. Tabuk sendiri merupakan nama dari suatu wilayah yang terletak di perbatasan antara Syam dengan Madinah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan riwayat Ibnu Saad dan lainnya, diketahui bahwa Perang Tabuk didasari oleh adanya laporan sekelompok umat Islam yang biasa melakukan perdagangan hingga ke negeri Syam pada Rasulullah saw., mengenai apa yang mereka temui di perjalanan.
Pada saat itu, orang-orang tersebut mengetahui mengenai rencana Heraklius, kaisar tinggi Romawi, yang sedang mempersiapkan pasukan untuk memerangi umat Islam, sebagai balasan atas dipermalukannya Romawi karena kalah di Perang Mu’tah.
Heraklius menyiapkam sekitar 40.000 pasukan, yang terdiri dari bangsa Romawi dan kabilah Arab sekutu. Pasukan tersebutlah yang digadang-gadang akan datang dan menyerang Madinah serta umat Islam di sana, sehingga membuat Rasulullah khawatir.
Setelah mendengar berita itu, Rasulullah saw. merasa cemas akan keadaan umat Islam di Madinah, utamanya karena beliau takut Romawi akan melukai anak-anak dan wanita yang tinggal di sana. Oleh karena itu, Rasulullah memilih untuk bermusyawarah.
ADVERTISEMENT

Kisah 2: Musyawarah dan Keputusan

Rasulullah saw. berkumpul dengan para sahabat untuk bermusyawarah terkait keputusan apa yang kiranya dapat diambil setelah mendengar berita rencana Romawi, mempertimbangkan cara agar keputusan ini tidak akan memakan banyak korban.
Maka, pada akhirnya, Rasulullah saw. memutuskan untuk mendatangi wilayah Romawi. Setelahnya, Rasulullah mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bergabung dalam perjalanan, sebagaimana yang tercantum dalam QS. At-Taubah: 41.
Kaum muslimin menyambut baik ajakan tersebut, sehingga mereka berbondong-bondong mengumpulkan harta yang dimilikinya untuk persiapan bekal dan biaya perjalanan menuju Tabuk, mengingat jarak perjalanan sangatlah jauh dan perlu persiapan matang.
Selain itu, para sahabat, seperti Utsman bin Affan, Abu bakar Ash-Shiddiq, Abdurrahman bin Auf, serta sahabat-sahabat lainnya turut serta menyumbang harta berharga miliknya, mulai dari uang, unta, dan lain-lain yang jumlahnya sangat banyak.
ADVERTISEMENT
Adapun sekumpulan sahabat yang tergolong kurang mampu, mereka ikut serta menyumbangkan apa yang mereka punya, sebagai wujud keantusiasan iman mereka. Perbekalan seperti gandum, kurma, dan sejenisnya mereka serahkan di jalan Allah.
Ilustrasi Kisah Perang Tabuk. Godwin Bephin on Unsplah

Kisah 3: Munculnya Orang-Orang Munafik

Di saat sebagian besar kaum muslimin berantusias dan memberikan segala yang mereka punya untuk perjalanan ini, orang-orang munafik muncul dan mencemooh para sahabat yang menyumbangkan bagian kecil wujud harta yang mereka anggap tak berharga.
Orang munafik yang jumlahnya semakin banyak setelah terjadinya peristiwa Fathu Makkah dan berakhirnya Perang Hunain ini bahkan menganggap perintah jihad di jalan Allah sangatlah memberatkan bagi mereka, sehingga mereka membuat berbagai alasan.
Di antara mereka, ada pula orang munafik yang berpura-pura datang dan menyampaikan alasannya kepada Rasulullah saw. untuk tidak ikut berperang. Ketika itu, Rasulullah yang pada kenyataannya sudah tahu kebenaran, ia mengizinkan orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah mendapat perizinan dari Rasulullah, orang-orang munafik itu justru berkumpul dan bergembira karena merasa berhasil menipu Rasulullah. Tak sampai di situ, mereka membuat rencana dan mulai menghasut kaum muslimin lain untuk tidak ikut berjihad.
Ketika sikap buruk orang munafik itu terdengar Rasulullah, beliau mengambil sikap tegas, dengan memerintahkan Thalhah bin Ubaidillah untuk menyerbu markas mereka, hingga mereka berlarian dan terjatuh, kemudian Rasulullah mencukupkan itu.

Kisah 4: Awal Masa Keberangkatan

Tiba di masa awal keberangkatan, pasukan kaum muslimin pada saat itu berjumlah 30.000 orang, dengan tunggangan kendaraan yang tidak mencukupi, sehingga mereka harus bergantian menaiki unta, yaitu satu unta untuk 18 orang.
Sebelum keberangkatan, datanglah 7 orang sahabat yang kurang mampu, mereka sangat ingin ikut berjihad. Namun, dengan jawaban halusnya, Rasulullah saw. mengatakan bahwa pasukannya tidak memiliki cukup perbekalan untuk menambah orang.
ADVERTISEMENT
Ketujuh sahabat itu pun kembali dengan derai air mata kesedihan karena ingin berjihad. Tetapi pada akhirnya, keputusasaan hati tersebut didengar Allah, sehingga mereka dapat ikut karena bantuan paman dan sahabat Rasul yang menyumbangkan tunggangan.
Kisah tersebut tercantum dalam QS. At-Taubah ayat 92, ketujuh orang itu dijuluki sebagai Al-Bakkaun, yaitu orang-orang yang menangis. Maka, setelah persiapan keberangkatan sempurna, Rasulullah dan pasukan pun memulai perjalanannya menuju Tabuk.
Photo illustration by Ryan Cheng on Unsplash

Kisah 5: Perjalanan Panjang Menuju Tabuk

Perjalanan menuju Tabuk ini dilakukan bertepatan dengan kondisi cuaca yang sangat terik, belum lagi, pada saat itu sedang masa panen kurma. Tetapi, demi nama jihad di jalan Allah, kaum muslimin mengobarkan semangat dan mengorbankan hartanya.
Selama di perjalanan, Rasulullah dan pasukan melalui beberapa tempat bersejarah dari masa kenabian sebelum Nabi Muhammad saw., dan beliau memberikan berbagai nasihat pada para sahabat, sekaligus beristirahat di beberapa tempat yang dilalui.
ADVERTISEMENT
Di antara tempat bersejarah tersebut, yaitu Al-Hijr Madain Saleh yang merupakan kampung Tsamud yang dipimpin Nabi Saleh zaman dahulu dan juga kampung yang diberi azab Allah. Rasulullah pun menyampaikan nasihatnya sebelum sampai di mata air Tabuk.
Dalam beberapa riwayat, dikisahkan bahwa selama di perjalanan beberapa orang munafik memilih pulang ke Madinah, beberapa unta tunggangan kepayahan, dan beberapa di antara unta tersebut terpaksa disembelih untuk memenuhi pembekalan yang kurang.

Kisah 6: Sesampainya Rasulullah dan Kaum Muslimin di Tabuk

Rasulullah beserta pasukan kaum muslimin tiba saat pagi hari di Tabuk. Pada saat itu, Rasulullah mengumpulkan pasukan untuk membahas strategi perang sekaligus berpidato, menyampaikan nasihat dunia dan akhirat, serta memberi semangat pada pasukan.
Ucapan Rasulullah membakar semangat para sahabat, mereka menggemakan takbir yang menggetarkan tanah Tabuk. Peristiwa itu disaksikan oleh mata-mata bangsa Romawi, sehingga ia pun bergegas melapor pada pemimpinnya.
ADVERTISEMENT
Dalam laporannya, ia bercerita tentang betapa tangguh dan gigihnya pasukan kaum muslimin, serta ia pun mengatakan bahwa suara azan umat Islam begitu menggetarkan Tabuk. Laporan itu membuat pasukan seketika menciut dan ketakutan.
Pemimpin Romawi kemudian memilih untuk mundur dan menarik seluruh pasukannya, sehingga Romawi tak jadi menyerang kaum muslimin. Berita gentarnya Romawi akibat kedatangan Rasulullah dan pasukannya pun kian hari kian menyebar.
Banyak dari pemimpin negeri di sekitar wilayah itu merasa penasaran terhadap ketangguhan Rasulullah. Satu per satu pemimpin itu mendatangi kediaman sementara Rasulullah di Tabuk dan memberikan hadiah agar mereka memiliki jaminan keamanan.
Photo illustration by Zanyar Ibrahim on Unsplash

Kisah 7: Selisih dengan Salah Satu Penguasa Wilayah

Di saat hampir seluruh pemimpin wilayah meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah, karena mereka sudah lelah berada dalam kendali Romawi, ada satu pemimpin bernama Ukaidir bin Abdul Malik Al-Kindi yang justru meminta kerja sama Romawi.
ADVERTISEMENT
Ukaidir adalah orang Nasrani, pemimpin penduduk Dumatul Jandal, ia berniat menyerang pasukan muslimin. Berita itu pun ditanggapi tegas oleh Rasulullah, dengan mengirim Khalid bin Walid dan 420 orang dalam pasukan untuk datang ke tempatnya.
Saat datang ke wilayah Ukaidir, Khalid bin Walid beserta pasukan hanya dihadapkan dengan perlawanan yang tak seberapa, sehingga ia berhasil menawan Ukaidir dan mendapat tawanan 1.000 unta, 400 buah perisai, dan 400 panah.
Setelah berbincang dan Ukaidir memberi jizyah (hadiah seperti yang diberikan penguasa lainnya), akhirnya Rasulullah saw. memberikan Ukaidir jaminan keamanan dan melepaskannya, dengan syarat tidak mengganggu satu sama lain.

Kisah 8: Kembali ke Madinah

Pada beberapa riwayat, dikisahkan bahwa setelah 20 hari Rasulullah dan pasukan tinggal di perbatasan, Tabuk, mereka tidak juga mendapat tanda serangan, bahkan saat mencoba mencari tahu pun yang mereka dapat hanyalah bangsa Romawi yang bersembunyi.
ADVERTISEMENT
Kenyataan itu pun mengantarkan Rasulullah dan sahabatnya untuk mengadakan musyawarah perihal keputusan apa yang harus diambil, yaitu pulang ke Madinah atau menetap beberapa lama lagi di sana untuk memastikan keadaan.
Karena tidak adanya perintah dari Allah Swt. untuk melanjutkan perang, Rasulullah pun memutuskan untuk kembali ke Madinah bersama pasukannya. Peristiwa itu menjadikan Perang Tabuk dijuluki sebagai Perang Tanpa Perlawanan.
Perang ini menjadi bentuk ekspedisi militer untuk memperluas kerja sama umat muslim di berbagai wilayah. Selain itu, dari perang ini juga berbagai penguasa wilayah mengakui kepemimpinan Rasulullah saw. dan menghormatinya.
Di perjalanan pulang, salah satu sahabat Rasulullah meninggal dunia, kemudian dikuburkan oleh Rasul dan sahabat. Ada juga kisah di mana pasukan mengenang Perang Uhud dan banyaknya pasukan yang gugur saat itu di Bukit Uhud, ketika melewatinya.
ADVERTISEMENT
(Sumber kisah: Youtube, Kisah Islami, Nabi Muhammad saw. part 105 dan 106 - Perang Tabuk bagian 1 dan 2)
Demikian ulasan mengenai kisah Perang Tabuk yang dapat pembaca simak. Untuk mengetahui kisah penuh pesan moral tersebut lebih lanjut, pelajarilah sumber-sumber terpercaya yang disusun oleh para ulama agar terjamin kebenarannya.