Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Konsep Teater Modern dan Hal Seputarnya
6 Desember 2021 15:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seni peran merupakan unsur yang mendasar dalam suatu pentas teater. Mengutip dari buku Seni Budaya yang ditulis Zackaria Soetedja dkk., seni peran secara etimologi berasal dari kata “to act to” yang berarti berbuat, bertindak, melakukan atau berbuat menjadi atau berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya. Sehingga, pemeranan dalam seni teater identik dengan akting.
Bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, akting merupakan penampilan pemeran melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan emosi ketika memerankan tokoh cerita di hadapan penonton. Pada intinya akting adalah perlakuan yang dikerjakan secara sadar untuk meyakinkan orang lain.
Misalnya, seorang penipu yang hendak mengelabui korbannya. Si penipu itu sebenarnya telah melakukan akting dengan cara berlaku meyakinkan korban, sehingga ia yakin bahwa penipu telah bertindak apa adanya.
Konsep Teater Modern
ADVERTISEMENT
Secara mendasar, akting terbagi menjadi dua, antara lain akting presentasional dan akting representasional. Berdasarkan buku berjudul Seni Budaya yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., akting presentasional adalah suatu akting saat pemeran memadukan tubuh, roh, dan jiwa dari karakter yang ada di dalam naskah ke dalam dirinya.
Paduan tersebut menghasilkan mutu akting yang wajar, indah, dan tepat sebagai seni pertunjukan. Hal ini sebagaimana yang diacu oleh metode realisme Konstantin Stanislavski.
Sedangkan akting representasional, yaitu bentuk sajian teater yang paling tua dan bertahan hingga kini dalam sejumlah sajian teater tradisional. Sajian ini menitikberatkan pada gerakan-gerakan lahiriah tanpa merinci detail gerakan-gerakan batin.
Naskah Lakon Teater Modern Indonesia
Menurut buku yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., kehidupan teater modern Indonesia mulai menampakkan wujudnya setelah Usmar Ismail menulis naskah lakon yang berjudul Citra pada 1943.
ADVERTISEMENT
Naskah lakon pada masa tersebut bukan bertema pahlawan-pahlawan epik atau para bangsawan. Namun, sesudahnya mulai bermunculan naskah-naskah tentang kehidupan sehari-hari atau manusia Indonesia yang sedang menggalang kekuatan menuju pecahnya revolusi.
Teater modern Indonesia semakin semarak dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Terlebih setelah kepulangan Rendra dari Amerika dengan eksperimen-eksperimennya yang monumental. Misalnya, yang terdapat pada naskah lakon Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak lagi.
Di samping itu, mulai banyak grup teater yang memiliki penyajian berbeda antara satu sama lain. Mereka tak hanya mengadopsi naskah lakon dari Barat, tetapi menggali akar-akar teater tradisi dalam penulisan naskah lakon.
(AMP)