Konten dari Pengguna

Macam-Macam Adat Istiadat Jawa Tengah dan Tata Cara Pelaksanaannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
10 Januari 2022 20:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Upacara Tedak Siten sebagai adat istiadat Jawa Tengah. Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Upacara Tedak Siten sebagai adat istiadat Jawa Tengah. Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
ADVERTISEMENT
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang masih kental adat istiadatnya. Bahkan, beberapa adat istiadat Jawa Tengah hingga kini masih dipertahankan di tengah kemunculan budaya modern yang semakin tak terbendung.
ADVERTISEMENT
Adapun adat istiadat Jawa Tengah yang mencakup upacara pernikahan, syukuran, menolak bala, dan masih banyak lagi. Adat istiadat sendiri merupakan instrumen paling penting bagi kehidupan bermasyarakat.
Menurut buku Wujud, Arti, dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama ciptaan Susilo (2007: 32), adat istiadat adalah tata cara dalam upacara perkawinan, kematian, dan pakaian adat yang hadir secara turun-temurun.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Jawa Tengah dikenal memiliki banyak sekali tradisi, yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakatnya. Agar dapat menambah pengetahuan, simak macam-macamnya berikut ini.
Upacara Mitoni atau Tingkeban sebagai adat istiadat Jawa Tengah. Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan

Adat Istiadat Jawa Tengah

Merujuk pada buku karya Wiranoto dan Ana Farida dengan judul Makna Filosofi Tradisi Bedudukan (2019: 24), macam-macam adat istiadat Jawa Tengah yang hingga kini tetap eksis kehadirannya, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Tingkeban
Tradisi ini juga dikenal dengan istilah mitoni. Upacara Tingkeban adalah upacara yang diperuntukan bagi seorang ibu yang usia kandungannya tujuh bulan.
Tradisi ini dilakukan dengan cara memandikan, lalu membacakan doa yang bisa memberikan keberkahan pada sang jabang bayi. Pada saat memandikan, akan ada acara pengguyuran yang harus dilakukan oleh tujuh orang tua atau sesepuh yang dituakan.
Tradisi Tingkeban mencakup sungkemen, siraman, brojolan, memutus lawe atau lilitan benang, memasukkan kelapa gading muda, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu, nyolong endhog, dan berganti busana.
2. Ruwatan
Ruwatan dikenal sebagai upacara pembebasan dari nasib buruk. Upacara tradisional ini diartikan sebagai upaya untuk menghindarkan atau mengatasi kesulitan batin yang mungkin akan diterima seseorang dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, di daerah Dieng Wonosobo, bagi anak-anak yang memiliki rambut ikal gimbal biasanya dianggap mirip dengan buto ijo, sehingga harus diadakan upacara ruwatan. Hal ini dilakukan guna mengusir hawa jahat dan hal-hal buruk yang dibawa oleh buto ijo.
Upacara Ruwetan untuk menolak bala. Foto: M Ibnu Chazar/ANTARA FOTO
3. Upacara Larung Saji
Tradisi Jawa Tengah ini bisa dengan mudah dijumpai di daerah-daerah yang ada di pinggir pantai, terutama di pesisir utara dan selatan.
Upacara adat larung saji dilakukan dengan cara menghanyutkan beberapa bahan makanan berupa hasil panen dan hewan sembelihan ke lautan dengan menggunakan perahu.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Sang Pencipta, akan hasil laut yang telah diberikan kepada para nelayan. Selain itu, upacara ini dilakukan guna mendoakan keselamatan para nelayan, agar bisa melaut dengan selamat.
ADVERTISEMENT
4. Brobosan
Tradisi ini terbilang cukup unik, tapi masih bisa dijumpai hingga saat ini, karena memang sudah menjadi adat istiadat. Tradisi brobosan adalah tradisi ketika ada saudara atau kerabat yang meninggal, maka anggota keluarga harus menerobos melewati bawah jenazah.
Nantinya, jenazah harus diangkat dengan tandu atau peti matinya diangkat tinggi. Kemudian, anak dan cucu dari orang yang sudah meninggal tersebut diharuskan menerobos ke bawah kolong untuk melewati jenazah.
Hal tersebut harus dilakukan sebanyak tiga kali. Tujuannya adalah guna menghormati kepergian jenazah sekaligus mengikhlaskan kepergiannya.
5. Tedak Siten
Upacara Tedak Siten adalah tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah menginjak usia tujuh bulan. Upacara ini juga dikenal dengan nama upacara turun tanah, karena bertujuan untuk mengenalkan anak tanah yang ia pijak.
ADVERTISEMENT
Upacara ini dilakukan di pagi hari, sesuai dengan tanggal dan hari kelahiran anak. Tradisi tedak siten selalu dilengkapi dengan aneka kuliner yang disajikan seperti nasi kuning, jenang boro-boro, dan lain sebagainya.
(VIO)