Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Makna Ungkapan Tradisional dalam Budaya Indonesia
3 Januari 2022 22:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ungkapan tradisional adalah ungkapan budaya dari suatu kelompok yang dikuasai secara aktif oleh beberapa orang saja. Ungkapan tradisional terdiri dari dua jenis, yaitu pewaris pasif dan pewaris aktif.
ADVERTISEMENT
Pewaris pasif adalah pewaris folklor yang hanya sekadar mengetahui bentuk folklor. Pengertian folklor itu sendiri menurut Prof. Dr. Robert Sibarani, M. S., dalam Folklor Nusantara Hakikat, Bentuk, dan Fungsi, ialah sebagian kebudayaan yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun non-lisan yang disertai dengan gerak isyarat.
Pewaris pasif tidak menyebarkan folklor kepada orang lain melainkan hanya menikmatinya. Dalam wayang golek, misalnya, orang Sunda adalah pewaris pasif. Sedangkan para dalang dan ahli pewayangan di Sunda adalah pewaris aktifnya.
Keadaan serupa juga berlaku bagi orang-orang yang mengetahui peribahasa atau ungkapan tradisional lainnya. Pewaris aktifnya pun selalu merupakan golongan minoritas.
Hal ini karena orang yang ahli pada kumpulan peribahasa dari bangsanya sendiri sangat sedikit. Sedangkan sebagian besar lainnya yang juga serumpun, hanya mengetahui dan tidak bisa membawakan folk secara lengkap.
ADVERTISEMENT
Sifat Dasar Ungkapan Tradisional
Menyadur dari buku Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI karya Tedi Sutardi, ungkapan tradisional mempunyai tiga sifat dasar. Sifat dasar ungkapan tradisional adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Jenis Peribahasa dalam Ungkapan Tradisional
Peribahasa merupakan suatu ungkapan tradisional yang di dalamnya terdiri dari berbagai jenis. Menurut Tedi Sutardi, jenis-jenis itu terdiri dari:
1. Peribahasa sesungguhnya (true proverb)
Peribahasa sesungguhnya merupakan ungkapan tradisional yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
2. Peribahasa yang tidak lengkap (proverbial phrase)
Peribahasa yang tidak lengkap merupakan ungkapan tradisional yang kalimatnya mempunyai memliki ciri sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
3. Peribahasa perumpamaan (proverbial comparison)
Peribahasa perumpamaan adalah ungkapan tradisional yang awalan kalimatnya dimulai dengan kata-kata seperti, bagai, dan lain-lain. Contohnya, "Seperti telur di ujung tanduk," ini mengibaratkan suatu keadaan yang sangat gawat.
4. Ungkapan-ungkapan yang mirip peribahasa
Jenis ungkapan inin digunakan untuk penghinaan, celetukan, atau suatu jawaban pendek, tajam, lucu, dan peringatan yang menyakitkan hati.
Contoh ungkapan tradisional jenis ini yang berasal dari bahasa Betawi adalah "Kayak monyet kena trasi". Celetukan ditujukan untuk orang yang suka jahil saat melihat wanita cantik.
Kemudian wanita cantik itu tidak senang dijahili dan mengeluarkan ungkapan tersebut hingga membuat laki-laki kurang ajar itu malu.
(ZHR)