Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Malam Satu Suro 2024, Mitos Larangan, dan Berbagai Tradisi Terkait
6 Juli 2024 9:05 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip dari website resmi repository.radenintan.ac.id, Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Banyak tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa di pembukaan bulan Suro atau tepat di malam satu Suro. Selai itu, terdapat juga beberapa mitos larangan yang menyertai bulan penuh dengan kesakralan tersebut.
Mitos Larangan Malam Satu Suro 2024 yang Masih Dilestarikan
Bulan satu Suro 2024 akan datang pada 8 Juli 2024 mendatang. Itu artinya malam satu Suro akan terjadi pada malam tanggal 7 Juli. Tanggal tersebut telah diterbitka secara resmi oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Di bawah inni adalah kalender bulan Suro yang berlangsung di tahun ini:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selama ini malam 1 Suro erat kaitannya dengan berbagai mitos dan larangan yang berkembang di sebagian masyarakat Jawa. Diketahui ada sejumlah mitos dan larangan malam 1 Suro yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat.
Adapun beberapa mitos larangan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak Boleh Menggelar Acara Pernikahan
Larangan pertama yang masih sering dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini tentang malam 1 Suro adalah mengadakan acara pernikahan.
Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan waktu tersebut dianggap sebagai sebuah pamali yang bisa mendatangkan hal-hal buruk bagi yang punya hajat. misalnya malapetaka hingga kesialan
2. Tidak Boleh Keluar di Malam Hari
Larangan selanjutnya yang berkaitan erat dengan malam 1 Suro dan masih dipercaya sampai sekarang adalah tidak diperbolehkan untuk keluar saat malam hari tiba.
ADVERTISEMENT
Hal ini karena dipercaya dapat mendatangkan hal-hal yang negatif hingga kesialan bagi yang melakukannya. Pada saat malam satu Suro tiba, disarankan untuk berdiam diri di rumah dengan mengerjakan berbagai hal baik, misalnya saja berdoa atau melakukan ibadah lain.
3. Tidak Boleh Membangun Rumah
Larangan berikutnya yang berkaitan dengan hadirnya malam 1 Suro adalah membangun rumah. Sebagian masyarakat memiliki kepercayaan bahwa membangun rumah di malam 1 Suro bisa membawa hal-hal yang tidak akan membawa keberuntungan.
4. Tidak Boleh Pindah Rumah
Selain tidak boleh membangun rumah, sebagian masyarakat juga percaya bahwa malam 1 Suro bukanlah waktu yang baik untuk melakukan pindah ke rumah yang baru.
Sama seperti membangun rumah, seseorang yang pindah rumah di waktu tersebut dapat membawa suatu kesialan dan hal-hal negatif di dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
5. Tidak Boleh Berbicara Kasar
Berbicara kasar selama ini dikenal sebagai sebuah larangan yang termasuk dalam salah satu adab dan etika. Namun, ternyata perilaku ini juga dilarang untuk dilakukan di malam 1 Suro.
Hal ini berkaitan dengan hadirnya makhluk gaib di bulan Suro yang dipercaya mencari orang-orang yang kerap melakukan perbuatan buruk. Salah satunya berbicara kasar.
6. Tidak Boleh Berisik
Bukan hanya berbicara kasar, berisik di malam 1 Suro juga menjadi salah satu hal yang dilarangan dan dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa.
Hal terseut dikarenakan erat kaitannya dengan tradisi yang dilakukan pada momentum tersebut yang berlangsung di Jogja.
Ada sebuah tradisi bernama Tapa Bisu dan Mubeng Benteng yang dilakukan oleh para abdi dalem Keraton Jogja serta masyarakat sekitar di malam pergantian tahun yang bertepatan pada malam 1 Suro.
ADVERTISEMENT
Tradisi Malam Satu Suro
Selain mitos larangan, malam 1 Suro juga erat kaitannya dengan tradisi-tradisi unik yang masih dilestarikan. Peristiwa budaya yang kaya makna ini menjadi momen penting bagi masyarakat Jawa untuk merayakan awal tahun baru mereka dengan berbagai tradisi unik.
Malam satu suro merupakan tradisi masyarakat Jawa yang memiliki sisi melestarikan budayawarisan leluhur nenek moyang. Tradisi ini dilakukan dengan kegiatan seperti ngumbah keris, pergelaran wayang kulit semalam suntuk, slametan dan ziarah kubur.
Ritual Malam Satu Suro dilaksanakan setiap tanggal satu Muharram
atau tahun baru Islam (sebutan Arab) atau satu Suro atau tahun baru Jawa (sebutan Jawa). Sistem pengkalenderan ini tidak sama dengan kalender Masehi seperti yang digunakan pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Kalender ini sudah diperkenalkan kepada masyarakat Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645M).
Pada tahun baru tersebut dianggap sebagai waktu yang suci untuk merenungkan dan merefleksi diri baik mengenai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan maupun evaluasi atas dosa dan pelanggaran sepanjang satu tahun yang telah terlewati.
Pada umumnya masyarakat Jawa menyambut tradisi ini dengan nuansa sakral dan hikmat, bahkan diikuti oleh para pemimpin, baik pemimpin pemerintahan maupun pemimpin adat setempat.
Dalam melaksanakan tradisi ini, masyarakat Jawa memahami bahwa dirinya sebagai mahkluk ciptaan yang memiliki tanggungjawab untuk menyembah Sang Pencipta.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini hanya diketahui oleh masyarakat Jawa saja karena merekalah yang membangun arti, makna, bahkan simbol. Maka dari itu, dari tradisi upacara adat yang menjadi warisan turun temurun masyarakat Jawa.
Malam pertama bulan Suro memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa. Perayaan ini dianggap sebagai momen penting dan sakral yang menandai pergantian waktu dan berhubungan erat dengan siklus kehidupan, ritual, dan perhitungan dalam budaya Jawa.
Bagi sebagian masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah, bulan Muharram dikenal sebagai bulan Suro.
Perayaan Malam 1 Suro pada umumnya dilakukan dengan berbagai ritual dan tradisi yang kaya makna. Salah satu kegiatan utama adalah tirakatan, di mana warga berkumpul untuk berdoa bersama.
Setiap daerah memiliki tradisi perayaan malam satu Suro yang berbeda sesuai dengan kebudayaan dan kepercayaannya. Berikut beberapa tradisi yang dilakukan pada malam tersebut.
ADVERTISEMENT
Keraton Surakarta mengadakan kirab pusaka menggunakan beberapa ekor kerbau yang dinamai Kebo Kyai Slamet. Acara ini biasanya dimulai tepat pada tengah malam untuk mengelilingi kota diiringi oleh punggawa dan prajurit istana.
Sementara itu, Keraton Kanoman di Cirebon menggelar pembacaan babad atau sejarah Cirebon pada peringatan tersebut. Acara ini dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan juga pencucian pusaka.
Di Kediri, masyarakat Jawa memiliki tradisi siraman malam satu Suro. Tradisi ini berupa mandi besar menggunakan air dengan campuran kembang pada malam pertama di bulan Suro.
Ritual ini sebagai bentuk “sembah raga” yang artinya untuk menyucikan tubuh dan sebagai seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Suro.
Selain itu, tradisi ini juga dilakukan untuk menjaga dan menyucikan hati, pikiran, serta menjaga panca indera dari hal-hal negatif.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Suro tersebut, masyarakat Jawa lebih sering berziarah ke makam leluhur atau orang yang pernah berjasa bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Ziarah dianggap sebagai tindakan konkrit dari generasi penerus untuk menghormati para leluhur sekaligus sebagai pengingat jasa dari orang-orang yang telah tiada.
Demikian adalah ulasan tentang malam satu Suro 2024 yang sakral dan erat dengan mitos larangan serta tradisi budaya unik. (Nisa)