Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Manajemen Risiko: Definsi, Komponen, dan Prosesnya
17 November 2021 11:32 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Manajemen risiko adalah sebuah pendekatan yang dilakukan perusahaan ketika berada dalam kondisi ketidakpastian. Perkembangan ekonomi yang terjadi belakangan ini semakin cepat, kompleks, dan amat dekat dengan ketidakpastian.
ADVERTISEMENT
Krisis ekonomi seringkali datang tiba-tiba. Sebagai contoh, krisis finansial dunia yang terjadi pada tahun 2007-2008. Akibat krisis ini, banyak perusahaan skala kecil hingga besar yang terkena imbasnya. Risiko ini pasti terjadi dan tidak dapat dihindari sebuah perusahaan.
Risiko harus segera mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab, kesalahan tata kelola perusahaan dan manajemen risiko perusahaan, dapat mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi perusahaan yang memburuk secara tiba-tiba.
Hal ini menyadarkan para pengelola perusahaan tentang pentingnya tata kelola dan manajemen risiko perusahaan. Lalu, apa saja komponen manajemen risiko yang perlu dijalankan perusahaan? Bagaimana proses pelaksanaannya? Selengkapnya ada di bawah ini.
Komponen Manajemen Risiko
Menurut COSO ERM-Integrated Framework dalam Panduan Praktis Manajemen Risiko Perusahaan karya Pardjo Yap (2017: 08), manajemen risiko perusahan terdiri dari 8 komponen yang saling berkaitan.
ADVERTISEMENT
1. Internal Environment (Lingkungan Internal)
Lingkungan internal menunjukkan karakteristik dari suatu perusahaan. Setelah mengetahui karakteristik perusahaan, perusahaan lebih mudah menentukan dasar penanganan risiko yang terjadi.
Adapun komponen dasar penanganannya, meliputi integritas dan kode etik perusahaan, tingkat risiko yang akan diambil, dan kondisi operasional perusahaan.
2. Objective Setting
Tujuan harus ada sebelum manajemen risiko bisa mengidentifikasi potensi peristiwa yang bisa memengaruhi pencapaian perusahaan. Tujuan ini tetap harus diselaraskan dengan visi dan misi perusahaan, serta konsisten dengan tingkat risiko yang ingin diambil.
3. Event Identification
Kejadian eksternal maupun internal yang bisa memengaruhi pencapaian dari tujuan perusahaan harus diidentifikasi, sehingga perusahaan harus dapat membedakan antara hal-hal yang termasuk risiko maupun peluang.
ADVERTISEMENT
4. Risk Assessment
Risiko-risiko dianalisis sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko-risiko tersebut harus dikendalikan. Risiko dikaji pada keadaan inheren dan residual.
5. Risk Response
Perusahaan dapat menentukan tindakan manajemen risiko yang ingin dilaksanakan, seperi menghindari, menerima, mengurangi, atau membagi risiko. Manajemen risiko juga harus membuat rangkaian tindakan yang disesuaikan dengan tingkat risiko dan toleransinya.
6. Control Activities
Kebijakan dan prosedur yang dibuat sebelumnya, sudah dapat diimplementasikan untuk membantu memastikan mana tindakan penanganan risiko yang paling tepat.
7. Information and Communication
Informasi yang relevan diidentifikasi, disimpan, dan dikomunikasikan dalam suatu bentuk dan kerangka waktu. Hal ini dilakukan, untuk memudahkan pihak yang terlibat dalam perusahaan dalam menangani risiko yang terjadi.
8. Monitoring
ADVERTISEMENT
Keseluruhan manajemen risiko dipantau dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Pemantauan dilakukan ketika aktivitas manajemen sedang berlangsung, sekaligus mencapai tahap akhir, yaitu evaluasi.
Proses Manajemen Risiko
Merangkum dalam buku Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi karangan Hinsa Siahaan (2013: 10), berikut proses atau alur manajemen risiko yang dijalankan perusahaan ketika dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
1. Komunikasi dan Konsultasi
Proses komunikasi dan konsultasi merupakan proses yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal dalam seluruh keberjalanan proses manajemen risiko. Proses ini dilakukan secara berkelanjutan dan berulang.
2. Menetapkan Konteks
Proses menetapkan konteks adalah proses menentukan parameter atau batasan tingkat risiko yang diinginkan, serta bagaimana aktivitas manajemen risiko perusahaan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Untuk menetapkan konteksnya, perusahaan harus mengidentifikasi dan mengenal konteks eksternal dan konteks internal, serta pengaruhnya terhadap pengelolaan risiko dan pencapaian tujuan perusahaan.
3. Identifikasi Risiko
Proses identifikasi risiko merupakan proses untuk mengetahui risiko yang mungkin muncul. Identifikasi dapat menghasilkan penyebab atau sumber risiko itu sendiri.
4. Analisis Risiko
Proses analisis risiko merupakan proses mengukur tingkat kemunculan dan dampak sebuah risiko yang dialami sebuah perusahaan.
5. Evaluasi Risiko
Proses evaluasi risiko dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko. Proses evaluasi dibutuhkan untuk menentukan apakah perlakuan terhadap risiko sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau tidak.
6. Perlakuan terhadap Risiko
Perlakuan risiko perlu dilakukan, apabila tingkat risiko perusahaan berada di atas tingkat toleransi atau di atas tingkat risiko yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
7. Pemantauan dan Ulasan
Proses pemantauan dan ulasan sangat penting untuk menjaga kerangka kerja manajemen risiko tetap relevan terhadap kebutuhan perubahan perusahaan, yang tetap disesuaikan dengan kondisi eksternal.
(VIO)