Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Kita Tidak Boleh Berbuat Riya dalam Islam? Ini Penjelasannya
9 Agustus 2023 15:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Riya termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah. Sebelum menjauhi sifat tersebut, umat Islam perlu mengetahui alasan mengapa kita tidak boleh berbuat riya.
ADVERTISEMENT
Secara etimologis, riya berasal dari kata arriyaa'u yang memiliki arti memperlihatkan atau pamer. Riya digambarkan sebagai tindakan seseorang dalam melakukan suatu amalan dengan tujuan mendapat pujian dari orang lain.
Dalam Islam, riya tergolong penyakit hati yang sangat merugikan dan harus dihindari. Lantas, apa alasan di balik larangan berbuat riya? Simak informasinya dalam ulasan berikut.
Alasan Tidak Boleh Berbuat Riya
Perintah untuk menjauhi riya beserta alasannya tercatat dalam Al-Quran maupun hadits, khususnya surat Al Maun ayat 6.
Dalam surat tersebut, Allah SWT secara tegas melarang manusia untuk berbuat pamer , bahkan menyebut pelakunya sebagai pendusta agama. Allah SWT berfirman:
الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَ
Artinya: "(yaitu orang yang) berbuat riya"
Mengutip buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X oleh H. Aminudin, riya dapat membuat amalan ibadah seseorang terhapus. Ini disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 264, Allah SWT berfirman:
ADVERTISEMENT
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
ADVERTISEMENT
Namun, yang paling membahayakan dari riya adalah azab Allah. Riya merupakan dosa besar karena dianggap sebagai syirik.
Amalan ibadah yang dilakukan dengan riya, diniatkan untuk mendapat pujian dari orang lain. Misalnya orang yang mendirikan sholat dan tadarus saat sedang berkumpul dengan keluarga, tetapi lalai saat sedang sendirian.
Inilah yang membuat riya disebut sebagai syirik. Sebab niat ibadah tidak dilakukan semata karena Allah, tetapi juga demi penilaian dan pujian orang lain. Bahaya dari tindakan tersebut diterangkan dalam hadits riwayat Bukhari.
Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku Dzat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan yang di dalamnya itu ia menyekutukan Aku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan ia bersama sekutunya itu’.”
ADVERTISEMENT
Cara Menghindari Riya
Setelah mengetahui alasan mengapa riya dilarang dalam agama, umat Islam diwajibkan menjauhi sifat tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari riya adalah memupuk rasa tawadhu dan ikhlas dalam setiap perbuatan.
Mengutip buku Akidah dan Akhlak Jilid 1 yang ditulis Taofik Yusmansyah, berikut beberapa cara yang bisa diterapkan untuk menjauhi riya.
ADVERTISEMENT
(GLW)