Konten dari Pengguna

Mengenal Angklung Dogdog Lojor, Alat Musik untuk Ritual Adat

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
13 Desember 2023 8:39 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Angklung Dogdog Lojor, Alat Musik untuk Ritual Adat. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal Angklung Dogdog Lojor, Alat Musik untuk Ritual Adat. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Kesenian angklung yang telah berumur ratusan tahun memiliki banyak ragam, seperti Angklung Dogdog Lojor, Angklung Badeng, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Namun, secara umum, angklung hanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu angklung buhun (tradisional) dan angklung modern. Nah, Angklung Dogdog Lojor termasuk jenis angklung buhun.
Adapun angklung modern yang sering kita lihat di berbagai pertunjukan dan dimainkan secara serempak disebut dengan angklung padaeng.

Pengertian Angklung Dogdog Lojor

Ilustrasi Angklung Dogdog Lojor. Foto: Unsplash
Secara fisik, angklung terbuat dari bambu yang dibentuk menyerupai pipa, ujung-ujungnya dipotong lalu diikat bersama dalam suatu bingkai.
Angklung termasuk alat musik yang dibunyikan dengan cara digoyangkan, sehingga menghasilkan bunyi. Nada atau laras yang tercipta dari alat musik angklung adalah Pentatonis dan Diatonis.
Dalam bahasa Sunda, Dogdog adalah nama alat musik yang dinamakan berdasarkan bunyi yang dikeluarkan (onomatopoaie). Alat musik Dogdog ketika ditabuh akan berbunyi "dog..dog..dog".
ADVERTISEMENT
Adapun kata lojor dalam bahasa Sunda artinya panjang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Angklung Dogdog Lojor berarti alat musik Dogdog yang ukurannya panjang.
Angklung Dogdog Lojor sendiri merupakan kesenian angklung yang menjadi kekayaan khas masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul.
Kasepuhan Adat Banten Kidul tersebar di wilayah pegunungan Halimun-Salak dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Lebak.
Dalam masyarakat adat kasepuhan ini, Angklung Dogdog Lojor wajib dihadirkan atau dipertunjukkan, karena dianggap sebagai kelengkapan berbagai kepentingan adat.
Angklung Dogdog Lojor juga berkaitan dengan ritual siklus penanaman padi serta siklus hidup masyarakat adatnya.

Sejarah Angklung Dogdog Lojor

Ilustrasi Sejarah Angklung Dogdog Lojor. Foto: Unsplash
Mengutip situs Banten E-Heritage, Angklung Dogdog Lojor muncul pertama kali dan berkembang di Kabupaten Lebak, Daerah Banten Selatan.
ADVERTISEMENT
Angklung Dogdog Lojor menjadi salah satu pengiring dan bagian dari ritual adat masyarakat setempat seperti seren taun atau ruwatan.
Bagi masyarakat Banten, khususnya masyarakat Baduy, alat musik Angklung Dogdog Lojor memiliki peran penting dan dianggap sebagai salah satu pusaka kesenian yang mengandung nilai-nilai magis dan sejarah.
Seiring perkembangannya, kini Angklung Dogdog Lojor tidak hanya digunakan untuk mengiringi acara adat yang bersifat sakral saja. Namun, alat musik ini juga digunakan di berbagai acara yang bersifat hiburan, seperti festival budaya, penyambutan tamu besar dan lain-lain.
Selain dijadikan sebagai alat musik pengiring, Angklung Dogdog Lojor juga dijadikan sebagai properti dalam sebuah pertunjukan tari, salah satunya adalah Tari Dogdog Lojor.
Pengembangan ini dilakukan sebagai usaha dalam mempertahankan kesenian tradisional, agar tidak hilang seiring dengan perubahan zaman.
ADVERTISEMENT

Komponen Instrumen Angklung Dogdog Lojor

Komponen Instrumen Angklung Dogdog Lojor. Foto: Pixabay
Instrumen yang digunakan dalam pertunjukan Angklung Dogdog Lojor dalam siklus ritual adalah empat angklung besar dan dua buah dogdog lojor.
Keempat angklung besar terdiri dari angklung gonggong, panembal, kingking, dan inclok. Masing-masing instrumen dimainkan satu orang, sehingga seluruh pemainnya berjumlah enam orang.
Khusus di Kasepuhan Ciptagelar, pertunjukkan Angklung Dogdog Lojor memiliki kekhasan tersendiri.
Dalam pertunjukan Angklung Dogdog Lojor di Kasepuhan Ciptagelar terdapat sebuah repertoar pertunjukan yang diberi nama "ngadu dogdog".
Ngadu dogdog merupakan ungkapan ekspresi jiwa dari penggarapnya, Mereka ingin menyampaikan unsur-unsur estetis dan kreativitas.
Bentuk penampilan ngadu dogdog ini, mulai dari ide dan konsepnya dikomunikasikan melalui adegan-adegan teatrikal. Dalam pertunjukannya, menggunakan 2 set angklung yang dibagi menjadi 2 kelompok.
ADVERTISEMENT

Struktur Pertunjukkan Angklung Dogdog Lojor

Struktur Pertunjukkan Angklung Dogdog Lojor. Foto: Pixabay
Setiap pemain laki-laki Angklung Dogdog Lojor memakai baju kampret khas masyarakat kasepuhan, celana pangsi yang diselaraskan dengan baju, serta mengenakan iket atau totopong (ikat kepala) bermotif batik.
Adapun untuk pemain wanita Angklung Dogdog Lojor mengenakan kebaya, samping, dan selendang.
Pertunjukan Angklung Dogdog Lojor dibuka dengan adegan 2 kelompok Angklung Dogdog Lojor dalam formasi berbaris memasuki arena sambil membawakan lagu secara bersamaan.
Setelah itu, mereka membuat formasi lingkaran di tengah dan diselingi formasi oray-orayan atau ular-ularan. Dilanjutkan dengan memasukan adegan drama dan teatrikal, yaitu lomba memukul dogdog lawan mengikuti irama angklung dogdog lojor.
Bagi grup yang kalah akan dihukum dengan diambil satu persatu para pemain angklungnya. Adegan ini dilakukan hingga salah satu grup kehabisan pemain.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa mendapatkan kembali anggotanya, si penabuh dogdog harus membayar. Maka ditampilkanlah adegan teatrikal si penabuh dogdog berupaya mencari uang untuk menebus anggotanya.
Setelah uang terkumpul dan dibayarkan, semua angota grup kembali dan pertunjukan ditutup dengan membuat formasi keliling hingga kembali ke luar arena.

Jenis Angklung Lainnya

Jenis Angklung Lainnya. Foto: Pixabay
Selain Angklung Dogdog Lojor, masih banyak jenis angklung lainnya. Berikut beberapa di antaranya.

1. Angklung Badeng

Angklung Badeng adalah jenis angklung yang berkembang di daerah Malangbong, Garut, tepatnya di desa Sanding. Angklung ini biasanya dimainkan sebagai sebuah seni pertunjukan atau seni tontonan dan medium penerangan.
Secara fungsi sosial, angklung jenis ini lebih diperuntukan untuk misi agama Islam dan misi progam pemerintah. Misi-misi tersebut jelas terlihat dalam keseluruhan teks (nyanyian).
ADVERTISEMENT
Secara musikal, seni Angklung Badeng ini dimainkan lebih ritmis bersamaan dengan koreografi gerak tari dan dikombinasikan dengan nyanyian yang unik.
Pertunjukan Angklung Badeng ini terdiri dari tiga vokalis, sembilan buah angklung, kecrek, empat dogdog lojor dan 2 terebang.

2. Angklung Badud

Secara historis, angklung jenis ini masih berkaitan erat dengan fungsi ritual di bidang pertanian. Angklung Badud bisa kita temui di daerah Cijulang dan Ciamis.
Angklung Badud terdiri atas 6 Dogdog Lojor, 8 angklung dan kempul. Namun seiring perkembangan zaman, Angklung Badud mengalami perubahan fungsional, yang pada awalnya hanya digunakan untuk ritual.
Namun, pada saat ini Angklung Badud pun memiliki fungsi yang bergeser menjadi seni pertunjukan.

3. Angklung Buncis

Secara historis, Angklung Buncis digunakan untuk ritual atau upacara pertanian, namun sekarang perannya cenderung lebih kepada hiburan.
ADVERTISEMENT
Angklung Buncis biasanya ditampilkan dalam bentuk seni untuk mengisi acara arak-arakan, upacara khitanan, pernikahan dan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Secara musikal, dari segi ritme dan melodinya, Angklung Buncis mengalami perubahan yang dipengaruhi seni gamelan dan lagu-lagu kawih.
Kini keberadaan Angklung Buncis masih terjaga di daerah Ujungberung, Baros, Arjasari, Bandung.

4. Angklung Bungko

Angklung Bungko berada di desa Bungko, Cirebon, Jawa Barat. Angklung ini biasanya dimainkan pada upacara nadran, ngunjung ke Gunung Djati dan sedekah bumi.
Selain itu, angklung ini dipercaya oleh masyarakat sekitar telah berumur 600 tahun.
Meskipun ritual yang dilakukan berbeda dengan jenis angklung lainnya, angklung bungko ini pun dipercaya sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam pada masa Syeh Bentong atau Ki Gede Bungko, yang merupakan tokoh masyarakat yang mampu menumpas bajak laut dan mensyiarkan Islam di tanah Cirebon, Indramayu.
ADVERTISEMENT

5. Angklung Gubrag

Angklung Gubrag adalah angklung yang berkembang di daerah Cipining Bogor. Penamaan Angklung Gubrag sendiri memiliki kisah yang turun temurun diceritakan, mengenai sebuah musibah yang pernah menimpa desa ini, yaitu kegagalan panen.
Kata gubrag sendiri diambil dari kata ngagubrag yang artinya jatuh secara tiba-tiba, dan memunculkan bunyi yang mengagetkan.
Kini Angklung Gubrag selain digunakan dalam upacara atau ritual penghormatan kepada "Nyi Pohaci" atau "Dewi Sri", Angklung Gubrag juga telah mengalami perubahan dengan adanya tambahan instrumen seperti goong, kempul dan kecrek.
Pertunjukannya pun kini tidak sebatas ritual padi namun terkadang dimainkan pula pada pentas acara seperti upacara selametan desa dan hari-hari besar nasional.

6. Angklung Sunda

Angklung Sunda adalah jenis angklung yang peruntukannya bukan untuk ritual atau upacara pertanian, melainkan sebagai tontonan dan pertunjukan dalam rangka kepariwisataan.
ADVERTISEMENT
Angklung Sunda merupakan penyesuaian terhadap kemajuan zaman. Pelopor angklung jenis ini adalah Daeng Soetigna, pencipta angklung diatonis. Kemudian diteruskan oleh muridnya yang bernama Udjo Ngalagena dengan mendirikan Saung Angklung Udjo.
Selain angklung berlaras diatonis, di Saung Angklung Udjo juga terdapat angklung berlaras pelog, salendro, dan madenda seperti angklung pada umunya.
Namun, yang menjadi keunikan dari Saung Angklung Udjo milik Udjo Ngalagena ini adalah angklung diatonisnya yang memungkinkan angklung dapat memainkan lagu-lagu kontemporer.
(DEL)