news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengenal Bakteri Penyebab Penyakit Sifilis yang Menular

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
1 November 2021 10:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diagnosa penyakit sifilis. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Diagnosa penyakit sifilis. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Penyakit sifilis adalah jenis penyakit menular seksual yang berbahaya. Penyakit ini telah lama dikenal oleh masyarakat dan dapat terjadi akibat hubungan seks bebas dan bergonta-ganti pasangan.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Seri IPA Biologi SMP karya Deswaty Furqonita, S. Si (2007: 42), penyebab penyakit sifilis adalah bakteri berukuran sangat kecil yang bentuknya menyerupai cacing. Bakteri ini dinamakan Treponema pallidum.
Bakteri Treponema pallidum dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara menginfeksi bagian tubuh yang lembab dan memiliki lapisan mukosa, seperti mulut dan alat kelamin.
Bakteri ini dapat menimbulkan rasa sakit yang dikenal dengan istilah “chancre”. Rasa sakit penyakit sifilis ini,hampir mirip dengan rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit maag.
Lantas, bagaimana gejala klinis yang ditunjukkan oleh penderita penyakit sifilis? Bagaimana cara pencegahan penyakit ini? Agar lebih memahaminya, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Penyakit sifilis menimbulkan luka pada alat kelamin. Foto: Shutterstock

Gejala Klinis Penyakit Sifilis

Tanda dan gejala yang ditunjukkan penderita sifilis bervariasi, bergantung pada fase munculnya penyakit ini. Umumnya, gejala penyakit sifilis berkembang melalui empat fase, yaitu fase primer, fase sekunder, fase laten, dan fase tersier.
ADVERTISEMENT
1. Fase Primer
Pada fase ini, sifilis akan membentuk luka atau ulkus pada tempat yang terinfeksi. Luka ini tidak menimbulkan rasa nyeri. Bagian tubuh yang paling sering terinfeksi adalah penis, vulva, atau vagina.
2. Fase Sekunder
Memasuki fase sekunder, penderita sifilis akan mengalami ruam kemerahan di bagian kulit tertentu. Ruam tersebut biasanya muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah infeksi terjadi.
Ruam ini dapat terjadi dalam waktu singkat, atau bahkan beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam dapat menghilang dengan sendirinya. Namun, dalam jangka waktu beberapa bulan ruam dapat kembali muncul secara tiba-tiba.
3. Fase Laten
Pada fase ini, penyakit sifilis umumnya tidak menunjukkan gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun, atau bahkan sepanjang hidup penderita. Namun, ketika memasuki fase laten, timbul luka yang dapat kembali menular.
ADVERTISEMENT
4. Fase Tersier
Pada fase tersier, penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala yang muncul bervariasi, mulai dari gejala yang ringan sampai parah. Sifilis fase tersier dapat terjadi kira-kira 3-15 tahun setelah infeksi awal mulai muncul.
Sifilis juga dapat menginfeksi janin dalam kandungan hingga menyebabkan cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi sifilis, tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi kembali sewaktu-waktu.
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa infeksi akibat penyakit sifilis dapat menetap selama bertahun-tahun.
Bakteri penyebab penyakit sifilis yang menyerang alat kelamin dapat menular melalui hubungan seks. Foto: Shutterstock

Pencegahan Penyakit Sifilis

Penyakit sifilis dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seksual yang tidak aman. Sebab, hampir semua jenis penyakit menular seksual ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman.
Berdasarkan buku Penyakit Menular di Sekitar Anda oleh Obi Andareto (2015: 15), terdapat beberapa cara pencegahan penyakit sifilis, di antaranya yaitu:
ADVERTISEMENT
(VIO)