Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Metode Montessori, Sejarah, dan Prinsipnya
25 Juli 2023 9:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Montessori merupakan metode belajar pendidikan anak usia dini (PAUD ) yang tengah populer belakangan ini. Metode montessori adalah kegiatan belajar yang memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan apa yang ingin mereka pelajari.
ADVERTISEMENT
Metode montessori didasarkan pada cara pandang bahwa anak memiliki potensi, kecerdasan, dan perkembangan emosionalnya masing-masing. Seperti apa cara belajar dan prinsip metode montessori?
Sejarah Metode Montessori
Metode Montessori pertama kali diciptakan pada 1907 oleh dokter asal Italia bernama Maria Montessori. Sistem pembelajaran itu dia kembangkan selama bertahun-tahun melalui serangkaian uji coba dan observasi yang dilakukan di Casa dei Bambini.
Mengutip laman Simply Psychology, Casa dei Bambini adalah sekolah yang didirikan Maria untuk anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah di Roma.
Alih-alih menggunakan metode pengajaran tradisional, Maria Montessori merancang sendiri metode pembelajaran yang akan diterapkan di dalam kelas.
Kegiatan belajar dilakukan berdasarkan tahap perkembangannya. Maria juga mendorong anak-anak untuk memutuskan sendiri apa yang ingin mereka pelajari sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
ADVERTISEMENT
Dua tahun kemudian, Montessori menjelaskan metode pendidikannya secara rinci dalam buku berjudul Il Metodo della Pedagogia Scientifica applicato all'educazione infantile nelle Case dei Bambini atau The Montessori Education dalam bahasa Inggris. Buku tersebut menarik perhatian para pendidik di seluruh dunia. Dalam dua dekade berikutnya, sekolah Montessori pun bermunculan di seluruh penjuru dunia.
Baca Juga: 11 Sekolah Montessori untuk Anak di Jakarta
Prinsip Metode Montessori
Pada metode pembelajaran Montessori, kegiatan berfokus pada aktivitas mandiri, pembelajaran langsung, dan permainan kolaboratif.
Di sekolah Montessori, anak -anak berperan sebagai pembelajar utama yang menentukan hal apa yang ingin dipelajari. Sementara guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.
Dari segi kurikulum akademik, metode Montessori menyediakan materi tertentu yang disesuaikan tergantung usia siswa. Semua mata pelajaran dalam kurikulum akademik diperkenalkan dengan materi konkret.
ADVERTISEMENT
Tujuannya agar anak bisa memahami konsep-konsep konkret sebelum beralih ke konsep yang lebih abstrak. Beberapa bidang yang fokus dipelajari dalam metode Montessori di antaranya practical life, sensorial, bahasa, matematika, dan cultural studies atau budaya.
Dalam menjalankan cara belajar ini, seorang guru perlu menerapkan prinsip dasar metode montessori sebagai berikut.
1. Menghormati Kemampuan Anak
Prinsip Montessori didasarkan pada rasa hormat yang mendalam terhadap anak sebagai individu, termasuk menghormati potensi setiap anak, kecerdasan, dan hingga emosional anak.
Karena itu, materi pelajaran montessori fokus pada potensi setiap anak dengan menyediakan kegiatan dan pengalaman belajar yang mendukung perkembangan intelektual, fisik, emosional dan sosial mereka.
2. Periode Pikiran Spons
Melansir laman Montessori Academy, enam tahun pertama kehidupan merupakan momen emas untuk menerapkan metode montessori. Sebab pada usia tersebut, otak anak bekerja layaknya spons yang mudah menyerap berbagai informasi yang ada di lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Periode ini juga merupakan momen penting bagi anak dalam membangun pemahaman tentang diri dan dunia mereka. Karena itu, penting untuk memfasilitasi anak dengan berbagai permainan atau kegiatan yang melatih otak.
3. Periode Sensitif
Anak-anak melewati tahapan tertentu dalam perkembangan kecerdasan yang disebut periode sensitif. Periode ini merupakan kondisi paling baik untuk anak mempelajari bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu. Karakteristik dari periode sensitif mencakup pengulangan, fokus yang intens, komitmen pada tugas, hingga periode konsentrasi yang sangat lama.
(GLW)