Konten dari Pengguna

Mengenal Ragam Pakaian Adat Flores

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
10 Januari 2022 10:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pakaian adat Flores untuk perempuan. Foto: Facebook/Taman Nasional Kelimutu
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pakaian adat Flores untuk perempuan. Foto: Facebook/Taman Nasional Kelimutu
ADVERTISEMENT
Pulau Flores merupakan wilayah kepulauan yang letaknya berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Keberagaman budaya, suku, hingga pakaian adat Flores membuat pulau ini menarik banyak wisatawan untuk datang.
ADVERTISEMENT
Selain memiliki beragam kebudayaan, Flores terkenal dengan wisata alamnya yang indah, terutama wisata baharinya. Flores memiliki satu dari sekian satwa langka dan dilindungi di dunia, yaitu komodo atau biawak raksasa yang hidup di Pulau Komodo, Flores Barat.
Selain Pulau Komodo yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Flores juga memiliki satu taman nasional lagi yang terletak di Kabupaten Ende, yakni Taman Nasional Kelimutu.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenal aneka ragam pakaian adat Flores, simak selengkapnya di bawah ini.

Ragam Pakaian Adat Flores

Flores memiliki berbagai jenis baju adat yang khas. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa pakaian adat Flores untuk diketahui.
Pakaian Adat Suku Lio
Ilustrasi kain tenun ikat patola. Foto: Fitinline
Suku Lio tergolong sebagai suku tertua dan terbesar yang ada di Flores. Lebih tepatnya, suku ini mendiami Kabupaten Ende. Suku ini juga masih sangat sakral memegang teguh tradisi dan budaya warisan para leluhur, termasuk pakaian adatnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu pakaian adat khas suku Lio yang hingga saat ini tetap dilestarikan adalah tenun ikat patola. Ikat patola merupakan kain tenun yang khusus dibuat untuk kalangan kepala suku dan kerabat kerajaan.
Ciri khas motif kain ikat patola biasanya berupa dedaunan, dahan, ranting, biawak dan manusia, ukurannya kecil dengan bentuk geometris yang disusun membentuk jalur-jalur kecil berwarna merah atau biru di atas dasar kain berwarna gelap.
Untuk melengkapi motif kain ini, biasanya ada tambahan hiasan berupa manik-manik dan kulit kerang di tepian bagian kain tenun. Namun, tambahan ini umumnya dibuat khusus untuk kaum wanita kalangan bangsawan saja.
Kain ikat patola dipengaruhi oleh budaya India dan Portugis zaman abad 16 ketika maraknya perdagangan rempah-rempah masuk ke pulau Flores. Kain ikat patola dianggap sangat istimewa hingga sering dikuburkan bersama jenazah, kain ini dijadikan penutup jenazah seorang bangsawan atau raja.
ADVERTISEMENT
Pakaian Adat Suku Ende
Ilustrasi pakaian adat Lawo Lambu. Foto: Facebook/Taman Nasional Kelimutu
Suku Ende merupakan suku yang mendiami bagian tengah Pulau Flores. Asal kata Ende diperkirakan berasal dari kata cindai yang artinya kain sutra yang berbunga-bunga.
Pakaian adat khas suku Ende adalah Lawo Lambu. Dikutip dari Serenade Dua Cinta oleh Ade Nastiti, lawo artinya kain tenun yang biasanya digunakan untuk perempuan, sedangkan lambu artinya baju tradisional.
Lawo Lambu merupakan pakaian tradisional yang sering dipakai perempuan dari Kabupaten Ende. Lawo berupa sarung tenun ikat yang terdiri dari banyak jenis.
Sementara itu, Lambu berbentuk seperti Baju Bodo dari Suku Bugis. Modelnya sangat sederhana, berbentuk segi empat, dengan empat lubang untuk badan, kepala, dan kedua tangan.
Aksesoris yang biasa digunakan bersamaan saat mengenakan Lawo Lambu adalah tusuk konde, anting emas, gelang gading, gelang emas, hingga kalung emas. Suku Ende yang teralkulturasi dengan budaya dan agama Islam umumnya berjilbab sehingga rambutnya tidak terlihat (dikonde).
ADVERTISEMENT
(SFR)