Mengenal Rumah Adat Mbaru Niang Suku Manggarai di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
10 Januari 2022 12:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rumah adat Mbaru Niang suku Manggarai terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Rumah adat Mbaru Niang suku Manggarai terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Rumah adat Mbaru Niang suku Manggarai terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di Gunung Pocoroko.
ADVERTISEMENT
Tepatnya, rumah adat Mbaru Niang ini terletak di Kampung Adat Wae Rebo. Mengutip buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia karya Fitri Haryani NasuXon, Desa Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi di Indonesia.
Pasalnya, desa tersebut memiliki tinggi sekitar 1.200 meter dari permukaan laut. Karena itu, desa ini kerap dihiasi dengan kabut tipis di pagi harinya dan memiliki pemandangan serta udara yang sejuk.
Penduduk dari Desa Wae Rebo adalah keturunan Minang. Meskipun berada di Nusa Tenggara Timur, konon penduduk Wae Rebo adalah keturunan Minang, Sumatera Barat.
Nenek moyang penduduk Wae Rebo berasal dari Minangkabau yang merantau ke Flores dan akhirnya menetap di Desa Wae Rebo.
Penduduk Wae Rebo memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Bahkan setiap hari kemerdekaan, di rumah adat Mbaru Niang, dipasangkan bendera.
ADVERTISEMENT
Penduduk Wae Rebo berbondong-bondong membuat tiang bendera berdiri tegak lurus di rumah adat yang berbentuk kerucut tersebut. Simak penjelasan lengkap tentang rumah adat ini.

Tentang Rumah Adat Mbaru Niang

Tentang rumah adat Mbaru Niang. Foto: Leonardus Nyoman/Buku Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores
Mengutip dari buku Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores karya Dr. Yohanes S. Lon, rumah adat Mbaru Niang berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter. Rumah ini memiliki desain unik dan terpencil di pegunungan karena hanya berada di Desa Wae Rebo.
Karena keunikan tersebut, rumah adat Mbaru Niang ini mendapatkan penghargaan tertinggi untuk kategori konservasi warisan budaya UNESCO Asia-Pasifik di tahun 2012.
Mbaru Niang berbentuk kerucut dan atapnya yang terbuat dari dan lontar hampir menyentuh tanah. Keseluruhan rumah ini ditutupi menggunakan ijuk. Uniknya pembuatan rumah ini dibangun tanpa paku, tetapi memiliki tali rotan.
ADVERTISEMENT

Tingkatan pada Rumah Adat Mbaru Niang

Setiap rumah Mbaru Niang ditempati oleh enam hingga delapan keluarga. Tidak hanya itu, satu rumah adat ini memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjelasan dari setiap tingkat rumah adat Mbaru Niang, yakni:
1. Tingkat pertama
Ruangan ini digunakan sebagai tempat tinggal dan untuk berkumpul dengan keluarga. Tingkat pertama ini biasanya disebut dengan lutur.
2. Tingkat kedua
Ruangan ini adalah loteng yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang keperluan sehari-harinya. Tingkat kedua dari rumah adat ini disebut dengan lobo.
3. Tingkat ketiga
Ruangan di tingkat ketiga digunakan untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan. Tingkat ketiga ini disebut juga dengan lentar.
ADVERTISEMENT
4. Tingkat keempat
Ruangan ini berguna untuk menyimpan stok makanan jika suatu saat terjadi kekeringan. Tingkat keempat ini disebut juga dengan lempa rae.
5. Tingkat kelima
Bagian ii adalah tempat untuk melakukan sesajian, yaitu persembahan untuk para leluhur. Tingkat kelima ini dapat disebut dengan hekang kode.
(JA)