Mengenal Sejarah Hari Pahlawan 10 November di Indonesia

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
7 September 2021 18:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pertempuran Surabaya. Foto: Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pertempuran Surabaya. Foto: Kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap 10 November warga negara Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Ditetapkannya 10 November sebagai Hari Pahlawan tidak lepas dari sejarah kelam yang dialami Indonesia saat masih dalam belenggu penjajah.
ADVERTISEMENT
Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia langsung menghadapi dua kekuatan sekaligus. Pertama, tentara Jepang yang masih merasa berkuasa, kedua ialah tentara Sekutu sebagai pihak yang menang dalam Perang Dunia II.
Untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang di Indonesia, pasukan Sekutu kemudian membentuk AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) yang terdiri dari pasukan Inggris dan Australia.
Kedatangan pasukan AFNEI di Indonesia ternyata juga diboncengi oleh NICA (Netherland Indies Civil Administration). Suasana kemudian mendadak berubah. NICA yang tiba-tiba datang kembali, sudah dipastikan akan mengembalikan penjajahan Belanda di Indonesia.
Sebagai reaksi kedatangan NICA berama Sekutu, terjadi perlawanan di berbagai daerah. Salah satu perlawanan paling besar yang pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia adalah Pertempuran Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pertempuran Surabaya juga merupakan cikal bakal dari Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November. Lantas, bagaimana sejarahnya? Berikut penjelasan lengkapnya.
Ilustrasi Bung Tomo. Foto: Freepik

Pertempuran Surabaya sebagai Cikal Bakal Hari Pahlawan

Dikutip dari buku Wahana Ilmu Pengetahuan Sosial oleh Tim Pena Cendekia (2007: 73), tentara Sekutu mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby. Lantaran dalam tentara Sekutu juga terdapat NICA, maka terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu.
Pasukan Sekutu berani menyerbu penjara Kalisosok dalam usaha membebaskan tahanan Belanda. Mereka kemudian menduduki pos-pos penting, seperti gedung, bank, kantor pos, pangkalan udara, dan lain-lain. Tindakan pasukan Sekutu ini membuat rakyat Surabaya marah.
Pada tanggal 28 Oktober 1945, terjadi insiden Yamamoto, yaitu dirobeknya bendera Belanda merah, putih, biru, sehingga hanya menyisakan warna merah dan putih. Dalam pertempuran tersebut, Brigadir Jenderal Mallaby tewas.
ADVERTISEMENT
Sekutu tidak terima dan meminta pertanggungjawaban rakyat Surabaya atas tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby dan memberikan ultimatum agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya pada 10 November pukul 10.00 WIB.
Namun, ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh rakyat Surabaya dan mereka siap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya. Bung Tomo, Gubernur Jawa Timur R.A Suryo, beserta pemimpin-pemimpin lainnya juga turut mengobarkan semangat pertempuran melalui radio.
Pertempuran ini berlangsung cukup panjang hingga baru mereda dalam sekitar tiga minggu. Pemuda Indonesia bahkan melakukan bom bunuh diri untuk menghentikan tank raksasa milik Inggris.
Pertempuran ini memperlihatkan besarnya semangat rakyat Surabaya dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Berdasarkan buku Seri Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah Kelas IX karya Drs. Prawoto, M.Pd (2007: 23), diperkirakan 16.000 pejuang Indonesia gugur dalam Pertempuran Surabaya.
ADVERTISEMENT
Kehilangan yang besar itu lantas menularkan semangat kemerdekaan ke daerah lain di Indonesia. Sebagai bentuk penghormatan atas tindakan heroik para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tanggal 10 November lantas ditetapkan pemerintah sebagai Hari Pahlawan dengan Keppres Nomor 316 tahun 1959.
(VIO)