Konten dari Pengguna

Motif Batik Mega Mendung: Sejarah dan Filosofinya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
28 Oktober 2021 17:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Motif batik mega mendung dari Cirebon. Foto: disbudparpora.cirebonkab.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Motif batik mega mendung dari Cirebon. Foto: disbudparpora.cirebonkab.go.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang memiliki berbagai motif dengan sejarah dan filosofinya tersendiri. Salah satu motif batik terkenal adalah motif mega mendung dari Cirebon.
ADVERTISEMENT
Motif batik ini memiliki corak yang sangat unik. Bahkan, produksi batik ini bukan hanya terkenal di Indonesia, tapi juga mancanegara. Untuk mengetahui lebih jauh terkait sejarah dan filosofi dari motif batik mega mendung, simak pembahasan berikut.

Sejarah Motif Batik Mega Mendung

Sejarah munculnya motif batik mega mendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa Tiongkok ke wilayah Cirebon.
Hal ini tidak mengherankan karena pelabuhan Muara Jati di Cirebon merupakan tempat persinggahan para pendatang dari dalam dan luar negeri.
Dikutip dari Kode-Kode Nusantara: Telaah Sains Mutakhir atas Jejak-Jejak Tradisi di Kepulauan Indonesia oleh Hokky Situngkir, Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Beberapa benda seni yang dibawa dari Tiongkok pada saat itu, seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.
Dalam paham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas, dan mempunyai makna ketuhanan.
Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia seni rupa Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.
Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien tersebut menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi Tiongkok ke keraton Cirebon.
Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi Tiongkok ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon. Jadi, ada perbedaan antara motif mega mendung dari Tiongkok dan yang dari Cirebon.
Motif batik mega mendung dari Cirebon, garis awan berbentuk lancip dan segitiga. Foto: Vecteezy
Sebagai contoh, pada motif mega mendung dari Tiongkok, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan berbentuk lancip dan segitiga.
ADVERTISEMENT
Sejarah batik mega mendung di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Pada awalnya, proses membatik dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton Cirebon sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut.
Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarang batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.

Filosofi Motif Batik Mega Mendung

Motif batik mega mendung memiliki filosofi bahwasannya setiap manusia harus dapat menahan amarah pada dirinya saat dalam kondisi terpuruk, sedih, maupun tertekan.
Selalu bersikap bijaksana dalam kondisi apa pun, layaknya awan yang mendung dan menyejukkan suasana.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan arti namanya yaitu Mega yang berarti Awan, dan Mendung yang berarti cuaca yang sejuk. Motif yang ada dalam batik mega mendung ini juga menggambarkan sebuah kesan maskulin, lugas, dinamis, dan terbuka.
Seiring dengan perkembangan zaman, motif batik mega mendung mengalami banyak perubahan, dan mulai dikombinasikan dengan motif hewan, bunga, dan motif lainnya.
Selain itu, warnanya yang awalnya biru dan merah, sekarang sudah berkembang menjadi berbagai macam warna, seperti hijau, cokelat, dan lainnya.
(SFR)