Konten dari Pengguna

Naskah Lakon Teater Modern Indonesia, Ini Penjelasannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
29 Oktober 2021 9:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi naskah lakon teater modern. Sumber: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi naskah lakon teater modern. Sumber: Pexels
ADVERTISEMENT
Beragam naskah lakon teater modern tidak terlepas dari fenomena budaya yang terjadi dalam sejarah. Perkembangannya juga berhubungan dengan sejarah teater di Indonesia
ADVERTISEMENT
Pada masa penjajahan Jepang, misalnya, lakon seni pertunjukan digunakan sebagai alat propaganda untuk menanamkan ideologi Jepang terhadap masyarakat Indonesia.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), naskah lakon merupakan naskah yang masih ditulis tangan dengan gaya dialog langsung (cerita sandiwara). Namun, pada masa modern ini naskah lakon juga berlaku pada naskah yang dibuat menggunakan mesin ketik atau secara digital.

Perjalanan Naskah Lakon Teater Modern

Pada mulanya, naskah seni pertunjukan teater ditulis dalam bahasa Melayu-Tionghoa, bahasa Belanda, dan bahasa daerah.
Kemudian, mulai bermunculan naskah-naskah yang berisi kepahlawanan, perlawanan, dan semacamnya. Hal tersebut membuat naskah teater tidak hanya ditulis oleh sastrawan, melainkan juga oleh para tokoh perjuangan.
Menurut buku Seni Budaya yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., kehidupan teater modern Indonesia mulai menampakkan wujudnya setelah Usmar Ismail menulis naskah lakon yang berjudul Citra pada 1943.
ADVERTISEMENT
Naskah lakon ini bukan bertema tentang pahlawan-pahlawan epik atau tentang para bangsawan. Namun, tentang kehidupan sehari-hari atau tentang manusia Indonesia yang sedang menggalang kekuatan menuju pecahnya revolusi.
Ilustrasi naskah lakon teater modern. Sumber: Pexels
Teater modern Indonesia semakin marak dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Terlebih setelah kepulangan Rendra dari Amerika dengan eksperimen-eksperimennya yang monumental. Misalnya yang terdapat pada naskah lakon Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak lagi.
Pertumbuhan teater modern Indonesia dilengkapi dengan Sayembara Penulisan Naskah Drama dan Festival Teater Jakarta. Hasilnya, keberagaman bentuk pementasan dapat disaksikan hingga hari ini.
Di samping itu, mulai banyak grup-grup teater yang memiliki bentuk-bentuk penyajian berbeda satu sama lain. Mereka tidak hanya mengadopsi naskah lakon dari Barat, tetapi menggali akar-akar teater tradisi dalam penulisan naskah lakonnya.
ADVERTISEMENT

Seputar Pemeranan Seni Teater Modern

Secara mendasar, akting terbagi menjadi dua, antara lain akting presentasional dan akting representasional. Berdasarkan buku berjudul Seni Budaya yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., akting presentasional adalah suatu akting ketika pemeran memadukan tubuh, roh, dan jiwa dari karakter yang ada di dalam naskah ke dalam dirinya.
Paduan tersebut menghasilkan mutu akting yang wajar, indah, dan tepat sebagai seni pertunjukan. Hal ini sebagaimana yang diacu oleh metode realisme Konstantin Stanislavski.
Sedangkan akting representasional merupakan lawan dari presentasional. Akting ini mengacu pada bentuk sajian teater yang paling tua dan bertahan hingga kini dalam sejumlah sajian teater tradisional. Selain itu, akting representasional menitikberatkan pada gerakan-gerakan lahiriah tanpa merinci detail gerakan-gerakan batin.
ADVERTISEMENT
Di samping menjadikan dirinya sebuah karakter, seorang pemeran tokoh dalam seni teater juga perlu memiliki keadaan fisik yang memadai untuk dapat berlaku sebagai pemain. Misalnya, suara yang dikeluarkan saat berdialog dan semacamnya harus bisa terdengar oleh seluruh penonton. Selain itu, gerak tubuhnya harus wajar dan pasti (tidak tanggung).
(AMP)