Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Niat Puasa Ganti Ramadan di Hari Senin dan Tata Caranya
13 Oktober 2024 23:57 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan adalah salah satu bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Niat puasa ganti Ramadan di hari Senin dibaca saat mengganti puasa. Orang yang uzur diwajibkan untuk mengganti puasa atau membayar denda.
ADVERTISEMENT
Di bulan Ramadan, Muslim di seluruh dunia melakukan puasa dalam sebulan penuh, Namun, beberapa orang tidak dapat melakukan puasa karena uzur, seperti: sakit, menstruasi, sedang hamil, atau menyusui.
Pengertian Ramadan
Ramadan adalah bulan ke-9 dalam kalender Hijriah. Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadan dari Subuh hingga terbenamnya matahari.
Puasa Ramadan diawali dengan membaca niat dan sahur pada pagi hari sebelum tiba waktu salat subuh. Ketika matahari sudah terbenam, umat Islam akan berbuka puasa.
Ibadah Saat Ramadan
Bagi umat Muslim, Ramadan adalah bulan suci untuk berlomba-lomba melakukan hal-hal baik dan bermanfaat. Umat Muslim percaya kalau Al-Qur’an diturunkan pada bulan suci Ramadan.
Umat Muslim juga melaksanakan ibadah lainnya selama bulan Ramadan. Ibadah Itu berupa membaca Al-Qur’an, salat tarawih, ngaji, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Waktu Pelaksanaan Ramadan
Ramadan biasanya terjadi dalam 29 atau 30 hari. Panjangnya bulan ramadan tergantung kapan hilal (bulan sabit yang menandai awal bulan Hijriah) terlihat atau tidak.
Kewajiban Puasa Ramadan
Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Umat Muslim yang dewasa, sehat, dan tidak ada halangan syar’i diwajibkan untuk berpuasa Ramadan. Kewajiban itu telah ditegaskan Allah dalam QS. Surat al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
"Yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba ‘alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba ‘alalladzîna ming qablikum la‘allakum tattaqûn."
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
ADVERTISEMENT
Hikmah Ramadan
Ibadah puasa juga dipandang sebagai cara untuk belajar tentang kesabaran, menghentikan kebiasaan buruk, dan solidaritas terhadap mereka yang tidak mampu. Berpuasa sebulan penuh selama bulan Ramadan disyariatkan atau diwajibkan sejak abad ke-2 Hijriah.
Bulan Ramadan memiliki banyak keistimewaan. Berikut adalah hikmah dan keistimewaan ramadan.
Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Ada delapan perkara yang bisa membatalkan puasa seseorang, sebagaimana keterangan dalam kitab Fathul Qarib. Berikut adalah hal-hal yang membatalkan puasa:
ADVERTISEMENT
Hukum Meninggalkan Puasa
Puasa Ramadan adalah kewajiban bagi setiap muslim. Jika ditinggalkan karena sakit, haid, maupun melakukan perjalanan jauh maka harus meng-qadha atau mengganti puasanya di lain waktu. Kewajiban mengganti puasa Ramadan berdasarkan firman Allah:
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Artinya: “Siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan Ramadan, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah: 185).
Niat Mengganti Puasa
Terdapat niat yang dibaca saat mengganti puasa. Berikut adalah niat puasa ganti Ramadan di hari Senin berdasarkan situs web nu.or.
ADVERTISEMENT
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
"Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ."
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah Swt.”
Perbedaan niat qadha puasa Ramadan dengan puasa Ramadan biasa terletak pada kata qadhā dan adā. Hal tersebut bertujuan untuk membedakan puasa yang dikerjakan yang dikerjakan pada waktunya (adā) atau puasa yang dikerjakan di luar waktu (qadhā).
Niat puasa Ramadan, baik adā maupun qadhā memiliki kesamaan dari segi waktu. Keduanya dilaksanakan ketika malam hari, sebelum waktu fajar tiba.
Ketentuan ini senada dengan penjelasan Imam Khatib As-Syirbini dalam kitab Al-Iqna’:
وَيشْترط لفرض الصوْم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إِيقَاع النية ليلا لقَوْله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم "مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ" ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر
ADVERTISEMENT
Artinya: Disyaratkan berniat di malam hari untuk puasa wajib seperti puasa Ramadan, puasa qadha, atau puasa nazar.
Ketentuan ini mengacu pada hadis Rasulullah saw. ini:
"Siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tiada puasa baginya."
Cara Niat Puasa Mengganti Puasa Ramadan
Terdapat tata cara yang bisa dilakukan untuk mengganti puasa Ramadan. Berikut adalah cara mengganti puasa Ramadan dengan tepat dan benar.
1. Niat Mengganti Puasa Ramadan
Hal yang pertama kali dilakukan adalah membaca niat. Berikut adalah bacaan niat mengganti puasa Ramadan.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
"Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ."
Artinya: “Aku berniat untuk meng-qadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah Swt.”
ADVERTISEMENT
2. Makan Sahur
Setelah melakukan niat mengganti puasa Ramadan , seseorang disunahkan untuk makan sahur. Hal itu dilakukan agar lebih fokus ketika menjalani puasa qadha.
3. Memperbanyak Ibadah
Selain itu, bagi seseorang yang sedang melakukan puasa qadha juga diharuskan untuk menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Seorang yang sedang meng-qadha puasa disunahkan untuk memperbanyak amalan seperti membaca Al-Quran dan berzikir.
4. Menyegerakan Berbuka
Langkah berikutnya adalah menyegerakan berbuka apabila telah azan maghrib. Berikut adalah bacaan doa berbuka puasa.
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Artinya: “Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka.” (HR. Abu Dawud).
Membayar Fidiah Puasa
Dari segi bahasa, fidiah berarti tebusan. Menurut syariat, fidiah adalah denda yang wajib ditunaikan karena meninggalkan kewajiban atau melakukan larangan.
ADVERTISEMENT
Fidiah dibayarkan oleh orang-orang yang memiliki kewajiban puasa namun tidak bisa mengganti karena uzur. Berikut adalah kategori orang-orang yang membayar fidiah.
1. Orang Tua yang Sudah Renta
ADVERTISEMENT
Kakek atau nenek tua renta yang tidak sanggup lagi menjalankan puasa, tidak terkena tuntutan berpuasa. Kewajibannya diganti dengan membayar fidiah satu mud makanan untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
2. Sakit Parah
Orang sakit parah yang tidak ada harapan sembuh dan tidak sanggup berpuasa, tidak terkena tuntutan kewajiban puasa Ramadan. Sebagai gantinya, maka wajib membayar fidiah.
Seperti orang tua renta, batasan tidak mampu berpuasa bagi orang sakit parah adalah sekiranya mengalami kepayahan. Orang dalam kategori ini hanya wajib membayar fidiah dan tidak ada kewajiban puasa.
3. Wanita Hamil atau Menyusui
Ibu hamil atau wanita yang tengah menyusui, diperbolehkan meninggalkan puasa apabila mengalami kepayahan dengan berpuasa atau mengkhawatirkan keselamatan anak/janin yang dikandungnya. Berikut adalah rincian fidiah bagi wanita hamil atau menyusui:
ADVERTISEMENT
4. Orang Mati
Dalam fiqih Syafi’i, orang mati yang meninggalkan utang puasa dibagi menjadi dua yaitu wajib fidiahdan tidak wajib fidiah. Pertama, orang yang tidak wajib difidiahi.
Orang yang meninggalkan puasa karena uzur dan ia tidak memiliki kesempatan untuk meng-qadha, semisal sakitnya berlanjut sampai mati. Tidak ada kewajiban apa pun bagi ahli waris perihal puasa yang ditinggalkan mayit, baik berupa fidiah atau puasa.
Kedua adalah orang yang wajib difidiahi, yaitu orang yang meninggalkan puasa tanpa uzur atau karena uzur namun ia menemukan waktu yang memungkinkan untuk meng-qadha puasa.
ADVERTISEMENT
Wajib bagi ahli waris untuk mengeluarkan fidiah bagi mayit sebesar satu mud makanan pokok untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
Biaya pembayaran fidiah diambilkan dari harta peninggalan mayit. Menurut pendapat ini, puasa tidak boleh dilakukan dalam rangka memenuhi tanggungan mayit.
Sementara menurut qaul qadim (pendapat lama Imam Syafi’i), wali atau ahli waris boleh memilih di antara dua opsi, yaitu, membayar fidiah atau berpuasa untuk mayit.
5. Orang yang Mengakhirkan Qadha Ramadan
Orang yang menunda-nunda qadha puasa maka ia berdosa dan wajib membayar fidiah satu mud makanan pokok untuk per hari puasa yang ditinggalkan. Fidiah ini diwajibkan sebagai ganjaran atas keterlambatan meng-qadha puasa Ramadan.
Niat puasa ganti Ramadan di hari Senin dapat dibaca malam hari saat sahur. Puasa ganti Ramadan bisa dilakukan dengan memperhatikan tata cara puasa qadha Ramadan. (Fia)
ADVERTISEMENT