Konten dari Pengguna

Niat Puasa Qadha dan Waktu Mengamalkannya Menurut Syariat Islam

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
30 Januari 2024 11:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi niat puasa qadha. Foto: unsplash.com.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi niat puasa qadha. Foto: unsplash.com.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bacaan niat puasa qadha menjadi salah satu hal yang perlu dipahami umat Islam saat ingin mengamalkan ibadah tersebut. Puasa qadha merupakan salah satu puasa yang dapat dikerjakan seorang muslim untuk mengganti puasa wajib Ramadhan yang tertinggal.
ADVERTISEMENT
Memahami bacaan niat puasa qadha memudahkan umat Islam untuk mengamalkan ibadah tersebut. Dengan begitu, puasa yang dilakukan akan lebih khusyuk dan mendapat ridho Allah SWT.
Umat Islam yang ingin mengamalkan ibadah tersebut, simaklah artikel ini sampai selesai. Selain bacaan niat puasa, akan diungkap pula waktu mengamalkannya, orang yang wajib melaksanakan puasa qadha, dan informasi lainnya sesuai syariat Islam.

Bacaan Niat Puasa Qadha

ilustrasi niat puasa qadha. Foto: pexels.com.
Niat menjadi salah satu syarat wajib mengamalkan ibadah puasa baik itu puasa fardhu atau wajib maupun puasa sunah. Mengutip buku Fikih Jumhur oleh Muhammad Naim Muhammad Hani Sa’i, madzab jamahir ulama, seperti Malik, Abu Hanifah, Asy-Syafi’i menyatakan ibadah puasa tidak akan sah jika dilakukan tanpa niat.
Niat menjadi salah satu pembeda suatu amalan. Beberapa ulama berpendapat, wajib hukumnya membedakan jenis puasa dengan niat yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Apabila berpuasa Ramadhan, maka niatnya adalah puasa Ramadhan. Jika berpuasa qadha, niatnya adalah puasa qadha.
Dikutip dari buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan hingga Kematian oleh Muh. Hambali, doa niat puasa qadha yaitu:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Aku berniat untuk meng-qadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.
Saat mengucapkan niat tersebut, diharamkan untuk mengakhirkan niat. Maksudnya, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa di atas sejak malam hari dan hukumnya mutlak.
Niat yang boleh dilakukan setelah terbit fajar memiliki satu syarat, yaitu tidak terjadi hal-hal yang membatalkan puasa sebelum dia berniat.
ADVERTISEMENT
Apabila niat puasa qadha diucapkan sebelum matahari terbenam untuk hari berikutnya, hal ini diperbolehkan. Tata cara niat puasa qadha sendiri dilakukan dalam hati kemudian dilafalkan.
Mengutip buku Rahasia Puasa Menurut 4 Mahzhab oleh Thariq Muhammad Suwaidan, mengubah niat sebelum fajar diperbolehkan. Namun, jika perubahan niat dilakukan di siang hari atau pada malam hari dan tetap pada perubahan niat tersebut, maka puasanya batal.
Menurut mahzad Hambali dan Hanafi, jika seorang muslim ragu antara niat puasa yang diucapkan maka ibadah puasa yang dijalankan batal dan wajib untuk meng-qadha ibadah tersebut.

Orang-Orang yang Wajib Puasa Qadha

ilustrasi orang yang wajib menjalankan puasa qadha. Foto: unsplash.com.
Mengutip buku buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan hingga Kematian oleh Muh. Hambali, hukum mengganti puasa yang tertinggal wajib bagi setiap Muslim. Artinya, mengamalkan puasa qadha akan mendapatkan pahala dan bila ditinggalkan akan terhitung sebagai dosa.
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang wajib meng-qadha puasa Ramadhan adalah musafir, orang yang sakit, wanita yang haid dan nifas, atau dalam kondisi tertentu, seperti:

Waktu Menjalankan Puasa Qadha

ilustrasi waktu mengamalkan puasa qadha. Foto: unsplash.com.
Mengutip buku Pintar Puasa Wajib dan Sunah Oleh Nur Sholikin, puasa qadha harus disegerakan. Haram hukumnya menjalankan puasa sunah apabila puasa wajib yang ditinggalkan belum digantikan.
Menyegerakan mengganti ibadah wajib yang ditinggalkan merupakan hal wajib. Pasalnya, mengganti ibadah wajib layaknya pengabdian seorang hamba terhadap Tuhannya. Lebih lanjut, orang yang menjalankan puasa qadha harus mempunyai kesadaran tinggi.
ADVERTISEMENT
Sebab, puasa yang dijalankan merupakan bentuk kebutuhan seseorang terhadap Tuhannya. Puasa qadha hendaknya dijalankan sesuai dengan rukun dan syarat puasa pada umumnya.
Puasa qadha dapat dilakukan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan berikutnya. Bila mau dikerjakan pada bulan Syawwal, ibadah ini boleh diamalkan setelah tanggal 1 atau setelah hari Tasyrik.
Umat Islam boleh mengerjakan puasa qadha secara berurutan atau tidak berurutan agar tidak terasa berat. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW dari Ibnu Umar:
“Qadha puasa Ramadhan itu jika ia berkehendak maka boleh melakukan secara terpisah. Dan jika ia berkehendak maka ia boleh juga melakukan secara berurutan”. (HR. Daruquthni)

Jumlah Puasa Qadha

ilustrasi jumlah puasa qadha. Foto: unsplash.com.
Masih dari sumber yang sama, jumlah puasa qadha sendiri harus sama dengan jumlah hari puasa wajib yang ditinggalkan. Jika jumlah puasa yang harus dibayar tidak diketahui, karena sudah terlalu lama, lebih baik tentukan jumlah puasa qadha lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Misalnya, seingat Anda mempunyai utang puasa lima hari atau enam hari, maka harus dipilih yang lebih banyak, yaitu enam hari. Lebih lanjut, haram hukumnya seseorang menunda puasa qadha tanpa alasan sah hingga datang puasa Ramadhan berikutnya.
Sebab, orang tersebut belum menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Namun, jika penundaan tersebut dikarenakan beberapa hal uzur seperti sakit keras, maka ia tidaklah berdosa.
Jika seseorang mempunyai tanggungan puasa wajib tetapi belum membayarnya, sama halnya orang itu mempunyai tunggakan utang pada Allah SWT.
Pihak yang bertanggung jawab atas utang puasa orang tersebut adalah keluarganya. Utang puasa Ramadhan bagi orang yang meninggal dapat diganti dengan fidyah.
Amalan fidyah dapat dilakukan dengan memberi makan sebesar 0,6 kg bahan makanan pokok kepada orang miskin untuk setiap hari puasa yang telah ditinggalkannya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sudah dijelaskan Rasulullah dalam hadist Tirmidzi. Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang meninggal dunia dan mempunyai kewajiban puasa, maka dapat digantikan dengan memberi makan kepada seroang miskin pada hari yang ditinggalkannya”
(IPT)