Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Pemeranan Seni Teater Modern, Ini Penjelasan Konsepnya
28 Oktober 2021 18:17 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Apabila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, akting merupakan penampilan pemeran melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan emosi ketika memerankan tokoh cerita di hadapan penonton. Namun, pada intinya akting adalah perlakuan yang dikerjakan secara sadar untuk meyakinkan orang lain.
Misalnya, seorang penipu yang hendak mengelabui korbannya. Si penipu itu sebenarnya telah melakukan akting dengan cara berlaku meyakinkan korban, sehingga ia yakin bahwa penipu telah bertindak apa adanya.
Konsep Pemeranan Seni Teater Modern
Secara mendasar, akting terbagi menjadi dua, antara lain akting presentasional dan akting representasional. Berdasarkan buku berjudul Seni Budaya yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., akting presentasional adalah suatu akting ketika pemeran memadukan tubuh, roh, dan jiwa dari karakter yang ada di dalam naskah ke dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
Paduan tersebut menghasilkan mutu akting yang wajar, indah, dan tepat sebagai seni pertunjukan. Hal ini sebagaimana yang diacu oleh metode realisme Konstantin Stanislavski.
Sedangkan, akting representasional merupakan lawan dari presentasional, yaitu bentuk sajian teater yang paling tua, dan bertahan hingga kini dalam sejumlah sajian teater tradisional. Sajian ini menitikberatkan pada gerakan-gerakan lahiriah tanpa merinci detail gerakan-gerakan batin.
Di samping menjadikan dirinya sebuah karakter , seorang pemeran tokoh dalam seni teater juga perlu memiliki keadaan fisik yang memadai untuk dapat berlaku sebagai pemain. Misalnya, suara yang dikeluarkan saat berdialog dan semacamnya harus bisa terdengar oleh seluruh penonton, atau gerak tubuhnya harus wajar dan pasti (tidak tanggung).
Naskah Lakon Teater Modern
Pemeranan seni teater modern juga tidak terlepas dari penaskahan. Pada mulanya, naskah seni pertunjukan teater ditulis dalam bahasa Melayu-Tionghoa, bahasa Belanda, dan bahasa daerah.
ADVERTISEMENT
Kemudian, mulai bermunculan naskah-naskah yang berisi kepahlawanan, perlawanan, dan semacamnya yang menjadikan naskah teater tidak hanya ditulis oleh sastrawan, melainkan juga tokoh-tokoh perjuangan.
Menurut buku yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., kehidupan teater modern Indonesia mulai menampakkan wujudnya setelah Usmar Ismail menulis naskah lakon yang berjudul Citra pada 1943.
Naskah lakon ini bukan bertema tentang pahlawan-pahlawan epik atau tentang para bangsawan. Namun, tentang kehidupan sehari-hari atau tentang manusia Indonesia yang sedang menggalang kekuatan menuju pecahnya revolusi.
Teater modern Indonesia semakin semarak dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Terlebih setelah kepulangan Rendra dari Amerika bersama eksperimen-eksperimennya yang monumental. Misalnya, yang terdapat pada naskah lakon Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan teater modern Indonesia dilengkapi dengan Sayembara Penulisan Naskah Drama dan Festival Teater Jakarta, sehingga keberagaman bentuk pementasan dapat kita saksikan hingga hari ini.
Di samping itu, mulai banyak grup-grup teater yang memiliki bentuk penyajian berbeda satu sama lain. Selain itu, juga tidak hanya mengadopsi naskah lakon dari Barat, tetapi dengan menggali akar-akar teater tradisi dalam penulisan naskah lakon.
(AMP)