Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Pengertian Bystander Effect, Penyebab, dan Cara Mencegahnya
30 Januari 2024 14:04 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memahami pengertian Bystander Effect dapat menumbuhkan sikap tolong menolong di lingkungan masyarakat. Bystander Effect adalah istilah psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku seseorang yang memilih abai untuk menolong orang dalam kondisi darurat.
ADVERTISEMENT
Fenomena tersebut sudah sering terjadi di kalangan masyarakat. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kondisi tersebut dapat diketahui dengan memahami materi Bystander Effect yang akan diungkap pada artikel ini.
Akan dijelaskan apa pengertian Bystander Effect, penyebab terjadinya fenomena tersebut di masyarakat, dan bagaimana cara mencegah fenomena di masyarakat luas. Berikut penjelasan lengkapnya.
Pengertian Bystander Effect
Menyadur laman psychologytoday.com, Bystander Effect adalah fenomena psikologi yang terjadi di masyarakat, di mana ketika ada seseorang membutuhkan pertolongan tetapi orang sekitar tak ada yang mau menolong atau membantu.
Contohnya saat berada di tempat umum dan menyaksikan sebuah kecelakaan yang menimpa orang lain di depan mata, tentu hati nurani tak dapat menolak untuk membantu orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Faktanya, tak semua orang akan memberi pertolongan pada korban kecelakaan itu. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong.
Karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya, tak ada orang yang menolong korban sama sekali. Semakin besar jumlah orang yang ada di lokasi kejadian, semakin kecil kemungkinan salah satu dari mereka yang memutuskan untuk membantu.
Oleh karena itu, fenomena ini disebut dengan Bystander Effect atau efek pengamat karena orang-orang hanya menonton korban meminta tolong tanpa melakukan tindakan khusus.
Dalam beberapa penelitian psikologi, orang-orang akan lebih berani untuk mengambil tindakan pertolongan jika hanya ada sedikit orang. Menjadi bagian dari kerumunan besar, dapat menghambat seseorang untuk membantu orang lain yang sedang berada dalam kondisi sulit.
ADVERTISEMENT
Kehadiran orang lain akan memanipulasi keadaan, sehingga berpikiran akan ada orang lain yang menolongnya. Bahkan, fenomena Bystander Effect pernah menjadi kasus yang fenomenal di Amerika Serikat.
Mengutip laman New York Times, pada 1964 terjadi pembunuhan brutal yang terjadi pada Catherin Genovese, perempuan berusia 28 tahun saat pulang kerja.
Perempuan ini diserang dan ditikam oleh pria bernama Winston Moseley. Meskipun Catherin berulang kali meminta bantuan, tak ada satu orang di lokasi kejadian yang mendengar tangisannya.
Serangan pertama kali dimulai pada pukul 03.20, tetapi baru pada pukul 03.50 seseorang berani menghubungi polisi. Hal ini membuat kasus Catherin menjadi sensasional dan istilah Bystander Efffect dikenal luas oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penyebab Terjadinya Bystander Effect
Dikutip dari laman verywellmind.com, Latane dan John Darley, ahli psikolog sosial menjelaskan bahwa fenomena Bystander Effect terjadi karena dua alasan, yakni difusi tanggung jawab dan keadaan situasi sekitar.
Difusi tanggung jawab artinya keadaan ketika seseorang tidak merasa harus menolong dan bertanggung jawab terhadap keadaan korban karena sudah ada banyak orang di sekitarnya.
Orang tersebut merasa membantu orang lain di ruang publik adalah tanggung jawab bersama. Sehingga, harus ada seseorang yang memulai agar korban dapat tertolong.
Semakin banyak orang dalam ruang publik, rasa empati atau keinginan untuk menolong korban akan semakin sedikit.
Alasan kedua disebabkan oleh kondisi situasi sekitar. Pada saat menolong seseorang, ada cara dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dengan benar.
ADVERTISEMENT
Contohnya saat ada korban kecelakaan. Beberapa orang yang melihat korban kecelakaan akan merasa takut untuk menolong korban karena tidak mengetahui cara yang tepat.
Karena takut salah dan malu untuk melakukan sebuah tindakan, individu tersebut memilih untuk tidak merespon kejadian yang terjadi di sekitarnya meski dalam keadaan darurat sekali pun.
Setelah itu, orang yang merasa takut akan melihat situasi sekitar. Apakah ada orang lain akan ikut membantu korban atau tidak. Jika sudah ada yang menolong, orang tersebut cenderung memilih tidak ikut campur karena sudah ada yang berinisiatif menolong korban.
Mengutip laman britannica.com, Bystander Effect juga terjadi karena pengaruh lingkungan. Saat seseorang memilih untuk tidak menolong orang lain, hal tersebut juga mempengaruhi psikologi orang lain untuk tidak menolong dan bereaksi apapun.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, pengaruh tersebut timbul karena adanya kondisi saling mengamati satu sama lain sehingga fenomena ini dapat menimbulkan efek domino.
Faktor yang Mempengaruhi Bystander Effect
Berdasarkan jurnal ilmiah dengan judul From Empathy to Apathy: the Bystandar Effect Revisite karya Ruud Hortensius dan Beatrice de Gelder, fenomena Bystander Effect dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Berikut penjelasan lengkapnya.
a. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi timbulnya fenomena Bystander Effect di antaranya, yaitu:
1. Perasaan
Perasaan seseorang bisa berupa positif dan negatif. Perasaan positif akan mendorong seseorang untuk menjalin komunikasi yang baik dengan sesama. Dengan begitu, perasaan positif akan mendorong seseorang untuk menolong orang lain lebih tinggi.
Sementara perasaan negatif cenderung memiliki perilaku tidak konsisten. Perasaan negatif cenderung meningkatkan Bystander Effect karena orang tersebut akan lebih fokus pada masalah yang sedang ia dihadapi.
ADVERTISEMENT
2. Karakter
Karakter seseorang dapat memengaruhi tindakan yang diambil. Orang yang memiliki sifat pemaaf dan dermawan akan lebih mudah tergerak untuk menolong orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak mudah memaafkan cenderung akan abai untuk menolong orang lain.
3. Agama
Orang yang taat beragama akan bertindak menolong orang lain karena mereka percaya akan mendapat ganjaran berupa pahala. Selain itu, menolong orang menjadi salah satu motivasi untuk berbuat kebaikan.
4. Jenis Kelamin
Sebuah penelitian menyebut bahwa laki-laki akan bersedia untuk terlibat dalam aktivitas tolong menolong dalam kondisi darurat dan berbahaya yang melibatkan fisik.
Sementara perempuan cenderung memberi pertolongan di sisi lain yang tak bisa dijangkau dengan fisik seperti dukungan emosional.
5. Usia
ADVERTISEMENT
Usia juga mempengaruhi kecenderungan untuk menolong sesama. Bertambahnya usia menjadikan manusia lebih mudah menerima norma sosial. Hal ini menunjukkan adanya korelasi postif antara usia dengan kemauan untuk menolong orang lain.
b. Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal juga dapat memengaruhi fenomena Bystander Effect yang terjadi di masyarakat saat ini. Di antaranya, yaitu:
1. Kesamaan
Tak jarang adanya kesamaan antara penolong dan orang yang ditolong memberikan pengaruh yang cukup kuat. Contohnya, seperti kesamaan ras, agama, suku, hobi, kelompok, dan lainnya dapat meningkatkan rasa tolong menolong lebih tinggi.
2. Pandangan Masyarakat
Pandangan masyarakat menjadi salah satu faktor eksternal yang memengaruhi Bystander Effect. Hal ini juga berkaitan dengan norma-norma sosial, sehingga mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri.
Hanya saja, faktor ini juga menimbulkan rasa takut jika mendapat pandangan buruk dari masyarakat karena melakukan hal yang salah dan memalukan. Adanya kemungkinan salah paham dari masyarakat juga mengurangi kemauan untuk menolong orang lain.
ADVERTISEMENT
3. Waktu
Orang yang santai umumnya memiliki waktu yang cukup banyak. Mereka akan lebih mudah meluangkan waktu untuk menolong orang lain. Sebaliknya, orang yang sibuk tak akan memiliki waktu untuk memikirkan urusan orang lain, bahkan untuk menolong.
Cara Mencegah Bystander Effect
Dikutip dari laman medicalnewstoday.com, Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Bystander Effect. Di antaranya, yaitu:
1. Melatih Sikap Empati
Melatih sikap dan rasa empati terhadap sesama dapat dilakukan sejak dini. Menumbuhkan sikap empati bukan hal yang mudah dilakukan.
Rasa empati dan simpati dapat dikembangkan dengan cara mengenali diri sendiri, aktif mendengarkan orang lain, dan berbicara dengan orang baru.
2. Menyadari situasi diskriminatif atau situasi darurat
Mengambil sebuah tindakan pertolongan membutuhkan sebuah kesadaran dan keberanian. Dengan menyadari situasi darurat, naluri seseorang akan mengedukasi orang lain untuk melakukan tindakan pertolongan kepada orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
3. Lakukan inisiatif
Cara mencegah Bystander Effect adalah dengan melakukan inisiatif melakukan pertolongan. Secara psikologi, jika ada orang yang memulai untuk menolong, semua akan ikut membantu.
Lebih lanjut, hal ini juga dapat dilakukan dengan melakukan eye contact agar orang yang dimintai tolong merasa segan dan sulit menolak. Dengan begitu, setiap orang akan ikut membantu korban yang membutuhkan.
4. Segera Menghubungi Pihak Berwenang
Setelah menyadari situasi darurat, cobalah untuk meminta bantuan pihak berwenang. Contohnya, jika dalam keadaan darurat yang berhubungan dengan kriminalitas, segera hubungi pihak kepolisian atau keamanan.
Apabila ada korban kecelakaan atau keadaan sejenis, segera hubungi pertolongan medis seperti rumah sakit atau klinik terdekat.
(IPT)
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 0:03 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini