Konten dari Pengguna

Pengertian Studi Terratologi, Aspek Kajian, dan Metode Penelitiannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
28 Januari 2022 18:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi embrio yang mengalami kelainan dapat dipelajari dalam stusi terratologi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi embrio yang mengalami kelainan dapat dipelajari dalam stusi terratologi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Apa pengertian studi terratologi yang erat kaitannya dengan studi embriologi? Terratologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu teres artinya monster serta logos artinya ilmu.
ADVERTISEMENT
Perkembangan embrio yang mengalami kelainan dipelajari dalam cabang embriologi yang disebut studi terratologi. Secara sederhana, terratologi adalah studi yang mempelajari pengaruh buruk lingkungan pada sistem perkembangan, yaitu sel kelamin, embrio, janin, dan bayi.
Definisi lebih luas disampaikan Drs. Kapsul, M.Si dalam bukunya Embriologi-Teratologi: Teori dan Praktik Buku Ajar Embriologi (2008: 54), yaitu terratologi adalah ilmu yang mempelajari penyebab, mekanisme, dan manifestasi penyimpangan perkembangbiakan secara struktur maupun fungsi.

Aspek-Aspek Studi Terratologi

Dalam studi terratologi, terdapat tiga aspek yang menjadi kajian umum ilmu pengetahun ini. Ketiganya, yaitu penyebab teratogenesis, mekanisme teratogenesis, dan manifestasi teratogenesis.
Teratogenesis sendiri adalah proses perkembangan abnormal pada sistem perkembangan, karena pengaruh zat atau agen dari lingkungan. Agar lebih memahaminya, simak penjelasan berikut ini.
Ilustrasi embrio yang mengalami kelainan dapat disebabkan oleh zat atau agen dari lingkugan. Foto: Pixabay
1. Penyebab Teratogenesis
ADVERTISEMENT
Penyebab teratogenesis disebut juga teratogen. Teratogen dapat bermacam-macam wujudnya, yaitu:
2. Mekanisme Teratogenesis
Mekanisme teratogenesis adalah peristiwa atau proses antara respons pertama embrio terhadap teratogen dan manifestasi akhir perkembangan abnormal embrio. Penyebab tunggal dapat mengaktifkan lebih dari satu mekanisme. Misalnya:
3. Manifestasi Teratogenesis
Manifestasi teratogensis adalah tipe, derajat, dan akibat dari perkembangan abnormal. Perkembangan abnormal terjadi karena adanya teratogen yang diterima oleh embrio.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, muncul mekanisme reaksi awal terhadap teratogen, yang memengaruhi proses morfogenetik dan biokimia. Akibatnya, terjadi abnormalitas struktural dan fungsional. Abnormalitas struktural dan fungsional sebagai manifestasi awal akan mengakibatkan cacat pada akhir perkembangan.
Ada empat jenis manifestasi akhir perkembangan abnormal, yaitu: kematian, malformasi, retardasi pertumbuhan (abnormalitas sekunder yang diakibatkan oleh abnormalitas struktural atau fungsional), kombinasi abnormalitas struktural dan fungsional.
Ilustrasi metode penelitian studi terratologi bisa memprediksi adanya kelainan pada perkembangan manusia. Foto: Pixabay

Metode Pendekatan Kajian Terratologi

Menghimpun dalam buku Praktis Belajar Biologi milik Fiktor Ferdinand (2014: 18), kajian terratologi dapat menggunakan metode CHEST dan FETAX.
CHEST (Chick Embryotoxicity Screening Test) adalah pendekatan terratologi dengan menggunakan embrio ayam untuk mengetahui dampak teratogen terhadap perkembangan embrio ayam.
Sementara itu, FETAX (Frog Embryo Teratogenecity Xenopus) adalah pendekatan tertatologi dengan menggunakan embrio katak sebagai objek penelitian terratologi.
ADVERTISEMENT
Baik CHEST maupun FETAX pada dasarnya untuk menguji organogenesis yang berguna untuk memprediksi adanya potensi toksikan pada perkembangan manusia dan adanya suatu efek teratogen.
Contoh kasus penelitan terratologi dengan menggunakan pendekatan ini adalah penggunaan teratogen berupa enrofloxacin pada embrio ayam. Hasilnya, embrio mengalami penurunan berat badan, anomali strukur kepala, retardasi pembentukan tulang rawan, dan anomali pada struktur kepala.
Adapun pendekatan teratologi berdasarkan metode FETAX dapat diamati pada perkembangan embrio katak dengan perlakuan pemberian insektisida (malathion), yang mengakibatkan pembengkokan ekor pada larva katak.
(VIO)