Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pengertian Tari Jawa Klasik Beserta Contohnya
29 Oktober 2021 11:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berbagai jenis tari tradisional tersebar luas di wilayah Jawa dan memiliki karakteristik serta ciri khas yang membedakan satu sama lain.
Pengertian Tari Tradisional
Mengutip Modul 6 Uniknya Tarian Daerahku oleh Maria Darmaningsih, tari tradisional merupakan jenis tarian yang diwariskan secara turun temurun. Unsur dalam tari tradisional dikenal memiliki gerakan yang cukup rumit.
Hal ini karena gerakan dalam tari tradisional terdapat nilai filosofis, simbolis, dan religius, yang mana hanya orang-orang tertentu yang dapat memahaminya.
Selain nilai-nilai khusus, dalam tari tradisional juga memerlukan formasi, busana, dan tata rias yang berpedoman pada aturan-aturan tertentu. Dalam artian, segala aspek dalam tari tradisional tidak bisa dilakukan sembarangan.
Adapun jenis tari tradisional terbagi menjadi dua, yakni tari tradisional klasik dan tari tradisional kerakyatan.
ADVERTISEMENT
Pengertian Tari Jawa Klasik
Melansir Modul 6 Uniknya Tarian Daerahku oleh Maria Darmaningsih, tari Jawa klasik merupakan seni tari yang dihasilkan dari sebuah ritual yang dilakukan oleh para empu penari keraton di zaman dulu kala. Dalam tari Jawa klasik terdapat aturan yang bersifat baku dan tidak bisa diubah lagi.
Tari Jawa klasik dikenal memiliki gerakan yang anggun dan dilengkapi dengan busana mewah. Hal ini berkaitan dengan lingkungan perkembangan tari klasik di wilayah kerajaan.
Adapun tari Jawa klasik biasanya difungsikan sebagai sarana upacara adat serta penyambutan tamu kehormatan.
Contoh Tari Jawa Klasik
Mengutip buku Refleksi Nilai-Nilai Budaya Jawa: Suatu Kajian Terhadap Serat Sakeber oleh Tashadi, dkk., contoh tari Jawa klasik yang dikenal antara lain tari srimpi dan tari bedhaya. Kedua tarian ini telah berusia ratusan tahun.
ADVERTISEMENT
Dulunya tari srimpi dan tari bedhaya hanya boleh dipentaskan dalam lingkungan keraton dan terbatas pada acara tertentu. Misalnya, pada acara penobatan raja, perkawinan agung atau menyambut tamu agung.
Adapun yang membawakan tari-tari tersebut biasanya para putri keraton atau cucu dari Sri Sultan.
Tari ini ditampilkan oleh empat orang penari wanita yang memakai kostum kain panjang atau kain batik bercorak latar putih dan berbaju tanpa lengan.
Di samping menggunakan kostum dan riasan khusus, para penari srimpi juga menggunakan perhiasan kepala yang disebut jamang. Selain itu ada pula sumping yang dipakai di kedua telinga.
Tari srimpi menggambarkan terjadinya perang tanding yang dilakukan oleh dua orang putra dengan mengambil latar cerita epos Mahabharata atau cerita Menak. Agar tampak lebih serasi, tari srimpi ditarikan oleh empat orang penari yang merupakan dua pasang perang tanding.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, perang tanding dalam tari srimpi menggambarkan pertentangan antara pihak yang baik dengan pihak yang buruk.
Tari bedhaya sudah ada sejak zaman pemerintahan Sultan Agung. Adapun tari bedhaya dibagi menjadi dua macam, yakni bedhaya ketawang dan bedhaya semang.
Tari bedhaya ketawang merupakan ciptaan Sultan Agung dan merupakan tari pusaka Keraton Surakarta.
Sementara tari bedhaya semang merupakan ciptaan Sultan Hamengku Buwono II dan menjadi tari pusaka di Keraton Yogyakarta.
Kedua jenis tari bedhaya tersebut dianggap keramat. Hal ini karena sepanjang tarian bedhaya dipentaskan, terdapat bermacam-macam sajian yang menyertainya.
Adapun tari bedhaya biasanya ditarikan oleh sembilan orang penari wanita dengan pakaian yang seragam.
(ANM)