Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Perbedaan Konsep Musik Barat dengan Musik Tradisional Indonesia
15 Oktober 2021 18:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terdapat perbedaan konsep musik Barat dengan musik tradisional Indonesia. Di samping karena budaya , perbedaan instrumen yang digunakan pun dapat berpengaruh terhadap konsep musik di suatu wilayah. Baik secara penyajian musik atau pun pemetaan nada.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah perbedaan konsep yang dimiliki musik Barat dan musik tradisional Indonesia.
Perbedaan Konsep Musik Barat dengan Musik Tradisional Indonesia
Konsep Musik Barat
Menyadur Modul Pembelajaran SMA Seni Budaya Kelas XI oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada perkembangan musik Barat, setiap zamannya mengalami berbagai macam perluasan. Salah satunya adalah sistem tonalitas yang terdiri dari sistem modal, tonal, dan atonal.
1. Musik modal
Sistem musik modal adalah sistem yang memandang bunyi hanya pada satu suara atau secara vertikal. Pada prinsipnya, modal berasal dari musik monofon, yaitu jenis musik yang terdiri dari satu suara dan dibawakan tanpa iringan.
Modal musik modern terdiri dari tujuh skala berbeda yang berkaitan dengan kunci mayor dan minor. Tujuh di antaranya disebut Ionian, Dorian, Frigia, Lydian, Mixolydian, Aeolian, dan mode Locrian.
ADVERTISEMENT
2. Musik tonal
Sistem modal yang berawal dari musik monofon kemudian berkembang seiring munculnya musik polifoni (dua suara atau lebih). Musik polifoni merupakan awal dari kemunculan sistem tonal.
Sistem tonal merupakan sistem musik yang memandang bunyi secara vertikal dan horizontal. Pada musik polifoni, terdapat langkah penyelesaian akhir horizontal yang disebut sebagai klausula. Hal tersebut yang juga merupakan awal dari munculnya sistem tonal.
3. Musik atonal
Atonal adalah jenis musik tanpa nada dan disonansi yang memiliki kesamaan, tetapi sebenarnya tidak. Musik tanpa nada ditandai dengan sistem dan teori yang cukup mudah karena nadanya hanya berupa “tonal”.
Awalnya, banyak yang mencecar musik atonal karena dinilai tidak jelas. Namun, seiring banyaknya musisi atonal yang lahir, lambat laun orang-orang mulai menyukai jenis musik ini.
ADVERTISEMENT
Konsep Musik Tradisional Indonesia
Untuk mengetahui konsep musik tradisional dapat dilihat dari pertunjukannya. Secara garis besar, konsep pertunjukan musik tradisional terbagi menjadi dua, yaitu musik sakral dan musik profan.
Menyadur Modul Pembelajaran SMA Seni Budaya Kelas X oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut adalah penjelasan dari keduanya.
1. Musik sakral
Alat musik tradisional oleh beberapa etnis dianggap sebagai benda keramat yang harus dijaga kesuciannya. Hal ini merupakan upaya seniman adat dalam menjaga kualitas upacara agar tetap suci dan utama (transenden). Mengingat alat musik dan upacara yang dilakukan sakral, maka musiknya pun bersifat sakral.
Musik sakral tidak bisa dimainkan sekehendak hati. Diperlukan banyak persyaratan, penentuan waktu, juga tempat yang tepat untuk memainkannya. Musik sakral lebih sering dimainkan di lingkungan masyarakat adat dan jarang dipertunjukkan secara terbuka pada khalayak.
ADVERTISEMENT
2. Musik profan
Profan memiliki arti tidak lagi berkaitan dengan tujuan upacara keagamaan. Musik tradisional pada akhirnya dipentaskan dengan tata kelola yang baru.
Beberapa jenis musik tradisional yang asalnya digunakan dalam kegiatan ritual adat, dikemas, dan ditampilkan di gedung pertunjukan dengan durasi waktu terbatas.
Namun, tidak semua musik tradisional lahir dari lingkungan masyarakat adat. Beberapa kesenian lahir dari lingkungan keraton (bangsawan). Misalnya, Gamelan Sekaten dan Gamelan Sari Oneng Parakansalak. Sebagian lainnya, sejak awal lahir sebagai seni rakyat yang profan.
(AMP)