Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Perbedaan Misoginis dan Seksis Berdasarkan Penyebab dan Cara Menghadapinya
31 Juli 2024 15:09 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada beberapa perbedaan misoginis dan seksis yang mencolok, meski kedua istilah tersebut kerap dianggap sama. Baik misoginis dan seksis sering muncul di tengah perbincangan seputar perempuan.
ADVERTISEMENT
Misoginis dan seksis sama-sama berkaitan dengan diskriminasi gender. Jika misoginis hanya melibatkan wanita, seksis lebih luas, yakni dapat berlaku pada siapa saja yang mendiskriminasi lawan jenisnya.
Simak penjelasan lengkap tentang misoginis dan seksis dalam uraian di bawah ini.
Perbedaan Misoginis dan Seksis menurut Para Ahli
Akhir-akhir ini, istilah misoginis dan seksis sering terdengar di media sosial, terutama seiring muncul banyaknya kampanye kesetaraan gender. Meski mirip, kedua istilah tersebut menggambarkan dua paham yang berbeda.
Misoginis bisa menjadi lebih ekstrem dari seksis, dapat berupa kekerasan terhadap perempuan serta perilaku melestarikan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan .
Adapun perbedaan misoginis dan seksis menurut beberapa ahli dapat disimak berikut ini yang dikutip dari situs Howstuffworks:
ADVERTISEMENT
1. Marcia Klotz, Ph.D., Asisten Profesor di University of Arizona
Marcia Klotz menyebutkan bahwa istilah misoginis dan seksis memang sering digunakan bergantian, tetapi keduanya bukanlah hal yang sama. Menurutnya, misoginis berarti kebencian terhadap kaum feminim, seperti penghinaan dan rasa jijik pada mereka yang mengidentifikasi diri sebagai perempuan.
Sementara seksisme mencakup misoginis tetapi tak hanya terbatas tentang perempuan. Seksisme adalah bentuk prasangka, diskriminasi, atau stereotip yang didasarkan pada norma gender.
2. Rachel C. Lee, Ph.D., direktur UCLA Center for the Study of Women
Rachel mengatakan seksis adalah bentuk struktur ketidaksetaraan yang menyatakan bahwa satu jenis kelamin lebih unggul dibandingkan jenis kelamin lainnya.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat memiliki stereotip seksis tanpa harus menjadi seorang misoginis. Misalnya, orang tersebut menganggap wanita sebagai orang yang lembut, sedangkan pria tidak mungkin begitu.
ADVERTISEMENT
Sementara, misoginis adalah perilaku membenci wanita dan hal-hal bersifat kewanitaan.
3. Roma Williams, Terapis Perkawinan dan Kelurga di Houston
Mengutip Psychology Today, menurut Roma Williams, seorang terapis perkawinan dan keluarga dari Houston, arti misoginis adalah bentuk ketidaksukaan, penghinaan, atau prasangka terhadap perempuan.
Sementara, seksisme adalah diskriminasi atau prasangka terhadap orang-orang yang berjenis kelamin berbeda.
Definisi Misoginis dan Seksis
Agar lebih memahami misoginis dan seksis lebih dalam, simak penjelasan tentang definisi dua istilah tersebut di bawah ini.
Apa Itu Misoginis?
Menyadur Howstuffworks, berdasarkan kamus Merriam-Webster, pengertian misoginis adalah kebencian terhadap wanita. Sementara Dictionary.com mengartikan misoginis adalah kebencian, ketidaksukaan, atau ketidakpercayaan terhadap wanita, atau prasangka terhadap wanita.
Lebih lanjut, profesor filsafat dari Universitas Cornell bernama Kate Manne, memberikan definisi misoginis dalam bukunya berjudul Down Girl: The Logic of Misogyny sebagai ideologi yang didasarkan pada pengendalian dan hukuman terhadap wanita yang menentang norma-norma patriarki.
ADVERTISEMENT
Manne menyebutkan bahwa misoginis bukanlah kebencian yang tak mendasar pada wanita. Dirinya menyebutkan misoginis sebagai sistem atau lingkungan sosial di mana wanita harus menghadapi permusuhan dan kebencian karena mereka adalah wanita di dunia pria.
Apa Itu Seksis?
Seksis berdasarkan kamus Merriam-Webster adalah prasangka atau diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Seksis juga dapat didefinisikan sebagai perilaku, kondisi, atau sikap yang menumbuhkan stereotip peran sosial berdasarkan jenis kelamin.
Lebih khusus, definisi seksis adalah diskriminasi atau devaluasi berdasarkan jenis kelamin atau gender seseorang, misalnya kesempatan kerja yang hanya ditujukan untuk pria atau mendiskriminasi perempuan.
Namun, Dictionary.com mendefinisikan seksis sebagai prasangka yang mengakar dan kebencian terhadap perempuan.
Contoh nyata dari perilaku seksis terjadi pada perhelatan Olimpiade di mana penyelenggara menganggap maraton terlalu berat untuk perempuan dan perempuan baru diperbolehkan mengikuti maraton pada Olimpiade Seoul 1988.
ADVERTISEMENT
Octavia Butler, seorang penulis dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa penindasan dalam bentuk apa pun, mulai dari rasisme, seksisme, etnosentrisme, klasisme, dan lainnya, hanya akan menyebabkan begitu banyak penderitaan di dunia.
Sejarah Misoginis dan Seksis
Menyadur Howstuffworks, Lauren Maclvor Thompson, Ph.D, seorang pengajar di Center for Law, Health, and Society di Georgia State University College of Law, menjelaskan bahwa meskipun antara misoginis dan seksis terlihat mirip, apabila dilihat dari perspektif sejarah, keduanya memiliki perbedaan.
Misoginis merujuk pada pembentukan dan pemeliharaan struktur patriarki yang secara khusus dirancang untuk membatasi perempuan pada status sosial tertentu, yakni lebih rendah dari laki-laki. Sementara, seksisme berkaitan tentang interaksi dan praktik sehari-hari.
Dalam buku Misogyny, misandry, and misanthropy oleh R. Howard Bloch dkk., University of California Press, kemunculan misoginis kemungkinan besar bersamaan dengan patriarki pada awal Zaman Perunggu. Misoginis menjadi lebih kuat di Abad Pertengahan, terutama di masyarakat Kristen.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, perkembangan misoginis dipraktikkan pada masyarakat-masyarakat, seperti suku-suku Lembah Amazon. Bahkan, hampir setiap budaya manusia mengandung bukti adanya prakti misoginis di masa lalu.
Penyebab Perilaku Misoginis dan Seksis Muncul
Mengutip situs PsychCentral, misoginis bukanlah sebuah kondisi kesehatan mental. Misoginis merujuk pada sikap dan kepercayaan yang melibatkan banyak faktor, seperti sistem kepercayaan, norma budaya, dan pengalaman masa kecil. Berikut ini beberapa penyebab munculnya perilaku misoginis:
1. Agama
Beberapa agama mengajarkan bahwa wanita muncul setelah pria atau diciptakan dari bagian tubuh pria. Wanita ada karena menjadi pendamping pria, bahkan beberapa menyebutkan bahwa wanita membawa dosa ke dunia. Hal tersebut berkontribusi munculnya praktik misoginis.
2. Pengalaman Masa Kecil
Seorang anak yang terpapar praktik misoginis semasa kecil akan tumbuh dan berpikir bahwa hal tersebut merupakan lumrah dilakukan orang dewasa. Kekerasan emosional dan fisik dalam rumah tangga dapat menjadi pemicu budaya misoginis dan seksis muncul.
ADVERTISEMENT
3. Pandangan Pribadi
Orang yang hidupnya sejalan dengan praktik misoginis dan menganggap praktik tersebut baik, maka orang tersebut akan cenderung menjadi pribadi misoginis.
Cara Menghadapi Perilaku Misoginis dan Seksis
Seksis dan misoginis disebut dapat berdampak secara mental seseorang. Seseorang yang merasakan adanya praktik misoginis atau seksis disarankan untuk segera melakukan beberapa tindakan berikut untuk menghindarinya:
1. Mempertahankan Pendirian
Jangan pernah mengabaikan misoginis ataupun seksis, Anda dapat berbicara pada orang tersebut bahwa perilaku tersebut tak dapat ditoleransi. Anda dapat menetapkan batasan pribadi dan bersikap tegas.
2. Mengetahui Kapan Harus Lari
Apabila Anda sudah mencoba untuk mempertahankan pendirian dan mencoba untuk berbicara dengan orang tersebut tapi tak berhasil, Anda mungkin bisa meninggalkan lingkungan dengan praktik tersebut.
Memiliki batasan dan meninggalkan situasi misoginis atau seksis dapat membantu untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan mental dan kehidupan Anda. Selain itu, mengadvokasi perempuan di lingkungan sekitar juga bisa membantu menghentikan dampaknya lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
3. Melaporkan Tindakan Pelaku
Jika sudah merasa tak aman di lingkungan misoginis maupun seksis, Anda bisa melaporkan ke pihak-pihak berwajib, seperti Komnas HAM, seorang profesional kesehatan mental, atau lainnya.
(NSF)