Konten dari Pengguna

Perbedaan Teori Inflasi: Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Strukturalis

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
14 Desember 2021 14:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi uang dolar. Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang dolar. Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Inflasi merupakan peristiwa berubahnya harga-harga umum yang naik secara terus menerus. Kenaikan harga pada satu atau dua barang saja tak dapat disebut inflasi, kecuali jika kenaikannya mengakibatkan peningkatan sebagian besar harga barang-barang yang lain.
ADVERTISEMENT
Menurut Nopirin dalam buku Ekonomi Moneter Buku 2, naiknya harga dari masing-masing barang tidak harus sama, secara mutlak maupun persentasenya. Waktu kenaikannya juga tak selalu bersamaan.
Intinya, dapat disebut inflasi apabila kenaikan harga umum barang-barang tersebut terjadi secara terus menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan harga saat inflasi bisa diukur dengan indeks harga.
Beberapa indeks harga yang kerap dipakai untuk mengukur Inflasi antara lain indeks harga konsumen (consumer price index), indeks harga perdagangan besar (wholesale price index), dan GNP deflator.

Teori Inflasi

Berdasarkan buku Ekonomi Makro Islam karangan Adiwarman A. Karim, terdapat beberapa teori inflasi yang menjadi dasar patokan penyebab dan pemberian jalan keluar ketika terjadi inflasi.
Penjelasan tentang dasar yang digunakan dalam teori inflasi (teori kuantitas, teori keynes, dan teori struktualis) adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
a. Teori Kuantitas
Menurut teori kuantitas, inflasi hanya bisa terjadi jika penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun uang giral. Inti dari teori kuantitas yang kedua adalah laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di waktu mendatang.
b. Teori Keynes
Menurut Teori Keynes, proses inflasi adalah perebutan pendapatan pada kelompok-kelompok sosial yang ingin mendapatkan bagian yang lebih besar dari yang dapat disediakan oleh masyarakat.
Dasar pemikiran inflasi ini terjadi karena masyarakat menginginkan hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Dengan demikian dapat menyebabkan permintaan masyarakat berjalan efektif.
c. Teori Strukturalis
Teori struktualis disebut dengan teori inflasi jangka panjang. Teori ini berisi penyebab inflasi yang bersumber dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya penawaran bahan makanan dan barang-barang ekspor.
ADVERTISEMENT

Efek Inflasi

Ilustrasi perubahan harga dalam ekonomi. Foto: Pixabay.com
Efek inflasi akan sangat dirasakan oleh masyarakat. Kenaikan harga-harga yang melambung tinggi dan terjadi secara terus menerus tidak hanya memgakibatkan efek buruk dalam kegiatan ekonomi. Namun juga berdampak kepada kemakmuran individu masyarakat.
Menyadur dari buku Makro Ekonomi Teori Pengantar karya Sadono Sukirno, berikut adalah beberapa efek inflasi:
1. Efek terhadap kemakmuran masyarakat
Inflasi dapat menurunkan pendapatan riil masyarakat yang memiliki pendapatan tetap. Selain itu, juga dapat mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang dan memperburuk pembagian kekayaan.
Kenaikan upah pun berjalan lambat dengan tidak mengiringi kenaikan harga-harga, sehingga nilai uang turun dan menjadi tidak merata.
2. Efek terhadap perkembangan ekonomi
Inflasi yang tingkatannya sudah tinggi tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Bila biaya secara terus menerus naik, akan menyebabkan produksi menjadi sangat tidak menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Permintaan terhadap berbagai macam barang yang naik akan mengakibatkan terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu.
(ZHR)