Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Proses Terjadinya Hujan: Evaporasi hingga Presipitasi
4 April 2022 17:12 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Proses terjadinya hujan terdiri dari beberapa tahap, mulai dari evaporasi, kondensasi, hingga presipitasi. Masing-masing tahap tersebut memiliki perannya tersendiri untuk menciptakan hujan yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Hujan yang diterbitkan oleh Gema Insani, hujan bermanfaat untuk menyuburkan tanah, persediaan air di dalam tanah jika musim kemarau datang, menumbuhkan pepohonan, dan untuk keperluan sehari-hari lainnya, seperti mencuci, minum, dan mandi.
Ingin tahu bagaimana proses terjadinya hujan? Untuk mendapatkan jawabannya, simak informasi lengkap di bawah ini.
Apa itu Siklus Hujan?
Siklus hujan atau hidrologi merupakan perputaran air di permukaan bumi yang diawali dari penguapan air laut, air danau, dan air sungai akibat dari fenomena pemanasan sinar matahari.
Dalam buku Menabung Air Hujan untuk Kesehatan Lingkungan karangan Lilik Zuhriyah, dkk, dalam siklus hidrologi, air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tidak semuanya masuk ke tanah, sebagian air masuk ke aliran permukaan dan sebagian lainnya masuk ke sungai.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, hujan yang turun juga bisa menyebabkan banjir, khususnya saat musim penghujan. Hal tersebut karena berkurangnya daerah tangkapan air, sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah.
Guna mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya untuk menahan air hujan dengan cara melakukan penetrasi ke dalam lubang atau rongga-rongga tanah atau bebatuan dan berusaha untuk menghemat air.
Proses Terjadinya Hujan
Hujan merupakan sebuah titik-titik air hasil kondensasi atau pengembunan di awan yang jenuh berisi partikel air. Peristiwa terjadinya hujan juga dicirikan dengan sampainya air dan bentuk cair atau padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi.
Sebelum akhirnya jatuh ke permukaan bumi, hujan mengalami serangkaian proses terlebih dahulu. Lantas, mengapa air hujan bisa turun? Berikut adalah urutan proses terjadinya hujan seperti yang dikutip dari buku Tata Ruang Air karangan Robert J. Kodoatie, dkk.
ADVERTISEMENT
1. Evaporasi
Tahap awal proses terjadinya hujan dimulai dari evaporasi. Evaporasi adalah proses terjadinya penguapan air karena panas matahari. Umumnya, proses evaporasi ini terjadi pada air laut, sungai, danau, rawa, tambak, embung, dan lainnya.
Tidak hanya itu, proses evaporasi juga bisa saja terjadi dari tanaman karena panas matahari. Proses tersebut bisa disebut dengan evapotranspirasi.
2. Kondensasi
Kondensasi adalah proses perubahan bentuk dari gas menjadi cair. Terjadinya proses pada tahap ini bergantung pada tingkat kejenuhan uap air yang ada di udara dan besarnya penurunan suhu.
Meski demikian, proses kondensasi memerlukan condensation nuclei atau benih hujan supaya kondensasi terjadi di dalam atmosfer. Condensation nuclei merupakan istilah yang menunjukkan partikel atau butiran kristal garam kecil yang berasal dari garam yang teruapkan di laut.
ADVERTISEMENT
3. Presipitasi
Setelah mengalami proses kondensasi, awan akan bergerak ke tempat yang bertekanan rendah dan jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk air. Kemudian, air hujan akan turun sampai ke permukaan bumi dan meresap masuk ke dalam pori-pori tanah.
Air yang meresap tersebut akan mengalir di atas permukaan bumi, tepatnya di parit atau sungai, lalu mengalir ke laut. Umumnya, persentase air hujan jatuh ke laut mencapai 80%, sedangkan 20% sisanya jatuh ke daratan.
Jenis-Jenis Hujan
Berdasarkan proses terjadinya hujan yang dijelaskan di atas, jenis-jenis hujan terbagi menjadi empat, di antaranya hujan konvektif, hujan orografis, hujan konvergensi, hingga hujan frontal. Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial karangan Waluyo, dkk, berikut penjelasannya.
1. Hujan konvektif
ADVERTISEMENT
Hujan konvektif adalah jenis hujan yang proses terjadi karena adanya pemanasan sinat matahari pada suatu massa udara, sehingga massa tersebut memuai atau naik dan mengalami pengembunan.
Uap air yang mengembun tersebut mulai membentuk awan cumulonimbus, yaitu awan yang menghasilkan hujan deras, tapi tidak berlangsung lama. Umumnya, fenomena ini terjadi di daerah tropis dengan intensitas penyinaran matahari yang tinggi.
2. Hujan orografis
Setelah hujan konvektif, ada juga hujan orografis atau yang bisa disebut juga dengan hujan relief. Fenomena hujan orografis terjadi pada perbukitan atau pegunungan karena proses terjadinya diakibatkan angin yang datang mendorong udara yang mengarah pada bukit dan pegunungan.
Lalu, udara yang mencapai bukit mulai mengalami penurunan suhu. Ketika sudah mencapai kelembapan, udara akan mengalami pengembunan dan terciptalah proses tetesan hujan di permukaan bumi.
ADVERTISEMENT
3. Hujan frontal
Jika melihat dari prosesnya, hujan frontal cukup mirip dengan hujan orografis. Hujan orografis terjadi ketika udara yang sedang bergerak dipaksa untuk naik karena terhalang oleh pegunungan.
Sementara itu, hujan frontal terjadi karena udara yang dipaksa naik adalah udara yang lebih panas. Ini karena udara tersebut bertumbukan dengan udara yang lebih dingin.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat terlihat bahwa hujan frontal bisa saja terjadi pada saat pertemuan udara dingin dan hangat. Contohnya, udara akan semakin dingin ketika seseorang mendaki bukit atau gunung.
Hal tersebut juga berlaku pada hujan frontal. Saat udara panas naik menuju atmosfer, kemudian menabrak udara dingin di atas, udara yang mulai dingin akan menjadi awan stratus yang turun sebagai hujan. Biasanya hujan frontal terjadi bersamaan dengan badai.
ADVERTISEMENT
4. Hujan konvergensi
Jenis hujan terakhir berdasarkan dari proses terjadinya adalah hujan konvergensi. Hujan konvergensi merupakan hujan yang diakibatkan oleh pertemuan dua massa udara yang besar dan tebal atau lebih, lalu menuju ke wilayah yang memiliki tekanan udara yang lebih rendah.
Karena proses pergerakan tersebut, udara akan naik dan menyebabkan terjadinya pertumbuhan awan yang mengakibatkan hujan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan konvergensi bisa berlangsung dalam waktu yang lama karena terbentuk dari pumpunan awan atau awan sebaran yang luas dan awan tunggal yang berukuran besar.
(JA)