Konten dari Pengguna

Puasa Sunnah Syawal: Keutamaan, Hukum, dan Tata Caranya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
21 Maret 2024 14:16 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi puasa sunnah Syawal. Foto: Unsplash/Abdullah Arif
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi puasa sunnah Syawal. Foto: Unsplash/Abdullah Arif
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puasa sunnah Syawal adalah salah satu ibadah yang bisa dilaksanakan pada bulan Syawal, yaitu bulan usai Ramadan. Meskipun bukan termasuk ibadah wajib, puasa Syawal mendatangkan sederet keutamaan.
ADVERTISEMENT
Puasa sunnah Syawal dianjurkan untuk dilaksanakan usai meng-qadha puasa Ramadan yang ditinggalkan. Adapun keutamaan dan tata caranya akan dibagikan di artikel ini.

Keutamaan Puasa Sunnah Syawal

Ilustrasi puasa sunnah Syawal. Foto: shutterstock
Puasa sunnah Syawal dilaksanakan seperti puasa-puasa lainnya, tetapi dikerjakan pada bulan Syawal. Puasa ini sangat dianjurkan untuk umat Islam selama enam hari pada bulan Syawal karena mendatangkan sederet keutamaan.
Mengutip situs perpustakaan.uad.ac.id dan buku Ternyata Shalat & Puasa Sunah Dapat Mempercepat Kesuksesan oleh Ceceng Salamudin, M.Ag pada 2012, berikut ini keutamaan puasa sunnah Syawal yang bisa diperoleh bagi siapa saja yang mengerjakannya.

1. Menyempurnakan Puasa Ramadan

Umat Islam mungkin menemukan sederet kekurangan saat melakukan ibadah wajib di bulan Ramadan. Keutamaan pertama dari melaksanakan puasa sunnah Syawal adalah menutupi kekurangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal itu sama seperti sholat sunnah yang ditunaikan untuk menutupi atau melengkapi kekurangan sholat wajib. Maka dari itu, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah Syawal selama enam hari.

2. Setara dengan Puasa Setahun

Puasa sunnah Syawal yang dilaksanakan selama enam hari sama dengan puasa selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW berikut:
عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ . [رواه أحمد] .
Artinya: "Dari Tsauban, dari Nabi SAW (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Barangsiapa berpuasa Ramadan, maka pahala satu bulan Ramadan itu (dilipatkan sama) dengan puasa sepuluh bulan, dan berpuasa enam hari sesudah Idul Fitri [dilipatkan sepuluh menjadi enam puluh], maka semuanya (Ramadan dan enam hari bulan Syawal) adalah genap satu tahun." (HR Ahmad)
ADVERTISEMENT

3. Seperti Melaksanakan Puasa Sepanjang Masa

Dalam hadis lainnya, umat Islam dinilai seolah-olah melaksanakan puasa sepanjang masa dengan mengamalkan puasa sunnah Syawal. Berikut isi hadisnya:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ … أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ[رواه الجماعة إلا البخاري والنسائي] .
Artinya: "Dari Abi Ayyub al-Anshari r. a. (diriwayatkan), bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa sudah melakukan puasa Ramadan, kemudian menambahkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah melaksanakan puasa sepanjang masa." (HR Jama'ah ahli hadis selain dan an-Nasa'i)

4. Mendapatkan Pahala 10 Kali Lipat

Umat Islam yang mengerjakan puasa Syawal tak hanya mendapatkan pahala setara dengan puasa satu tahun, tapi juga ganjaran yang besar, yakni pahala sebanyak 10 kali lipat. Hal tersebut tertuang dalam hadis riwayat Ibnu Majah berikut:
ADVERTISEMENT
وَفِيْ رِوَايَةِ ابْنِ مَاجَه : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ وَ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا .
Artinya: "Barangsiapa berpuasa Ramadan dan enam hari sesudah Idul Fitri, maka itu sama pahalanya dengan puasa genap setahun. Dan barangsiapa melakukan satu kebaikan, maka ia akan memperoleh (pahala) sepuluh kali lipat." (HR Ibnu Majah)

Hukum Puasa Sunnah Syawal

Ilustrasi puasa sunnah Syawal. Foto: Unsplash
Hukum puasa Syawal adalah sunnah, yaitu boleh tidak dikerjakan, tetapi apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala.
Dikutip dari buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasulullah oleh Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, puasa sunnah Syawal adalah ibadah sunnah yang sayang untuk dilewatkan. Puasa ini sangat dianjurkan mengingat keutamaan yang diberikan sangat besar.
ADVERTISEMENT
Bahkan, menurut laman kemenag.go.id, beberapa ulama berpendapat orang yang melakukan qadha puasa Ramadan atau menunaikan nadzar puasa di bulan Syawal tetap mendapatkan keutamaan seperti melaksanakan puasa sunah Syawal.
وإن لم يصم رمضان كما نبه عليه بعض المتأخرين والظاهر كما قاله بعضهم حصول السنة بصومها عن قضاء أو نذر
Artinya: "Puasa Syawal tetap dianjurkan meskipun seseorang tidak berpuasa Ramadan, seperti diingatkan sebagian ulama muta'akhirin. Tetapi yang jelas, seperti dikatakan sebagian ulama, seseorang mendapat keutamaan sunnah puasa Syawal dengan cara melakukan puasa qadha atau puasa nadzar (di bulan Syawal)." (Lihat Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri 'ala Syarhil 'Allamah Ibni Qasim, Darul Fikr, Juz I, Halaman 214)
Kemudian, sebagian ulama menerangkan bahwa umat Islam yang berpuasa sunnah, seperti puasa Senin Kamis, puasa Nabi Daud AS, dan lainnya, tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal.
ADVERTISEMENT
ومما يتكرر بتكرر السنة (ستة من شوال) وإن لم يعلم بها أو نفاها أو صامها عن نذر أو نفل آخر أو قضاء عن رمضان أو غيره. نعم لو صام شوالا قضاء عن رمضان وقصد تأخيرها عنه لم يحصل معه فيصومها من القعدة
Artinya: "Salah satu puasa tahunan adalah (puasa enam hari di bulan Syawal) sekalipun orang itu tidak mengetahuinya, menapikannya, atau melakukan puasa nadzar, puasa sunah lainnya, puasa qadha Ramadhan atau lainnya (di bulan Syawal).
Tetapi, kalau ia melakukan puasa Ramadhan di bulan Syawal dan ia sengaja menunda enam hari puasa hingga Syawal berlalu, maka ia tidak mendapat keutamaan sunah Syawal sehingga ia berpuasa sunah Syawal pada Dzul Qa'dah." (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Qutul Habibil Gharib, Tausyih alâ Ibni Qasim, Darul Fikr, Beirut, 1996 M/1417 H, Halaman 117).
ADVERTISEMENT

Tata Cara Puasa Sunnah Syawal

Ilustrasi puasa sunnah Syawal. Foto: Unsplash
Tata cara melaksanakan puasa sunnah Syawal sama seperti puasa Ramadan dan puasa sunnah lainnya, yaitu menahan hawa nafsu dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.
Adapun tata cara puasa sunnah Syawal dijabarkan di bawah ini, dirangkum dari situs kemenag.go.id dan ummi.ac.id.

1. Membaca Niat

Sebelum melaksanakan puasa sunnah Syawal, dianjurkan untuk membaca niat terlebih dahulu. Berbeda dengan puasa Ramadan, niat puasa sunnah Syawal dapat dibaca usai matahari terbit. Adapun niat puasa Syawal yang dibaca pada malam hari dan siang hari berbeda.
Berikut ini lafal niat apabila dibaca pada malam hari:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnatis Syawwali lillahi ta'ala
ADVERTISEMENT
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah ta'ala."
Sementara itu, jika membaca niat pada siang hari, berikut bacaannya:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hadzal yaumi 'an ada'i sunnatisy Syawwali lillahi ta'ala
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah ta'ala."

2. Dilaksanakan Selama Enam Hari

Puasa sunnah Syawal dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal, usai bulan Ramadan. Sebagaimana disebutkan Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin berikut:
"Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.” (Syarhul Mumti’, 6: 464).

3. Diutamakan Dilaksanakan Sehari Setelah Idul Fitri

Beberapa ulama menganjurkan untuk mengerjakan puasa Syawal sehari setelah Idul Fitri atau 2 Syawal.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, "Para fuqoha berkata bahwa yang lebih utama, enam hari di atas dilakukan setelah berita Idul Fitri (1 Syawal) secara langsung. Ini menunjukkan bersegera dalam melakukan kebaikan."
ADVERTISEMENT

4. Diutamakan Dilaksanakan Berurutan

Puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara beurutan, tetapi tak mengapa jika tak berurutan. Seperti yang dijelaskan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berikut:
"Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan."

5. Diusahakan untuk Qadha Puasa Ramadan Terlebih Dahulu

Kemudian, apabila seseorang memiliki utang puasa Ramadan, dianjurkan untuk meng-qadha terlebih dahulu. Dengan begitu, ia akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal.
Hal tersebut karena qadha puasa Ramadan lebih utama dibandingkan puasa sunnah Syawal. Sebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab Al Hambali berikut:
"Siapa yang mempunyai kewajiban qadha' puasa Ramadan, hendaklah ia memulai puasa qadha'nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qadha' itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal." (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).
ADVERTISEMENT
(NSF)