Konten dari Pengguna

Tata Cara Puasa Ramadan yang Tepat untuk Umat Islam

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
4 Maret 2024 21:53 WIB
·
waktu baca 8 menit
clock
Diperbarui 19 Maret 2024 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tata Cara Puasa Ramadan. Unsplash/Anis Caquellet
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tata Cara Puasa Ramadan. Unsplash/Anis Caquellet
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tata cara puasa Ramadan semakin banyak dicari masyarakat di internet, karena bulan suci bagi umat Islam ini akan datang sebentar lagi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari laman Kementerian Agama, kemenag.go.id, sidang isbat atau sidang yang menentukan jatuhnya 1 Ramadan akan dilakukan pada tanggal 10 Februari 2024.
Sedangkan menurut perkiraan, 1 Ramadan akan jatuh pada tanggal 11 atau 12 Februari 2024. Sambil menanti keputusan sidang isbat, ada baiknya memahami bagaimana cara puasa Ramadan.

Mengapa Penting Mempelajari Tata Cara Puasa Ramadan?

Ilustrasi Tata Cara Puasa Ramadan. Unsplash/Abdullah Arif
Menurut Syekh Zainudin Al-Malibari dalam kitab Mandhumatu Hidayatil Adzkiya’ ila Thariqil Auliya’, yang dijelaskan oleh Sayid Bakri Al-Makki dalam Kifayatul Atqiya wa Minhajul Awliya’, ada tiga ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim dengan kewajiban fardlu ‘ain.
Ilmu-ilmu tersebut melibatkan pengesahan ibadah, pengesahan aqidah, dan pemurnian hati.
Sedangkan ilmu yang wajib dipelajari oleh umat Islam agar ibadahnya menjadi sah kepada Allah adalah ilmu fiqih yang di dalamnya membahas bagaimana seharusnya seorang Muslim beribadah kepada Allah.
ADVERTISEMENT
Sebagai contohnya, setiap muslim wajib mempelajari tata cara puasa Ramadan yang baik dan benar. Namun bukan hanya caranya saja, seorang muslim wajib mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan puasa Ramadan.
Adapun hal tersebut adalah niat puasa Ramadan, syarat sah, rukun puasa, apa saja yang membatalkannya, hingga sunnah-sunnah di dalamnya yang menjadikan ibadah puasa Ramadan tidak hanya sah, tetapi memiliki berkah di dalamnya.
Kewajiban untuk mempelajari ilmu-ilmu mengenai ibadah adalah fardlu ain, mengingat bahwa tindakan seseorang yang tidak didukung oleh pengetahuan dapat membuat amalannya menjadi tidak sah dan tidak diterima. Pernyataan ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad.
وكل من بغير علم يعمل
أعماله مردودة لا تقبل
ADVERTISEMENT
Artinya: "Setiap orang yang beramal tanpa ilmu
Maka amalnya tertolak, tak diterima"

Syarat Sah, Syarat Wajib, dan Rukun Puasa Ramadan

Ilustrasi Tata Cara Puasa Ramadan. Unsplash/Artur Aldyrkhanov
Sebelum ke tata cara puasa Ramadan, ada baiknya mengetahui hal-hal yang menjadi syarat sah, syarat wajib, dan rukun puasa Ramadan:

1. Syarat Sah Puasa

Berdasarkan kitab Safinatun Najah yang disusun oleh Syekh Salim Ibn Sumair al-Hadrami, ada beberapa syarat sah, yaitu:

2. Syarat Wajib Puasa

Dari kitab Safinatun Najah, setiap umat Islam wajib puasa, apabaila:

3. Rukun Puasa

Dari kitab Safinatun Najah dijelaskan beberapa rukun puasa, yaitu:
Melakukan niat setiap hari di waktu malam sampai sebelum adzan subuh, menghindari hal-hal yang membatalkan puasa dengan sengaja tanpa udzur, dan melakukan puasa dari adzan subuh hingga adzan maghrib.
ADVERTISEMENT

Tata Cara Puasa dan Bacaan Niatnya

Ilustrasi Tata Cara Puasa Ramadan. Unsplash/Taufiqu Barbhuiya
Tata cara puasa Ramadan mudah saja, karena setelah mengetahui syarat sah, syarat wajib, dan rukun puasa, maka hanya perlu mengetahui niat puasa saja.
Seperti yang diketahui bahwa segala ibadah di dalam Islam memiliki niatnya masing-masing dan niat adalah hal yang sangat penting.
Niat adalah salah satu rukun yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang ingin menjalani puasa. Tata cara niat puasa sedikit berbeda antara puasa wajib dan puasa sunnah.
Dalam puasa wajib seperti puasa Ramadan, qada, dan nazar, penting bagi seseorang untuk berniat pada malam sebelum fajar. Jadi, jika ada pertanyaan apakah boleh membaca niat setelah imsak? Jawabannya boleh, asal belum melewati azan subuh.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam puasa sunnah, aturan niat ini lebih fleksibel, dan seseorang diizinkan untuk berniat pada siang harinya.
Selanjutnya, menurut Mazhab Syafi'i, niat puasa harus dinyatakan setiap harinya pada malam hari selama bulan Ramadan. Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam karyanya, Hasyiyatul Iqna’, memberikan penjelasan sebagai berikut:
"Disyaratkan untuk melakukan niat pada malam hari untuk puasa wajib seperti puasa Ramadan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Dasar ini ditemukan dalam hadis Rasulullah SAW yang menyatakan, 'Siapa yang tidak melakukan niat pada malam hari sebelum fajar, maka puasanya tidak sah baginya.' Oleh karena itu, penting untuk melakukan niat puasa setiap hari (bulan Ramadan) sesuai dengan redaksi hadis yang jelas." (Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, juz 2)
ADVERTISEMENT
Bacaan niat puasa Ramadan sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadan tahun ini, karena Allah Ta’ala”
Setelah membaca niat ini, umat Islam hanya perlu menjalani puasa sepanjang hari dengan menghindari apa saja yang membatalkan puasa tersebut.

Hal yang Membatalkan Puasa

Ilustrasi Tata Cara Puasa Ramadan. Unsplash/Mileda Vigerova
Berikut hal-hal yang membatalkan puasa:

1. Memasukkan Benda, Makanan, atau Minuman ke Tubuh

Artinya, puasa menjadi tidak sah jika suatu objek atau materi, termasuk makanan, minuman, atau benda lain, memasuki salah satu saluran yang bermuara pada organ internal (jauf) seperti mulut, telinga, dan hidung.

2. Memasukkan Obat atau Benda Melalui Dua Jalan (Qubul dan Dubur)

Berikutnya, puasa dianggap tidak sah apabila seseorang melakukan pengobatan dengan memasukkan suatu objek melalui jalur depan (qubul) atau jalur belakang (dubur).
ADVERTISEMENT
Contoh pengobatan ini dapat mencakup perawatan bagi penderita ambeien atau penggunaan kateter urin pada individu yang sedang sakit.

3. Berjimak di Siang Hari

Berjimak atau melakukan herhubungan suami istri secara sengaja selama siang hari puasa bukan hanya dapat membatalkan puasa, tetapi juga dapat mengakibatkan orang yang melakukannya dikenai denda atau kafarat.
Dendanya adalah melakukan puasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu melaksanakannya, maka orang tersebut diwajibkan memberikan makanan pokok senilai satu mud, setara dengan 0,6 kilogram beras, atau ¾ liter beras kepada 60 fakir miskin.

4. Keluarnya Air Mani

Namun, jika terjadi keluarnya air mani karena mimpi basah, hal tersebut tidak akan membatalkan puasa.

5. Muntah dengan Sengaja

Muntah dengan sengaja dianggap sebagai hal yang dapat membatalkan puasa. Namun, jika muntah terjadi tanpa disengaja atau secara tiba-tiba, dan tidak ada bagian dari muntahan yang tertelan, maka puasa tetap dianggap sah.
ADVERTISEMENT

6. Haid dan Nifas

Puasa seorang wanita yang sedang haid dan dalam masa nifas dianggap tidak sah, dan wanita tersebut memiliki kewajiban untuk mengqadha puasanya.

7. Hilang akal

Jika seseorang yang sedang berpuasa mengalami kondisi tersebut, maka puasanya dianggap tidak sah.

8. Murtad

Jika seseorang yang sedang berpuasa melakukan tindakan yang menyalahi prinsip keesaan Allah Swt atau menolak hukum syariat yang telah disetujui oleh ulama, maka puasanya dianggap batal.

Hal yang Disunnahkan dalam Puasa

Ilustrasi Tata Cara Puasa Ramadan. Unsplash//GR Stocks
Selain hal-hal yang membatalkan puasa, ada juga sunnah di dalam puasa yang bisa menjadikan ibadah puasa lebih berkah, yaitu:

1. Sahur

Walaupun sahur bukanlah kewajiban, namun terdapat keberkahan dalam melakukannya, sesuai anjuran Rasulullah saw:
Dari Anas r.a. bahwa Rasulullah saw menyatakan: "Lakukanlah sahur, karena sahur itu membawa berkah." (HR. Bukhari dan Muslim).
ADVERTISEMENT

2. Mengakhiri Sahur

Mengakhiri makan sahur hingga mendekati waktu subuh juga merupakan sunnah puasa.
Dalam riwayat marfu' dari Abu Zar Al-Ghifari r.a., Rasulullah saw menyampaikan, "Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur." (HR. Ahmad).
Rasulullah saw telah menekankan bahwa makan sahur memiliki berbagai kebijaksanaan, salah satunya adalah untuk memperkuat puasa kita di siang hari, memungkinkan kita untuk lebih fokus dalam menjalankan ibadah lainnya.

3. Menyegerakan Berbuka sebelum Sholat Maghrib

Sunnah ini bisa dilakukan dengan berbuka kurma dan segelas air, lalu melakukan sholat maghrib. Dari Sahl bin Saad bahwa Nabi saw bersabda, "Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim).
Membaca doa yang ma‘tsur sebelum atau setelah berbuka, antara lain dengan doa berikut:
ADVERTISEMENT
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ
"Allahumma laka sumtu wa bika amantu, wa 'ala rizqika aftartu, wa 'alayka tawakkaltu. Dhahaba al-zama'u, wa btallatil 'uruqu, wa thabata al-ajru in sha Allah. Ya wasi'al-fadli, ighfirli. Alhamdulillahilladhi hadani fasumtu wa razaqani fa-aftartu."

4. Memperbanyak Sedekah

Berdasarkan sabda Rasulullah saw:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ
Artinya, “Siapa saja yang memberi makanan berbuka kepada seorang yang berpuasa, maka dicatat baginya pahala seperti orang puasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut,” (HR Ahmad).
ADVERTISEMENT

5. Menahan lisan dari Hal-hal yang Tidak Berguna

Menahan diri dari perkataan yang tidak berguna, terutama yang termasuk dalam kategori haram, seperti berbohong dan mengumpat, sangat penting. Hal ini dikarenakan semua tindakan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya pahala puasa.

6. Memperbanyak I'tikaf di Masjid

Disunnahkan untuk memperbanyak melakukan iktikaf (berdiam diri) di masjid, terutama selama sebulan penuh.
Jika tidak memungkinkan, fokuskan pada sepuluh malam terakhir. Hal ini karena pada periode tersebut, Rasulullah saw secara konsisten menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah dengan mengencangkan ikat pinggang.

7. Mengkhatamkan Al-Quran

Mengkhatamkan bacaan seluruh Al-Qur'an paling tidak satu kali selama bulan Ramadan merupakan sunnah.
Selain itu, sunnah ini dapat dilakukan sebanyak mungkin, sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Bahkan, Imam al-Syafi‘i mengkhatamkan Al-Qur'an hingga 60 kali setiap bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Itulah ulasan lengkap mengenai tata cara puasa Ramadan yang tepat. Semoga artikel ini dapat menjadi manfaat dalam ibadah puasa Ramadan. (Andi)