Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Ragam Pakaian Adat Aceh beserta Makna dan Filosofinya
18 Februari 2025 16:27 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Aceh merupakan kota yang dikenal dengan sebutan serambi Mekkah. Kota tersebut memiliki bermacam-macam karakter masyarakat, prinsip, budaya, dan persatuan yang disiratkan melalui pakaian adat Aceh.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Jurnal SCAN, Fathoni, dkk. (2015), pakaian adat merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia dan dipakai oleh masing-masing suku di seluruh provinsi Indonesia.
Pakaian adat Aceh sangat beragam. Berbagai jenis paaian Adat tersebut memiliki makna dan filosofi masing-masing. Sepeprti pakaian adat pada umumnya, pakaian adat Aceh menunjukkan beberapa khasanah adat istiadatyang diterapkan di daerah istimewa Aceh.
Ragam Pakaian Adat Aceh
Pakaian adat Aceh merupakan salah satu warisan kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya bagi masyarakat Aceh itu sendiri. Adapun beberapa ragam pakaian adat Aceh di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Baju Meukeusah
Baju adat Aceh pertama adalah baju Meukeusah. Baju adat Meukeusah adalah baju adat Aceh yang terbuat dari hasil tenunan. Pada umumnya, baju ini memiliki warna dasar hitam, sebuah warna yang memiliki simbol kebesaran dalam adat Aceh.
ADVERTISEMENT
Baju ini memiliki tekstur yang halus. Oleh sebab itu, baju ini cenderung memiliki harga yang cukup mahal. Ditambah lagi terdapat sulaman benang emas yang menempel pada baju adat Acceh yang satu ini layaknya pada kerah baju China.
Bagian kerah ini merupakan hasil persatuan budaya Aceh dan budaya China dalam hal busana oleh sejumlah pelaut dan pedagang dari China di masa lampau.
Pakaian ini berbentuk beskap atau blazer yang sering digunakan dari sejak aman Kerajaan Samudra Pasai dan Perak.
2. Celana Sileuweu
ADVERTISEMENT
Celana ini biasa disebut juga dengan celana Cekak Musang, yaitu celana khas dari adat Melayu. Saat menggunakannya, celana ini dilengkapi dengan sarung yang terbuat dari kain songket berbahan sutra.
Seperti halnya kain sarung jenis Ija Lamgugap, Ija sangket, atau Ija krong, kain sarung ini akan diikatkan di bagian pinggang dengan panjang yang mencapai batas lutut atau sekitar 10 cm di atas lutut.
3. Kupiah Meukeutop
Kupiah Meukeutop menjadi salah satu ikon dari Kabupaten Aceh Barat. Topi tradisional adat Aceh ini biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat yang dikenakan kaum pria. Dipakai ketika upacara-upacara adat maupun seremonial lainnya.
Kupiah meukeutop terbuat dari kain dengan warna dasar merah dan kuning, yang dirajut membentuk lingkaran.
ADVERTISEMENT
Di bagian bawah kupiah, terdapat motif anyaman yang dipadukan dengan warna hitam, hijau, merah, dan kuning. Anyaman serupa juga ada di bagian tengah, dibatasi oleh lingkaran kain hijau di atasnya dan kain hitam di bawahnya.
Pada bagian bawah lingkaran kepala, ada motif yang lebih dominan berbentuk “lam” dalam huruf hijaiyah, dengan garis yang menghubungkan bagian bawah dan atas motif tersebut.
Motif yang sama juga terdapat di bagian atas lingkaran kepala, akan tetapi dengan ukuran lebih kecil. Di bagian paling atas, ada rajutan benang putih yang menjadi alas untuk mahkota kuning emas yang bertingkat tiga.
Setiap warna yang digunakan memiliki makna khusus. Merah melambangkan kepahlawanan, kuning untuk kerajaan atau negara, hijau untuk agama, hitam menunjukkan ketegasan atau ketetapan hati, dan putih berarti kesucian atau keikhlasan.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, kupiah meukeutop terbagi menjadi empat bagian, yang masing-masing memiliki makna sendiri.
Bagian pertama melambangkan hukum, bagian kedua melambangkan adat, bagian ketiga melambangkan kanun, dan bagian keempat melambangkan reusam.
Bentuk dan motif kupiah meukeutop pada umumnya serupa, dengan perbedaan hanya pada warna kain songket yang membalut lingkaran kupiah, yang biasanya disesuaikan dengan warna songket pakaian.
4. Rencong
Rencong, yang juga dikenal dengan sebutan Rincong atau Rintjoeng, adalah senjata pusaka yang menjadi simbol keberanian, keperkasaan, pertahanan diri, dan kepahlawanan masyarakat Aceh dari generasi ke generasi.
Berdasarkan salah satu sumber, rencong sudah dikenal sejak awal Islam Kesultanan Aceh pada abad ke-13. Secara umum, rencong atau Rincong, yang merupakan senjata khas masyarakat Aceh, dikenal dalam lima jenis, yaitu:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
6. Dara Baro
Daro Baro adalah set pakaian adat Aceh yang dikenakan oleh perempuan Aceh. Dara Baro merupakan sebutan untuk pakaian adat Aceh bagi pengantin perempuan. Pakaian ini terdiri dari baju kurung, celana, penutup kepala, berbagai perhiasan, dan bros.
Seperti halnya pakaian adat perempuan dari daerah lain, Daro Baro dihiasi dengan banyak ornamen untuk membuat wanita yang memakainya terlihat lebih cantik dan mempesona.
Kemeja ini dilengkapi dengan kerah dan dihiasi motif sulaman benang emas yang khas, mirip dengan pakaian Cina. Gaun ini memiliki potongan agak panjang hingga mencapai pinggul, menutupi seluruh lekuk tubuh dan aurat pemakainya.
Dari segi bentuk dan motifnya, kemeja ini menunjukkan pengaruh perpaduan budaya Melayu, Arab, dan Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Jika Linto Baro lebih didominasi oleh warna hitam, Daro Baro memiliki variasi warna yang lebih beragam, seperti merah, ungu, kuning, dan hijau.
7. Cekak Musang Wanita
Celana ini adalah bagian bawahan dari baju kurung, dan umumnya, celana yang dikenakan oleh pria dan wanita Aceh memiliki bentuk dan bahan yang serupa.
Celana ini lebar di bagian bawah, tetapi memiliki variasi warna yang berbeda, tidak seperti warna hitam yang biasanya dikenakan oleh pria, celana ini biasanya berwarna keemasan dengan bahan kain sutra.
Celana ini juga dilengkapi dengan sarung. Untuk menutupi pinggul dengan sempurna tanpa memperlihatkan bentuk tubuh, wanita Aceh mengenakan sarung sebagai lapisan luar dari celana Cekak Musang.
Sarung ini terbuat dari kain songket yang diikat menggunakan ikat pinggang berbahan perak atau emas, yang dipasang dari pinggang hingga di bawah lutut. Ikat pinggang tersebut dikenal dengan nama Taloe Ki Leng Patah Sikureueng.
ADVERTISEMENT
8. Patam Dhoe
Pakaian adat Aceh untuk wanita dirancang sedemikian rupa untuk menutupi seluruh aurat, termasuk bagian kepala.
Penutup kepala ini dihiasi dengan bunga segar yang disebut Patam Dhoe. Patam Dhoe memiliki bentuk menyerupai mahkota, dengan bagian tengah yang diukir membentuk motif daun sulur.
Di sisi lain, penutup kepala ini juga memiliki motif yang dikenal sebagai Boengong Kalimah, yang dikelilingi oleh bunga dan bulatan. Selain Patam Dhoe, pakaian adat Aceh untuk perempuan juga dilengkapi dengan berbagai perhiasan, seperti:
• Tusuk sanggul
• Anting
• Gelang
• Kalung
9. Keureusang
Keureusang, atau bros, dikenakan dengan cara disematkan pada gaun. Keureusang ini dianggap sebagai barang mewah karena terbuat dari emas.
Keureusang memiliki bentuk hati yang dihiasi dengan tahta intan dan berlian (dikatakan terdapat hingga 102 butir intan dan berlian). Keureusang ini memiliki ukuran panjang 10 cm dan lebar 7,5 cm.
ADVERTISEMENT
Demikian adalah ragam pakaian adat Aceh beserta makna dan filosofinya. Semoga bermanfaat. (Nisa)