Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Ringkasan Cerita Bawang Merah Bawang Putih dan Pesan Moral di Dalamnya
15 Agustus 2024 20:50 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Legenda cerita rakyat Bawang Merah Bawang Putih sudah tidak asing di telinga. Cerita rakyat ini sangat populer, bahkan hingga sekarang. Bagi yang penasaran dengan ceritanya, ketahuilah ringkasan cerita Bawang Merah Bawang Putih.
ADVERTISEMENT
Lewat cerita rakyat, seperti cerita Bawang Merah Bawang Putih banyak pembelajaran yang bisa diambil, khususnya pelajaran tentang kehidupan. Cerita rakyat Bawang Merah Bawang Putih merupakan salah satu cerita yang sangat melegenda.
Bahkan, cerita ini sering dibuat versi drama atau filmnya. Adapun dalam cerita rakyat biasanya ada nilai moral yang terkandung di dalamnya. Lewat nilai moral inilah bisa dijadikan salah satu aspek penting dalam pembelajaran.
Ringkasan Cerita Bawang Merah Bawang Putih
Untuk mempelajari kisah dongeng dari Bawang Merah Bawang Putih , kita perlu mengetahui ringkasan cerita Bawang Merah Bawang Putih dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Dikutip dari Dekonstruksi Dongeng Bawang Merah Bawang Putih Dalam Meningkatkan Karakter Anak Usia Sekolah Dasar, oleh Ni Putu Candra Prastya Dewi dan I Nengah Suastika, 2021, dalam situs jurnal.uns.ac.id, cerita ini bermula disini.
ADVERTISEMENT
Di suatu desa di pinggir kali Brantas hidup satu keluarga petani dengan anak gadisnya bernama Bawang Putih. Sejak ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu yang bernama Bawang Merah.
Usia Bawang Merah sama seperti Bawang Putih. Beberapa tahun kemudian ayahnya meninggal. Sejak saat itu, Bawang Merah dan Ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang Putih.
Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, ia harus mengerjakan segala pekerjaan rumah sendirian. Mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang Merah dan ibunya.
Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai, membereskan rumah dan masih banyak pekerjaan lainnya.
Namun, Bawang Putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia pikir suatu hari ibu tirinya akan mencintainya.
ADVERTISEMENT
Bawang Putih tidak pernah mengeluh mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan ibu tirinya, namun setiap melakukan kesalahan Bawang Putih selalu dicaci. Sedang Bawang Merah setiap harinya hanya makan, tidur dan mempercantik diri.
Suatu hari ketika Bawang Putih berjalan-jalan ia menemukan seekor ikan emas tergeletak ditengah jalan, dan ternyata ikan itu bisa bicara, “Tolong, bawalah aku ke rumahmu, rawatlah aku karena suatu saat aku akan membantumu”. Bawang Putih segera membawanya pulang.
Setelah dirawat oleh bawang putih, ikan ajaib itu pun sembuh. Bawang Putih merawatnya penuh kasih sayang ikan ajaib itu dimasukkan ke kolam tanpa sepengetahuan saudara dan ibu tirinya.
Ikan emas itu sehat kembali dan berjanji akan selalu membantunya. Hari demi hari Bawang Putih kian ceria karena mempunyai sahabat baru yang selalu membantu pekerjaan dengan cara gaib sehingga pekerjaannya semakin ringan.
ADVERTISEMENT
Sayang Bawang Merah mengetahuinya ia tidak rela kalau bawang putih bahagia. Bawang Merah pun mencari akal bagaimana caranya agar ikan itu dapat menjadi miliknya.
Maka disuruhnya Bawang Putih ke pasar untuk membeli keperluan rumah. Saat Bawang Putih pergi itu dia menangkap ikan ajaib dan membawanya pulang.
Bawang Merah berhasil menangkap ikan ajaib itu, namun anehnya di tangan Bawang Merah ikan mas itu tidak dapat berbicara. Maka di bawalah pulang untuk dimasak kemudian dinikmati bersama ibunya sampai habis tinggal kepala dan duri sampai ekor.
Saat bawang putih pulang dari pasar. Ia merasa lapar ia segera bergegas ke dapur namun ia tidak mendapatkan makanan apapun yang tersisa hanyalah sedikit nasi dan tulang belulang ikan ajaib sahabatnya. Tulang itu dibungkusnya lalu dikubur di halaman rumah.
ADVERTISEMENT
Bawang Putih merasa sedih sekali karena sahabatnya yang selama ini membantunya dalam mengerjakan pekerjaan rumah telah tiada. Ia berdoa sampai malam supaya ikan ajaib itu bisa dikembalikan dan bisa diajak bermain lagi dan saling bercerita.
Esok hari di halaman rumah Bawang Putih tumbuh tanaman yang aromanya harum dan didekatnya berdiri sang Pangeran dengan kudanya sambil bertanya, “Siapakah yang menanam tanaman ini” tanya pangeran itu pada seluruh isi rumah itu.
Bawang Merah segera menyatakan bahwa dirinyalah yang menanam tanaman yang beraroma harum itu, “Tidak bukan kamu yang menanamnya, karena kamulah yang memakan aku, maka tubuh kalian akan keluar sisik seperti ikan” jawab sang pangeran itu.
Beberapa saat kemudian Bawang Merah dan ibunya menjerit karena sekujur tubuhnya terasa panas kemudian kulitnya perlahan berubah menjadi berkerut dan mengkilat seperti sisik. Sementara Bawang Putih di ajak pangeran itu ke istana Karang Arum untuk melamarnya.
ADVERTISEMENT
Pesan Moral yang Terkandung dalam Cerita Bawang Merah Bawang Putih
Ringkasan cerita Bawang Merah Bawang Putih di atas memiliki pesan moral yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah beberapa pesan moral dalam cerita tersebut yang bisa menjadi pembelajaran:
1. Rasa Ketidakadilan dan Kesetaraan
Dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih digambarkan sikap ketidakadilan yang dilakukan oleh ibu tiri kepada Bawang Putih dan Bawang Merah. Hal inilah yang mencerminkan sikap tidak baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk menerapkan perlakuan yang adil dan kesetaraan, khususnya dalam hubungan sesama keluarga. Saat berhubungan dengan masyarakat sekitar pun, sikap adil dan kesetaraan perlu dilakukan.
2. Kebaikan dan Kesabaran
Dalam cerita Bawang Merah dan Bawang Putih juga sangat menekankan pentingnya untuk memiliki sifat yang baik, sabar, dan hati yang tulus. Sikap ini tercermin dari karakter Bawang Putih.
ADVERTISEMENT
Bawang Putih sangat tulus membantu dan mengerjakan semua pekerjaan rumah, bahkan pekerjaan apapun yang diperintahkan ibu tirinya tanpa mengeluh meskipun ia diperlakukan tidak adil.
Dalam kehidupan sehari-hari, sikap baik, sabar, dan tulus ini bisa diterapkan. Namun, kita harus tahu batasan pula. Jika memang kita tidak diperlakukan adil dan semena-mena, sebaiknya bersikaplah tegas.
3. Sikap Tamak dan Iri Hati
Sikap lainnya yang dapat menjadi pembelajaran dari cerita Bawang Merah Bawang Putih ini yaitu sikap tamak dan iri hati. Dari cerita tersebut, sikap buruk seperti ini pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Hal ini terlihat melalui karakter Bawang Merah dan ibunya yang mendapatkan konsekuensi atas sifat tamak dan iri hati mereka. Menjadi tamak atau serakah dan hati dipenuhi dengan rasa iri dapat membuat diri mendapatkan hal buruk dan kesialan.
ADVERTISEMENT
4. Saling Memaafkan
Nilai moral saling memaafkan ini terlihat saat Bawang Putih tetap memaafkan sang ibu tiri dan saudara tirinya Bawang Merah meskipun mereka telah berlaku tidak adil padanya.
Cerita rakyat Bawang Merah Bawang Putih ini menunjukkan pentingnya saling memaafkan dan kemampuan untuk menerima kesalahan orang lain. Seiring berjalannya waktu, kita memang harus melupakan kejadian buruk dan memaafkan semuanya.
Itulah ringkasan cerita Bawang Merah Bawang Putih dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Ada banyak pembelajaran untuk kehidupan sehari yang bisa diambil dari kisah dongeng tersebut.
Dikutip dari Pergeseran Watak dan Pesan Moral Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih Pada Era Digital (Shifting Character and Moral Message of Bawang Merah and Bawang Putih Stories in the Digital Age), oleh Ubaidillah Amin Nurrohmana, dalam situs syekhnurjati.ac.id,
ADVERTISEMENT
Setiap dongeng pasti ada pesan moral yang dapat dipetik hikmahnya, tidak terkecuali dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih. Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih disampaikan secara lisan dan turun-temurun.
Seiring perkembangan teknologi, dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih ikut mengalami perubahan. Dongeng ini awalnya berupa buku, tetapi kemudian ditampilkan dalam bentuk film.
Novel yang dibandingkan ke dalam bentuk film pasti akan mengalami perubahan. Penggunaan teknologi dapat dijadikan wahana untuk mengalihwahanakan dari suatu novel menjadi film.
Tokoh Bawang Putih berwatak jujur, baik hati, sopan, dan patuh pada orang tua. Laku untuk tokoh Bawang Merah berwatak yaitu serakah, semena-mena, pemarah, dan semaunya sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita Bawang Merah dan Bawang Putih terdapat beberapa moral, yaitu manusia dengan diri sendiri dan manusia dengan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Moralitas manusia dengan diri sendiri terbagi ke dalam moral baik dan moral buruk. Moral baik, meliputi bertanggung jawab, berbakti, dan mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati.
Moral buruk berupa pemalas. Moralitas manusia dengan masyarakat diantaranya saling menolong, menolong tanpa pamrih, semena-mena, dan serakah. Jadi, berperilakulah sesuai dengan moral dan norma yang ada di masyarakat. (IF)