Konten dari Pengguna

Rumah Adat Suku Dayak: Huma Betang, Lou, dan Amin Bioq

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
27 Oktober 2021 14:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Rumah Adat Suku Dayak. Foto: buku Mengenal Rumah Tradisional di Kalimantan oleh Mahmud Jauhari.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rumah Adat Suku Dayak. Foto: buku Mengenal Rumah Tradisional di Kalimantan oleh Mahmud Jauhari.
ADVERTISEMENT
Rumah adat suku Dayak disebut dengan Rumah Panjang atau Betang atau Lamin. Rumah Panjang memiliki bentuk memanjang yang terdiri dari puluhan bilik.
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal bertajuk Rumah Panjang: Nilai Edukasi dan Sosial dalam Sebuah Bangunan Vernakular Suku Dayak di Kalimantan Barat oleh Affrilyno, semua material rumah panjang dibuat dari kayu keras seperti kayu ulin atau belian.
Bagi masyarakat Dayak, rumah panjang tidak hanya sekadar ungkapan legendaris kehidupan nenek moyang. Melainkan pernyataan utuh dan konkret tentang pamong desa, organisasi sosial, maupun sistem kemasyarakatan. Seluruhnya menjadi titik sentra kehidupan warga.
Rumah panjang juga bermakna sebagai lambang ikatan kekerabatan, kesatuan, dan kebersamaan. Hunian tersebut merupakan warisan dari nenek moyang yang tidak ternilai harganya.
Berdasarkan kebutuhan untuk menampung kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Dayak, terbentuklah rumah panjang. Mereka biasanya berkumpul di rumah tersebut untuk merayakan kegiatan, seperti pesta perkawinan, upacara kematian, dan pertemuan perundingan.
ADVERTISEMENT
Sebelum membangun rumah panjang, masyarakat melakukan berbagai upacara adat dan memperhatikan berbagai pantangan. Mulai dari mempersiapkan bahan sampai selesainya bangunan rumah dan diresmikan pemakaiannya.
Setiap subsuku masyarakat Dayak memiliki cara yang berbeda-beda dalam proses mendirikan rumah panjang. Mereka menyesuaikannya dengan adat-istiadat dan kepercayaan daerah. Selain itu subsuku Dayak juga memiliki sebutan dan bentuk rumah panjang yang berbeda-beda.
Ilustrasi Rumah Adat Suku Dayak. Foto: Buku Mengenal Rumah Tradisional di Kalimantan oleh Mahmud Jauhari.
Mengutip dari buku Mengenal Rumah Tradisional di Kalimantan oleh Mahmud Jauhari, rumah panjang dari sub-sub suku Dayak adalah sebagai berikut.

Rumah Adat Suku Dayak: Huma Betang

Huma betang adalah rumah panjang khas suku Dayak Ngaju dalam rumpun Ot Danum di wilayah Kalimantan Tengah. Rumah adat ini memiliki panjang hingga 30-150 meter, lebar sampai 10-30 meter, dan tiang-tiang penyangga lantai setinggi 3-5 meter dari tanah.
ADVERTISEMENT
Rumah adat berbahan kayu ulin ini dapat dihuni oleh 100-150 jiwa. Huma Betang dipimpin oleh seorang pembakas lewu atau ketua kampung sehingga rumah ini disebut pula rumah suku.
Ornamen khas suku Dayak Ngaju sebagai bagian kebudayaan mereka sangat kental di rumah ini. Ciri khas lainnya adalah terdapat kayu yang membentuk huruf V tepat di setiap ujung bubungan atapnya.

Rumah Adat Suku Dayak: Lou

Rumah panjang Lou merupakan rumah tradisional suku Dayak Benuaq yang menjadi bagian dari suku Dayak Lawangan. Bangunan rumah ini termasuk jenis rumah panjang di Kalimantan Timur.
Ciri utama rumah ini terdiri atas delapan olakng, yaitu bagian atau unit rumah. Dalam satu olakng terdapat beberapa bilik atau kamar dan dapur. Rumah ini sering disebut kampung besar atau benua.
ADVERTISEMENT

Rumah Adat Suku Dayak: Amin Bioq

Rumah tradisional Amin Bioq merupakan rumah suku Dayak Kenyah yang termasuk dalam rumpun Apou Kayan di Kalimantan Timur dan Utara. Rumah ini biasanya dihuni oleh banyak keluarga yang dapat mencapai hingga 60 kepala keluarga.
Kamarnya berukuran 3 x 4 meter. Pada dinding pembatas antara kamar yang satu dengan kamar lainnya dihiasi lukisan khas suku Dayak Kenyah. Lukisannya berupa burung enggang, tumbuh-tumbuhan, dan berbagai hewan laut sebagai bagian kebudayaan.
Rumah adat ini didominasi warna putih, kuning, dan merah. Tinggi lantainya mencapai empat meter, dengan tangga rumah dari kayu gelondongan bergaris tengah berukuran 30-40 sentimeter.
(FNS)