Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Rumah Adat Sulawesi Selatan: Tongkonan hingga Balla Lompoa
10 Januari 2022 13:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rumah adat Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa macam yang tersebar ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan . Setiap rumah adat di Sulawesi Selatan memiliki karakteristik dan cirinya tersendiri.
ADVERTISEMENT
Salah satu rumah adat di Sulawesi Selatan adalah rumah adat Tongkonan. Selain Tongkonan, terdapat rumah adat lainnya.
Untuk mengetahui apa saja rumah adat yang ada di daerah Sulawesi Selatan, simak penjelasan di bawah ini.
Rumah Adat Sulawesi Selatan
Menurut Sukma Pratiwi S.Pd dalam bukunya yang berjudul Rangkuman Penting Intisari 4 Mata Pelajaran Utama SD, rumah adat adalah bangunan yang memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat tinggal oleh suatu suku bangsa tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rumah adat Sulawesi Selatan adalah bangunan khas yang memiliki karakteristik budaya dari masyarakat Sulawesi Selatan.
Berikut daftar rumah adat yang terdapat di wilayah Sulawesi Selatan.
1. Rumah Tongkonan
Rumah Tongkonan adalah rumah adat yang dimiliki oleh suku Toraja. Suku Toraja sendiri merupakan salah suku yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Rumah adat Tongkonan memiliki karakteristik yang unik, yang mana setiap depan rumahnya mempunyai tanduk-tanduk kerbau yang dijadikan sebagai hiasan.
Tanduk kerbau di setiap rumah Tongkonan memiliki arti bahwa setiap pemilik rumah telah melakukan upacara kematian sesuai dengan adat Toraja berkali-kali.
Rumah ini memiliki tiga ruang utama, yakni ruang tamu, ruang untuk makan, dan ruang belakang. Di bagian bawah rumah, terdapat kandang kerbau yang menunjukkan kesejahteraan dan kekayaan setiap pemiliknya.
2. Rumah Panggung Kayu
Menurut Siti Nurhaliza Muhlis, dkk dalam buku Riset Budaya: Mempertahankan Tradisi di Tengah Krisis Moralitas, rumah adat Bugis adalah rumah panggung kayu.
Bugis adalah salah satu suku terbesar di Sulawesi Selatan yang menempati berbagai wilayah di daerah ini. Rumah panggung kayu adalah rumah adat yang banyak digunakan oleh masyarakat Bugis.
ADVERTISEMENT
Rumah panggung kayu merupakan representasi dari kepercayaan masyarakat Bugis yang mengacu pada keyakinan bahwa dunia ini terbagi atas tiga bagian.
Tiga bagian yang di maksud adalah rakkeang yang dikenali sebagai bagian atap yang digunakan untuk menyimpan hasil panen, ale bola, yakni ruangan tengah, dan yang ketiga adalah yawa bola, yakni bagian bawah rumah.
3. Rumah Adat Bola Soba
Rumah adat Bola Soba adalah rumah adat yang menjadi ciri khas dari masyarakat Bugis yang hidup di daerah Bone, Sulawesi Selatan (Bugis Bone).
Mengutip dari situs resmi Dinas Parawisata Kabupaten Bone, Bola Soba atau Saoraja Petta Ponggawae adalah rumah adat Kerajaan Bone yang difungsikan sebagai istana raja untuk sementara waktu.
Bola Soba memiliki panjang 39,45 meter yang dari empat bagian utama, yakni lego-lego (teras) sepanjang 5 meter, bagian utama sepanjang 21 meter.
ADVERTISEMENT
Selasar penghubung bagian utama dengan bagian belakang sepanjang 8,5 meter serta bagian belakang yang diperuntukkan sebagai ruang dapur memiliki ukuran sekitar 4,3 meter.
4. Rumah Adat Balla Lompoa
Salah satu rumah adat yang ada di daerah Sulawesi Selatan adalah rumah adat Balla Lompoa. Rumah adat ini merupakan rumah khas yang ditempati oleh masyarakat Bugis-Makassar.
Sama halnya dengan Bola Soba, Balla Lompoa juga digunakan sebagai istana kediaman raja Gowa. Saat ini, rumah adat Balla Lompoa terletak di daerah Sungguminasa, Gowa.
Rumah adat Balla Lompoa terdiri atas tiga bagian, yang mana ketiga bagian tersebut melambangkan falsafah sulapa appa. Ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Itulah empat macam rumah adat yang ada di Sulawesi Selatan. Sampai saat ini, rumah adat ini terus dilestarikan dan dilindungi oleh masyarakat yang ada di Sulawesi Selatan.
(SAI)