Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Struktur Novel Sejarah, Kaidah Kebahasaan, dan Ciri-Ciri Teksnya
13 Februari 2024 14:05 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Novel sejarah adalah novel tentang tokoh-tokoh hingga peristiwa bersejarah. Ada banyak contoh novel sejarah Indonesia terbaik yang menjadi best seller di berbagai toko buku besar dan diadaptasi jadi film layar lebar.
Selain mengulas tentang struktur novel sejarah, artikel ini juga akan mengungkap beberapa kaidah kebahasaan, ciri-ciri dan beberapa rekomendasi novel sejarah yang dapat dibaca. Simaklah artikel ini sampai selesai untuk mengetahui seluruh materinya secara runtut.
Struktur Novel Sejarah
Mengutip buku Kumpulan Aplikasi Materi Pelajaran Terbaik Sekolah Menengah Atas oleh Nursari, dkk., novel sejarah termasuk dalam jenis teks cerita sejarah. Jadi, sebagai sebuah karya sastra, jenis novel ini banyak memuat fakta sejarah tentang suatu peristiwa.
Pembuatan jenis teks ini umumnya dibuat sesuai data yang didapatkan dari berbagai sumber sejarah. Selain data, setiap penulis juga harus memperhatikan struktur novel sejarah yang ingin dibuat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk Kelas XI SMK oleh Fitri Itut Rahayu, struktur novel sejarah memiliki beberapa bagian. Di antaranya sebagai berikut:
1. Orientasi
Ini merupakan tahapan perkenalan dan memberikan informasi tentang situasi yang diangkat, pengenalan tokoh, sudut pandang hingga hubungan dari para tokoh yang diceritakan.
2. Pengungkapan Peristiwa
Pada tahap ini, pembaca akan menemukan peristiwa atau kejadian awal yang berpotensi menimbulkan berbagai masalah hingga pertentangan yang dihadapi oleh tokoh novel tersebut.
3. Konflik
Setelah munculnya peristiwa, akan ada tahapan konflik yang menjadi inti cerita novel tersebut. Pada bagian ini, cerita kesulitan hingga adanya pertikaian akan membuat jalan cerita semakin rumit di antara tokoh novel tersebut.
4. Komplikasi
Komplikasi merupakan bagian paling puncak dari masalah yang dipaparkan. Pada bagian ini, cerita tersebut akan berisi pertikaian atau peristiwa lain yang menjadi puncak dari masalah yang dihadapi tokohnya. Tahapan ini menjadi bagian yang paling menegangkan dari seluruh isi cerita.
ADVERTISEMENT
5. Resolusi
Pada tahap ini, penulis akan mengemukakan penyelesaian masalah, pandangan tokoh terhadap masalah yang dialami hingga efek apa yang ditimbulkan.
Bagian ini juga dapat digunakan untuk mengungkap nasib atau jalan cerita yang dialami setiap tokoh yang terlibat dalam konflik tersebut.
6. Koda
Koda dalam novel berfungsi sebagai penutup. Bagian ini umumnya berisi kesimpulan cerita hingga adanya pertanyaan yang menggantung di dalam cerita.
Lebih lanjut, penulis juga dapat menampilkan amanat atau pesan yang diambil dari masalah tersebut. Namun, tidak semua novel memiliki koda, bahkan beberapa penulis novel sejarah menyerahkan kesimpulan akhir kepada pembaca.
Kaidah Kebahasaan Novel Sejarah
Berbeda dengan karya sastra novel pada umumnya, novel sejarah umumnya menggunakan kaidah kebahasaan yang cukup bebas dan berbeda dari jenis teks sejarah umumnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ada beberapa kaidah kebahasaan yang menjadi hal utama yang menjadi aturan penulisan jenis novel tersebut.
Mengutip buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan oleh Taufiqur Rahman, berikut beberapa kaidah kebahasaan novel sejarah yang perlu dipahami setiap penulis:
1. Menggunakan Keterangan Waktu Lampau
Menggunakan bentuk lampau atau peristiwa yang telah terjadi seperti keterangan waktu yang menunjukkan masa lampau. Contohnya penggunaan frasa pada zaman, pada waktu, pada tahun, dan lain-lain.
2. Menggunakan Keterangan Tempat
Keterangan tempat digunakan untuk memberikan informasi lokasi atau tempat terjadinya peristiwa sejarah. Keterangan ini ditandai dengan menggunakan konjungsi di, ke, maupun dari.
3. Menggunakan Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah sebuah kata untuk menghubungkan sesuatu yang menandai waktu. Konjungsi ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni intrakalimat dan antarkalimat.
Intrakalimat adalah konjungsi yang terletak dalam satu kalimat. Misalnya kata setelah, lalu, kemudian dan seterusnya. Adapun Antarkalimat adalah konjungsi yang menjadi penghubung kalimat satu dengan kalimat lainnya, seperti kata selanjutnya, sebelumnya, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
4. Menggunakan konjungsi kausalitas
Konjungsi kausalitas adalah kata yang menunjukkan sebab akibat. Jenis konjungsi ini terbagi menjadi dua yakni intrakalimat dan antarkalimat.
Intrakalimat adalah kata yang menunjukkan sebab akibat dalam satu kalimat seperti kata karena, sebab, dan sebagainya. Antarkalimat adalah konjungsi yang menyatakan sebab akibat dalam dua kalimat seperti oleh sebab itu, oleh karena itu, maka dari itu, dan seterusnya.
5. Nomina
Novel sejarah banyak menggunakan nomina yang mengacu pada suatu nama seperti nama orang, hewan, benda, nama ide atau sebuah gagasan. Nomina dibagi menjadi tiga jenis, yakni:
ADVERTISEMENT
6. Verba
Novel sejarah menggunakan verba dalam menceritakan sebuah peristiwa yang pernah terjadi. Verba yang dipakai adalah kata kerja yang menyatakan tindakan, seperti pergi, melempar, memukul, dan lain-lain.
Ciri-Ciri Novel Sejarah
Setelah memahami beberapa kaidah kebahasaan novel sejarah, Anda juga perlu tahu ciri-ciri novel sejarah yang berfungsi sebagai pembeda dari jenis novel lainnya.
Mengutip buku Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia SMA dan MA oleh Tomi Rianto, ciri-ciri novel sejarah antara lain:
Daftar Novel Sejarah Terbaik di Indonesia
Jajaran novel sejarah Indonesia diisi oleh beberapa penulis ternama dan terbaik seperti Pramoedya Ananta Toer, Leila S Chudori dan lain-lain. Berikut beberapa rekomendasi novel sejarah Indonesia yang dapat dibaca saat waktu luang.
ADVERTISEMENT
1. Laut Bercerita- Leila S Chudori
Novel ini bercerita tentang kisah perjuangan Laut, seorang mahasiswa sekaligus aktivis kritis yang berani menyuarakan isu sosial pada masa orde baru. Karena dianggap berbahaya, Laut beserta kelompoknya ditangkap dan disiksa.
Meskipun dihukum secara fisik dan mental, ia tetap memegang prinsipnya sampai akhir. Isi novel ini sebagaian besar menggambarkan situasi masyarakat dan politik pada era tersebut.
2. Gadis Kretek
Gadis kretek menjadi salah satu novel sejarah yang diadaptasi menjadi salah satu film Netflix yang cukup viral di media sosial. Novel ini memiliki latar belakang era penjajahan Belanda hingga kemerdekaan.
Gadis Kretek menceritakan napak tilas pencarian seorang perempuan misterius bernama Jeng Yah. Dalam kisah tersebut, napak tilas ini juga sekaligus menguak rahasia gelap keluarga mereka.
ADVERTISEMENT
3. Tetralogi Buru-Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer menjadi salah satu seorang sastrawan Indonesia yang telah menerbitkan lebih dari 50 karya. Selain sarat akan pengetahuan sejarah bangsa, karya-karyanya menjadi aset yang berharga.
Salah satu karya yang cukup fenomenal adalah Tetralogi Buru. Novel ini menceritakan perjalanan panjang Minke sebagai pencetus pers pribumi dan pergerakan nasional. Tetralogi Pulau Buru terdiri dari empat bagian, yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan seri terakhir, Rumah Kaca.
4. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck- Hamka
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menjadi salah satu novel Buya Hamka yang diminati sepanjang zaman. Novel ini mengangkat peristiwa nyata kapal Van Der Wijck yang tenggelam di Lamongan Jawa Timur pada 1936.
Novel ini menceritakan kisah cinta segitiga antara Zainuddin, Hayati, dan Aziz. Novel ini juga sudah diangkat ke layar lebar dengan tokoh-tokoh utamanya diperankan oleh Pevita Pearce dan Herjunot Ali.
ADVERTISEMENT
5. Segala yang Diisap Langit-Pinto Anugerah
Novel ini mengisahkan masa perang Padri tahun 1800-an. Bukan kisah perang Tuanku Imam Bonjol atau perjuangan melawan Belanda kala itu, tetapi soal tragedi keluarga-keluarga bangsawan Minangkabau yang menjadi korban maupun pelaku perang Padri itu sendiri.
Selain itu, novel ini juga mengangkat kisah politik hingga kaum adat yang membawa ideologi kekerasan.
Novel ini dikemas dengan memadukan data sejarah, data ingatan mememori kolektif, data tentang mitor yang lahir dari peristiwa Padri dengan kajian etnografis yang mendalam.
(IPT)