Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Suku-Suku di Pulau Sulawesi: Bugis hingga Talaud
13 September 2021 16:40 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 5 April 2023 8:33 WIB
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pulau Sulawesi merupakan sebuah pulau yang berada di tengah Kepulauan Maluku dan Pulau Kalimantan. Luasnya sekitar 174.600 km persegi, yang membuat pulau ini menduduki sebagai pulau terbesar ke-4 di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pulau Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi, yaitu:
Beberapa suku bangsa masih mendiami wilayah keenam provinsi tersebut. Salah satu suku yang paling dominan adalah Suku Bugis. Suku Bugis dapat ditemukan di seluruh daerah yang terdapat di Pulau Sulawesi.
Selain Suku Bugis, masih terdapat suku-suku lainnya yang juga masih kental akan adat istiadat dan budayanya. Lantas, apa saja suku-suku yang masih menduduki wilayah Pulau Sulawesi? Simak uraian lengkapnya berikut ini.
Suku-Suku di Pulau Sulawesi
Mengutip buku Ayo Mengenal Indonesia: Sulawesi karangan Tri Yulianto (2019: 10), berikut suku-suku di Pulau Sulawesi yang bisa dipahami.
ADVERTISEMENT
1. Suku Bugis
Suku Bugis merupakan suku yang paling banyak mendiami wilayah Pulau Sulawesi. Daerah persebarannya mulai dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.
Dalam kesehariannya, Suku Bugis menggunakan bahasa Bugis. Bahasa ini memiliki beberapa dialek, seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap.
2. Suku Mandar
Mayoritas Suku Mandar menempati wilayah Sulawesi Barat, meskipun persebarannya juga terdapat di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Suku Mandar dalam kesehariannya menggunakan bahasa Mandar. Bahasa ini masuk ke dalam kelompok utara rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia.
3. Suku Toraja
Suku Toraja mendiami pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Namun, persebarannya juga terdapat di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Toraja Utara. Mayoritas Suku Toraja memeluk agama Kristen Protestan, agama tertinggi kedua adalah Katolik.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari, Bahasa yang digunakan oleh Suku Toraja dalam adalah Toraja-Sa’dan, Mamasa, Ta’e, Talondo’, Kalumpang, dan Toala’.
4. Suku Makassar
Suku Makassar merupakan sebutan atau nama Melayu bagi suku yang tinggal di pesisir selatan Pulau Sulawesi. Suku Makassar masuk ke dalam rumpun bahasa Bentong, Selajar, dan Konjo.
Dikutip berdasarkan buku Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia oleh Dr. Zulyani Hidayah (2015: 25), orang Makassar menyebut dirinya sendiri sebagai Mangkasra, yang artinya “mereka yang bersifat terbuka”.
Suku ini terkenal dengan keberaniannya dan berjiwa penakluk, akan tetapi tetap menjunjung tinggi demokrasi dalam sebuah sistem pemerintahan.
5. Suku Buton
Suku Buton menempati wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kepulauan Buton. Karena berada di wilayah kepulauan, Suku Buton termasuk dalam suku pelaut. Sejak zaman nenek moyang, orang-orang Buton sudah menjadi pelaut dan merantau ke seluruh Nusantara.
ADVERTISEMENT
Adapun bahasa yang digunakan dalam kesehariannya, yaitu bahasa Wolio. Bahasa Wolio ini merupakan bahasa resmi pada sistem pemerintahan Kesultanan Buton.
6. Suku Minahasa
Suku Minahasa mendiami wilayah Sulawesi Utara, yang merupakan suku terbesar di provinsi ini. Suku Minahasa menggunakan berbagai bahasa dalam percakapan kesehariannya, seperti bahasa Manado, bahasa Tombulu, bahasa Tonsawang, bahasa Tonsea, dan bahasa Tontemboan.
7. Suku Talaud
Suku Talaud merupakan suku yang terletak di kawasan Sulawesi Utara, yang mendiami pulau-pulau kecil di kawasan Kepulauan Sangir, Kabupaten Talaud.
Suku Talaud memiliki enam dialek bahasa seperti Essang, Nanusa, Karakelang, Miangas, Sali-Babu, dan Kabaruan.
Contohnya bahasa Jawa, bahasa ini memiliki tingkatan halus, menengah, hingga kasar. Tak sedikit pula, Suku Talaud yang juga menggunakan bahasa Melayu Manado.
ADVERTISEMENT
Tradisi di Sulawesi
Masyarakat Sulawesi memiliki bermacam-macam tradisi yang menjadi ciri khas di setiap daerah. Dirangkum dari berbagai sumber, adapun beberapa tradisi di Sulawesi, yaitu:
1. Tari Nompejomu
Tari Nompejomu merupakan tarian tradisional asal Sulawesi Tengah yang berasal dari cara berbusana tradisi Suku Kaili di wilayah tersebut, khususnya bagi kaum perempuan.
Pada zaman dahulu, apabila ada seorang perempuan meninggalkan rumah untuk bertandang ke rumah keluarga atau kerabat, maka mereka harus memakai 2 lembar sarung sebagai penutup tubuh dan badan sehingga yang terlihat hanya mata dan tumit.
2. Tumbilotohe
Tumbilotohe adalah tradisi pasang lampu yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo dengan tujuan untuk memuliakan bulan Ramadan, meskipun tradisi ini tidak termasuk dalam syariat Islam.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam ajaran Islam diyakini bahwa bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan. Hal inilah yang mendasari serta memperkuat tumbuhnya tradisi Thumbilotohe di daerah Gorontalo.
Dalam perkembangannya, Tumbilotohe dilakukan pada 3 malam terakhir menjelang hari raya Idul Fitri. Tradisi ini diilhami dari kebiasaan masyarakat zaman dulu yang melakukan pemasangan obor untuk menerangi jalan menuju tempat ibadah dan rumah penduduk.
3. Maudu Lompoa
Maudu lompa merupakan tradisi menyambut kelahiran Nabi Muhammad yang rutin digelar masyarakat Cikoang, Sulawesi Selatan. Butuh persiapan panjang sekitar 40 hari untuk dapat menggelar tradisi ini.
Pada saat hari pelaksanaan tradisi maudu lompoa, masyarakat dengan berpakaian adat berjalan beriringan sampil memikul julung-julung.
Dikutip dari Dialektika Islam dan Budaya Nusantara dari Negosiasi, Adaptasi hingga Komodifikasi oleh Suprapto (2020: 203), julung-julung merupakan replika perahu berisi berisi telur hias, ayam, beras ketan, mukena, dan berbagai aksesoris khas Sulawesi lainnya.
ADVERTISEMENT
Supaya lebih indah dan menarik, julung-julung dihiasi dengan kibaran kain warna-warni yang dipasang di atas perahu. Kegiatan ini dipercaya masyarakat dapat membawa berkah bagi yang hadir.
4. Mapalus
Mapalus adalah tradisi gotong royong dari tanah Toar dan Lumimu'ut dalam Suku Minahasa di Sulawesi Utara. Hal tersebut didasarkan pada semboyan hidup orang Minahasa, yaitu "Si Tou Timou Tumou Tou" yang artinya manusia hidup untuk menghidupi atau menjadi berkat bagi orang lain.
Dikutip dari Kreatif Tematik Tema 1 Indahnya Kebersamaan Kelas IV untuk SD/MI oleh Tim Tunas Karya Guru (2020: 14), awalnya, Mapalus hanya dilakukan pada kegiatan khusus yang berkaitan dengan pertanian, seperti membuka lahan dan memetik hasil panen.
Akan tetapi, dalam perkembangannya, Mapalus diterapkan dalam setiap kegiatan yang bersifat sosial, seperti mendirikan rumah, membuat perahu, dan perkawinan.
ADVERTISEMENT
5. Festival Perahu Sandeq
Perahu sandeq merupakan perahu tradisional masyarakat Mandar, Sulawesi Barat. Perahu ini termasuk warisan leluhur yang digunakan oleh para nelayan untuk mencari ikan di laut dan sebagai sarana transportasi bagi para pedagang.
Menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia, biasanya diadakan Festival Perahu Sandeq pada bulan Agustus. Para peserta akan ditantang untuk mengarungi laut sepanjang 300 mil yang terbentang dari Mamuju hingga ke Makassar.
Festival Perahu Sandeq telah ada sejak dahulu, yaitu ketika para nelayan harus libur melaut karena kendala cuaca. Sambil menunggu cuaca kembali kondusif untuk melaut, mereka mengisi waktu luangnya dengan mengadakan lomba pacu sandeq.
(VIO & SFR)