Konten dari Pengguna

Syarat Sah Puasa untuk Umat Islam

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
13 Maret 2024 10:27 WIB
·
waktu baca 7 menit
clock
Diperbarui 24 Maret 2024 23:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Ilustrasi Syarat Sah Puasa, Foto Unsplash/Simon Infanger
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Syarat Sah Puasa, Foto Unsplash/Simon Infanger
ADVERTISEMENT
Sebelum melakukan puasa, umat Islam harus mengetahui beberapa syarat sah puasa yang wajib dipenuhi sebelum melakukan ibadah puasa. Jika syaratnya telah terpenuhi, ibadah puasa akan sah.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, jika syaratnya belum terpenuhi, maka orang tersebut tidak diperkenankan melakukan ibadah puasa. Namun, jika orang tersebut tetap melakukan ibadah puasa sedangkan ada syarat yang belum terpenuhi, maka puasanya dianggap tidak sah.

Syarat Sah Puasa

Ilustrasi Syarat Sah Puasa, Foto Unsplash/Rauf Alvi
Berikut adalah syarat sah puasa yang patut dipahami umat Islam agar diterima oleh Allah Swt berdasarkan buku yang berjudul Dahsyatnya Puasa Sunah, H. Amirulloh Syarbini, dkk., (2010:49).

1. Islam Sepanjang Hari

Beragama Islam maknanya mengakui bahwa hanya Allah Swt yang patut disembah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan mengakui Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah. Dengan adanya syarat tersebut, apabila seorang kafir, baik asli atau kafir murtad, dan berniat puasa, maka tidaklah sah puasanya.
Demikian juga apabila ada seorang muslim yang sedang berpuasa tiba-tiba menjadi murtad karena mencela agama Islam, atau mengingkari hukum Islam yang disepakati oleh seluruh umat Islam dan hukum itu salah satu ketetapan agama, atau dia mengerjakan sesuatu yang merupakan penghinaan terhadap Al-Quran, atau memaki seorang Nabi, secara otomatis keluarlah muslim tersebut dari Islam dan batallah puasanya.
ADVERTISEMENT
Karenanya, puasa itu rukun Islam dan termasuk ibadah Islamiyah, sehingga tidak sah dilakukan oleh orang yang bukan Islam atau orang yang keluar dari Islam.

2. Tamyiz atau Berakal

Tamyiz adalah dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk. Tamyiz juga berarti masih berfungsinya akal sehat dan normal. Dengan adanya syarat ini, orang yang gila bila melakukan puasa, tidak sah puasanya. Karena puasa itu suatu ibadah, orang gila dianggap tidak cakap untuk beribadah.
Demikian juga apabila seseorang sedang berpuasa, tiba-tiba ditimpa penyakit gila atau ayan di tengah hari (walaupun sebentar), batallah puasanya. Sama saja dengan orang pingsan, jika ada orang yang berpuasa kemudian dia pingsan sepanjang hari selama dia berpuasa, batal juga puasanya

3. Suci dari Haid dan Nifas

Haid adalah darah yang keluar dari dinding rahim seorang perempuan apabila telah menginjak masa baligh. Haid ini dijalani oleh seorang perempuan pada masa-masa tertentu, paling cepat satu hari satu malam dan paling lama lima belas hari, dan yang normal biasanya enam atau tujuh hari.
ADVERTISEMENT
Sedangkan nifas adalah darah yang keluar disebabkan oleh kelahiran anak. Nifas hakikatnya adalah darah haid yang tertahan karena proses kehamilan. Takaran maksimal bagi keluarnya darah nifas ini adalah empat puluh hari, sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah:
"Pada masa Rasulullah, para wanita yang sedang menjalani masa nifas, hendaklah ia menahan diri selama empat puluh hari atau empat puluh malam." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Suci dari haid dan nifas merupakan syarat sah khusus bagi wanita. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak diwajibkan berpuasa. Sebaliknya, jika ada wanita yang berpuasa kemudian haid atau nifas di siang hari, maka batallah puasanya seketika itu juga, baik darah yang ke luar itu banyak atau sedikit, baik anak yang lahir itu sempurna maupun yang dilahirkan itu segumpal darah atau daging
ADVERTISEMENT

4. Puasa pada Waktunya

Puasa pada waktunya adalah berpuasa di waktu yang tepat untuk berpuasa. Puasa Ramadan misalnya, harus dilakukan pada bulan Ramadan. Demikian juga puasa sunah harus dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh syara'.
Puasa yang dilakukan di waktu- waktu yang tidak sesuai ketentuan syara', atau puasa yang dikerjakan di waktu-waktu yang haram berpuasa, seperti hari raya idul fitri dan hari raya idul adha, maka tidak sah puasanya. Syarat ini berlaku untuk semua jenis puasa, baik wajib maupun sunah.

Syarat Wajib Puasa

Ilustrasi Syarat Sah Puasa, Foto Unsplash/Abdullah Arif
Setelah mengetahui syarat sah puasa , tidak ada salahnya jika mengetahui juga syarat wajib puasa. Inilah beberapa syarat wajib puasa menurut buku yang berjudul Puasa Bukan Hanya saat Ramadhan, Ahmad Sarwat, (2014:67).
ADVERTISEMENT

1. Balig

Syarat pertama yang menjadikan seseorang wajib untuk mengerjkana puasa bulan Ramadan adalah masalah usia balig. Orang yang belum sampai usia balig, seperti anak kecil, tidak ada kewajiban untuk berpuasa Ramadan.
Akan tetapi, orangtua wajib melatih anaknya berpuasa ketika berusia tujuh tahun. Bahkan,jika sampai sepuluh tahun sudah boleh dikenakan sanksi. Hal itu seperti ketika melatih anak-anak untuk shalat.
مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلَاةِ لِسَبْعِ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المضاجع
Dari Ibnu Amr bahwa Rasulullah saw bersabda, "Perintahkan anak-anak kamu untuk mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tidak menegakkan shalat ketika berusia sepuluh tahun. Pisahkan pula tempat tidur mereka." (HR. Abu Daud dan Hakim serta disahihkan dalam Al-Jamius Shaghir)
ADVERTISEMENT
Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah membolehkan anak, yang sudah berusia sepuluh tahun dan masih saja tidak mau berpuasa Ramadan, diberi hukuman dengan pukulan. Bila berpuasa, pahala akan diberikan kepada anak-anak itu."
Meskipun demikian, anak-anak secara hukum termasuk yang belum memperoleh beban (taklif) untuk mengerjakan puasa Ramadan, seperti yang diterangkan dalam hadits:
رُفِعَ القَلَمُ عَنْ ثَلاثٍ: عَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَبْلُغَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَفِيقَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ
Dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwa Rasulullah bersabda, "Telah diangkat pena dari tiga orang; dari anak kecil sampai ia bermimpi (baligh), dan dari orang gila sampai ia sadar/ waras, dan dari orang yang tidur hingga ia terjaga." (HR. Ahmad: 1/155-158, Abu Daud: 4401, dan Tirmizy: 1423)
ADVERTISEMENT

2. Berakal

Orang gila tidak wajib puasa bahkan tidak perlu menggantinya atau tidak perlu mengqadanya. Kecuali bila melakukan sesuatu secara sengaja yang mengantarkannya kepada kegilaan, wajib puasa atau wajib menggantinya. Hal yang sama berlaku pada orang mabuk, bila mabuknya disengaja. Tetapi, bila mabuknya tidak disengaja, tidak wajib atasnya puasa.

3. Sehat

Orang yang sedang sakit tidak wajib melaksanakan puasa Ramadan. Namun, wajib menggantinya pada hari lain ketika kesehatannya telah pulih. Allah Swt. berfirman,
وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
"... Dan barang siapa yang sakit atau sedang dalam perjalanan. (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain...." (QS. Al-Baqarah: 185)
Jenis penyakit yang membolehkan seseorang tidak menjalankan kewajiban puasa Ramadhan adalah penyakit yang akan bertambah parah bila berpuasa. Atau ditakutkan penyakitnya akan terlambat untuk sembuh.
ADVERTISEMENT

4. Mampu

Allah hanya mewajibkan puasa Ramadan kepada orang yang memang masih mampu untuk melakukannya. Sedangkan bagi orang yang sangat lemah atau sudah jompo, yang secara fisik memang tidak mungkin lagi melakukan puasa, tidak diwajibkan puasa. Allah Swt. berfirman,
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينِ
"... Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidiah, yaitu memberi makan seorang miskin...." (QS. Al-Baqarah: 184)

5. Tidak dalam Perjalanan (Bukan Musafir)

Orang yang sedang berada dalam perjalanan tidak wajib melakukan ibadah puasa. Tetapi, wajib atasnya mengqada puasanya pada hari lain. Allah Swt. berfirman.
وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
"... Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan, (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari lain...." (QS. Al-Baqarah: 185)
ADVERTISEMENT
Dalam hadits Rasulullah diterangkan bahwa: Hamzah Al-Aslami berkata, "Ya Rasulullah, aku kuat tetap berpuasa dalam perjalanan, apakah aku berdosa ?" Rasulullah saw. menjawab, "Itu adalah keringanan dari Allah Ta'ala. Siapa yang berbuka, baik, dan siapa yang lebih suka berpuasa, tidak ada dosa." (HR. Muslim: 1121 dan An- Nasai: 4/187)
Akan tetapi, menurut para ulama, tidak semua jenis perjalanan diperbolehkan seseorang tidak menjalankan puasa. Adapun perjalanan yang boleh seseorang tidak melakukan puasa ada syaratnya.
a. Jarak Minimal
Jarak minimal perjalanan adalah jarak yang membolehkan seseorang menqasar shalat, yaitu sekitar 47 mil atau 89 km.
b. Bukan Perjalanan Maksiat
Jumhur ulama juga mensyaratkan perjalanan itu bukan perjalanan dalam rangka maksiat. Dasarnya ,bahwa rukhsah (keringanan) dari Allah itu tidak diberikan kepada orang yang dalam keadaan maksiat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Al-Hanafiyah tidak mensyaratkan hal tersebut. Hal yang penting bila seseorang secara mutlak sedang melakukan perjalanan, maka akan mendapat keringanan.
Untuk menguatkan alasan tersebut, jumhur ulama selain Al-Hanafiyah memberikan contoh sebagai berikut. Bagaimana mungkin orang yang dalam perjalanan untuk merampok dan membegal di tengah hutan, misalnya, lalu boleh tidak berpuasa Ramadan, hanya karena alasan sebagai musafir?
c. Perjalanan Sudah Dimulai Sebelum Subuh
Jumhur ulama mensyaratkan juga bahwa seseorang yang melakukan perjalanan itu boleh tidak berpuasa, asalkan sudah memulai perjalanannya sebelum subuh. Artinya, perjalanan itu sudah dilakukan sebelum puasa dimulai pada waktu subuh.
Sedangkan Al-Hanabilah tidak mensyaratkan hal tersebut. Hal yang penting bila pada waktu seseorang yang sedang berpuasa mengadakan perjalanan, sudah pasti akan mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa.
ADVERTISEMENT
Demikianlah syarat sah puasa dan syarat wajib puasa yang wajib dipahami umat Islam. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam yang sedang menunaikannya. (Adm)