Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Teori Keunggulan Komparatif, Contoh, dan Manfaatnya
21 Desember 2023 16:48 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Teori keunggulan komparatif dicetuskan oleh seorang ekonom Inggris bernama David Ricardo. Teori ini pertama kali diperkenalkan lewat buku Principles of Political Economy and Taxation pada tahun 1817.
ADVERTISEMENT
Teori ini merupakan koreksi sekaligus kritik terhadap teori Keunggulan Mutlak yang dikemukakan J.S. Mill dan David Ricardo juga.
David Ricardo dalam teori keunggulan komparatif berpendapat bahwa negara sebaiknya fokus pada produksi barang yang memiliki biaya peluang lebih rendah daripada negara lain.
Simak penjelasan selengkapnya mengenai teori keunggulan komparatif di bawah ini.
Pengertian Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif adalah teori yang berfokus pada cost comparative advantage, di mana perbandingan biaya relatif dalam memproduksi suatu barang menjadi dasar terjadinya perdagangan antar negara.
Jadi, dalam hal ini, biaya absolut menjadi tidak relevan sebagai satu-satunya penyebab terjadinya perdagangan antar negara.
Teori keunggulan komparatif didasarkan pada nilai tenaga kerja (theory of labor value) yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksi satu unit barang.
ADVERTISEMENT
Teori ini juga memberikan pemahaman bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi.
Hal ini mengindikasikan, apabila suatu negara dapat melakukan ekspor barang berarti negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien dibandingkan negara lain.
Sedangkan jika melakukan impor barang, maka negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien dibandingkan negara lain.
Asumsi yang mendasari pemikiran Ricardo adalah delapan hal berikut.
Perbedaan Teori Keunggulan Mutlak dan Komparatif
Perbedaan teori keunggulan mutlak dan komparatif dapat dilihat dari hal-hal berikut.
ADVERTISEMENT
1. Definisi
Teori keunggulan mutlak adalah kemampuan suatu negara untuk memproduksi lebih banyak barang dengan jumlah sumber daya yang sama dibandingkan negara lain.
Sementara teori keunggulan komparatif adalah kemampuan suatu negara untuk memproduksi barang atau jasa dengan biaya kesempatan (opportunity cost) yang relatif lebih rendah.
2. Manfaat
Tidak ada manfaat saling menguntungkan dalam perdagangan dengan keunggulan mutlak. Manfaat hanya dirasakan oleh negara yang memiliki keunggulan mutlak.
Sementara pada keunggulan komparatif, ditemukan perdagangan yang saling menguntungkan. Negara dengan biaya kesempatan yang lebih tinggi untuk memproduksi suatu barang dapat menerimanya dengan biaya yang lebih rendah dari produksi negara lain.
3. Faktor Penentu
Biaya adalah faktor untuk menentukan apakah negara memiliki keunggulan mutlak.
Sementara untuk keunggulan komparatif, biaya kesempatan adalah faktor yang menentukan apakah negara memiliki keunggulan komparatif.
ADVERTISEMENT
4. Sifat
Keunggulan mutlak tidak bersifat saling menguntungkan dan timbal balik. Sementara keunggulan komparatif bersifat saling menguntungkan dan timbal balik.
Contoh keunggulan mutlak dan komparatif dapat kamu simak berikut ini.
Contoh Teori Keunggulan Komparatif
Contoh praktik keunggulan komparatif adalah kerjasama antara Indonesia dan Malaysia dalam memanfaatkan tenaga kerja untuk input produksi garmen.
Dengan asumsi bahwa jumlah gaji untuk tenaga kerja sama, maka jumlah jumlah produksi sepatu dan garmen yang akan dihasilkan dari masing-masing negara adalah:
ADVERTISEMENT
Dari data di atas, bisa kita simpulkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan absolut untuk produksi garmen. Sebab, Indonesia bisa menghasilkan lebih banyak dibandingkan dengan Malaysia.
Jika mengacu pada teori keunggulan mutlak, maka Indonesia dan Malaysia seharusnya tidak saling berdagang. Sebab, Indonesia telah mempunyai keunggulan absolut atas pesaingnya.
Namun, dalam konsep teori keunggulan komparatif, Indonesia dan Malaysia bisa berdagang. Kedua belah pihak akan dianggap menguntungkan jika fokus kepada produk dengan biaya peluang yang paling rendah.
Selain itu, berikut beberapa contoh lainnya dalam teori keunggulan komparatif dikutip dari artikel Keunggulan Komparatif Ekspor Indonesia karya Suhardi dan Afrizal.
1. Udang
Udang adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia karena Indonesia merupakan negara maritim dengan laut yang luas. Komoditas unggulan ini dikirimkan hampir ke seluruh Asia, Australia, Amerika, dan Eropa
ADVERTISEMENT
2. Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena iklim tropisnya yang cocok untuk budidaya kopi. Alhasil, Indonesia menjadi salah satu dari lima negara terbesar penghasil kopi di dunia.
Kopi yang umum diekspor adalah kopi robusta, arabika, dan luwak. Amerika, Jerman, Malaysia, Italia, Jepang, Rusia, Mesir, Inggris, dan Belgia menjadi negara yang mengimpor kopi dari Indonesia.
3. Minyak Kelapa Sawit
Komoditas mimnyak kelapa sawit menjadi unggulan Indonesia dengan tujuan ekspor China, Singapura, India, Jerman, Spanyol, Afrika, Rusia, Pakistan, Brasil, dan Amerika.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor CPO Indonesia mencapai US$29,62 miliar pada 2022.
4. Kakao
Kakao merupakan komoditas unggulan penghasil devisa ketiga terbesar di Indonesia. Kakao adalah buah dari pohon kakao yang merupakan bahan baku pembuatan coklat.
ADVERTISEMENT
Negara yang melakukan impor dari Indonesia ada Amerika, Kanada, Jerman, Swiss, Rusia, Singapura, Jepang, dan China.
5. Karet
Indonesia memiliki perkebunan karet yang luas sehingga menjadi penghasil karet alami dalam jumlah besar. Oleh karena itu, karet menjadi komoditas unggulan kedua terbesar di indonesia.
Negara yang mengimpor karet dari Indonesia ada Amerika serikat, Jepang, China, Singapura, Korea Selatan, Jerman, Brazil, Belanda, Perancis, Canada, Turki, Inggris, Spanyol, Italia, dan Belgia.
6. Furnitur
Furnitur menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia karena Indonesia memiliki alam dengan hutan yang luas. Negara penerimanya adalah Amerika Serikat, Swiss, Jepang, Korea Selatan, China, Belgia, Spanyol, Inggris, dan Jerman.
Manfaat Keunggulan Komparatif
Penerapan konsep keunggulan komparatif memiliki beberapa manfaat yang signifikan dalam konteks perdagangan internasional. Berikut beberapa manfaatnya.
ADVERTISEMENT
1. Meningkatkan Efisiensi Produksi
Dengan memanfaatkan keunggulan komparatif, negara-negara dapat mengalokasikan sumber daya yang langka secara efisien. Melalui teori ini pula, setiap negara akan fokus pada produksi barang yang memiliki biaya peluang lebih rendah.
Hal ini memungkinkan negara-negara tersebut untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa, dengan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan Margin Keuntungan
Melalui keunggulan komparatif, negara-negara dapat meningkatkan margin keuntungan mereka dalam perdagangan internasional.
Hal tersebut karena melalui produksi barang yang memiliki biaya peluang lebih rendah, negara dapat menjual produk dengan harga kompetitif di pasar internasional. Sehingga, hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan peluang bisnis yang lebih baik.
3. Memperoleh Hasil Material Lebih Tinggi
Dalam perdagangan internasional yang didasarkan pada keunggulan komparatif, negara-negara dapat memperoleh hasil material lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Jika berfokus pada produksi barang dengan keunggulan komparatif, maka negara dapat memperoleh lebih banyak produk menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien.
Hal ini berarti, negara-negara tersebut dapat meningkatkan tingkat konsumsi dan kesejahteraan masyarakat mereka.
Kelemahan Teori Keunggulan Komparatif
Model Ricardian yang dikemukakan David Ricardo ternyata tidak terlepas dari beberapa kelemahan, antara lain, banyaknya asumsi yang mendasari pembentukan teori-teori perdagangan internasional dalam model Ricardian tersebut.
Asumsi-asumsi tersebut pada akhirnya justu memperlemah korelasi antara teori yang dibentuk dengan kenyataan yang ada.
Mengutip jurnal berjudul Kinerja Komoditas Elektronika Indonesia 1981-1995: Pendekatan Keunggulan Komparatif oleh Ahmad Jamli dan Ryan Rizaldy, contoh penting dari asumsi teori Ricardo yang tidak relevan dengan realita adalah asumsinya mengenai biaya produksi yang dianggap tetap atau perekonomian mengalami kondisi constant cost.
ADVERTISEMENT
Di dunia nyata, kondisi tersebut sangatlah sulit dicapai. Kasus yang sering terjadi adalah kasus increasing cost dan decreasing cost pada sektor-sektor produksi di negara tersebut, terutama negara berkembang.
Kelemahan dari teori keunggulan komparatif Ricardo selanjutnya disempurnakan kembali oleh dua ekonom Swedia yaitu, Eli Hecksher pada tahun 1919 dan Bertil Ohlin pada tahun 1933 dengan teori mereka tentang persediaan faktor produksi relatif dan spe-sialisasi Internasional atau yang lebih dikenal dengan Teori H-O (Hecksher-Ohlin).
(DEL)