Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Tradisi Sedekah Laut dan Hal Seputarnya
26 Januari 2022 18:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sedekah laut diwariskan secara turun temurun dan berkembang di kelompok masyarakat tertentu, terutama yang hidup di wilayah pesisir pantai. Sistem kepercayaan nenek moyang Indonesia tersebut sampai saat ini juga masih dapat ditemui di sejumlah daerah.
Mengenai Tradisi Sedekah Laut
Masyarakat zaman praaksara masa akhir sudah mulai mengenal sedekah laut seiring dengan perkembangan pelayaran. Kegiatan ini banyak diupayakan oleh kalangan para nelayan.
Menurut buku berjudul Sejarah Indonesia Kelas X SMA/MA/SMK/MAK yang ditulis Amurwani Dwi L. dkk., tradisi ini bisa dikatakan sebagai semacam selamatan apabila ingin berlayar jauh atau saat memulai proses membuat perahu.
Tradisi Sedekah Laut Cilacap
Mengutip dari laman situs Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tradisi sedekah laut di Cilacap diawali oleh gagasan Bupati Cilacap ke III Tumenggung Tjakrawerdaya III.
ADVERTISEMENT
Beliau memerintahkan pada mereka yang dituakan oleh para nelayan Pandanarang. Tokoh yang dituakan tersebut bernama Ki Arsa Menawi.
Seiring perkembangannya, upacara sedekah laut ini juga dilakukan dengan prosesi mengambil air suci di sekitar Pulau Majethi, Cilacap. Tempat tersebut merupakan tempat tumbuhnya bunga Wijayakusuma yang dipercaya sebagai bunga keberhasilan (dalam hal seremoni ini, yaitu keberhasilan dalam menangkap ikan).
Budaya Masyarakat Jawa Lainnya
Daerah yang memiliki kebudayaan Jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur Pulau Jawa. Berdasarkan buku berjudul Sosiologi SMA dan MA Kelas XI IPS yang ditulis oleh Wida Widianti, secara kekerabatan masyarakat Jawa mengembangkan prinsip keturunan bilateral.
ADVERTISEMENT
Sistem klasifikasi kekerabatan didasarkan pada generasi. Semua kakak laki-laki dan perempuan dari ayah dan ibu bersama dengan istri serta suaminya diklasifikasikan bersama di bawah istilah Siwa atau Uwa masing-masing.
Selanjutnya, semua adik laki-laki dan perempuan dari ayah dan ibu beserta istri dan suaminya masing-masing dibedakan sesuai jenis kelamin menjadi paman untuk laki-laki dan bibi untuk perempuan.
Dalam kehidupan masyarakat berkembang adat yang menyatakan bahwa dua orang yang berlainan jenis tidak boleh menikah jika bersaudara atau dikenal dengan pancer lanang.
Dari segi seni, terdapat pengaruh budaya Hindu dan Islam yang menyatu dengan budaya aslinya. Dengan demikian, budaya Jawa merupakan salah satu bentuk akulturasi. Kebudayaan Jawa yang berupa kesenian meliputi wayang, ketoprak, ludruk, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
(AMP)