Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Zaman Batu Tua: Pengertian dan Contoh Kebudayaannya
27 Januari 2022 19:14 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Masa praaksara adalah masa saat manusia purba belum mengenal tulisan dan bertahan hidup dengan bergantung pada alam. Apabila dilihat dari hasil kebudayaannya, masa praaksara mengalami zaman batu , salah satunya zaman batu tua.
ADVERTISEMENT
Menyadur buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) karya Nana Supriatna, zaman batu dibagi menjadi empat masa, yaitu zaman batu tua (Paleolitikum), zaman batu tengah (Mesolitikum), zaman batu baru atau batu muda (Neolitikum), dan zaman batu besar (Megalitikum).
Lebih lanjut, artikel ini akan membahas secara khusus mengenai zaman batu tua beserta peninggalannya. Agar lebih jelas, simak paparannya berikut ini.
Mengenal Zaman Batu Tua
Zaman batu tua menjadi salah satu bagian dari perjalanan sejarah di Indonesia. Zaman batu tua ditandai dengan keberadaan perkakas dari batu yang masih kasar dan sangat primitif.
Berdasarkan Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X oleh Dra. Veni Rosfenti, M.PD, hasil kebudayaan zaman batu tua banyak ditemukan di daerah Jawa Timur seperti Pacitan dan Ngandong.
ADVERTISEMENT
Arkeolog yang menemukan dan meneliti lebih lanjut bersepakat untuk membedakan temuan tersebut menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
1. Kebudayaan Pacitan
Pacitan adalah salah satu kabupaten yang berlokasi di Jawa Timur. Pada zaman purba, diperkirakan aliran Bengawan Solo mengalir ke selatan dan bermuara di pantai Pacitan.
Peninggalan kebudayaan Pacitan yang populer adalah kapak genggam (chopper). Kapak genggam ditemukan oleh Von Koenigswald pada 1935. Bentuknya mirip dengan kapak, tetapi tak memiliki tangkai. Maka sesuai namanya, cara memakai kapak ini dengan digenggam.
Berdasarkan penelitian pada awal 1990 dan diperkuat dengan penemuan terbaru pada 2000 yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia-Perancis di wilayah Pegunungan Seribu (Sewu), kapak genggam digunakan oleh manusia jenis Homo Erectus.
ADVERTISEMENT
2. Kebudayaan Ngandong
Di Ngandong, Jawa Timur juga kerap ditemukan alat-alat yang terbuat dari tulang binatang dan alat-alat kapak genggam dari batu. Peralatan yang dibuat dari tulang itu berasal dari tanduk rusa.
Fungsi dari peralatan tersebut yakni untuk menggali tanah saat mengambil ubi dan keladi, serta menangkap ikan. Berdasarkan penelitian, peralatan tersebut adalah hasil kebudayaan Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Selain peninggalan berupa peralatan yang terbuat dari tulang, di dekat Sangiran juga ditemukan alat-alat yang dikenal dengan Flakes. Pada beberapa alat yang terbuat dari batu tersebut, ada yang sengaja dibuat dari batu yang indah, misalnya, Chalcedon.
Manusia pendukung kebudayaan Ngandong antara lain makhluk jenis Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus robustus, dan Meganthropus palaeojavanicus. Selanjutnya hidup bermacam jenis homo (manusia), misalnya, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
ADVERTISEMENT
(ZHR)