Potensi krisis pasokan jagung bikin peternak galau

Konten Media Partner
1 November 2018 23:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
JAKARTA, kabarbisnis.com: Peternak ayam petelur mengeluhkan ketersediaan jagung dan peningkatan harga di pasaran mempengaruhi harga pakan ternak. Apabila terus terjadi, dicemaskan bakal membuat krisis pasokan jagung untuk pakan ternak. Gilirannya hal itu akan berakibat pada mahalnya harga telur dan daging ayam.
ADVERTISEMENT
"Kami meminta DPR untuk melakukan evaluasi kinerja pemerintah soal jagung. Keberadaan stok jagung berapa, dibandingkan kebutuhan berapa, serta produksi kita per bulan berapa. Cadangan tidak ada, Bulog kan tidak ngumpulin jagung," ungkap Presiden Peternak Layer (ayam petelur) Nasional, Ki Musbar Mesdi di Jakarta, Kamis (1/11/2018)
Harga jagung yang mencapai harga Rp5.300/kg menjadi indikasi minimnya ketersediaan. Sementara, kebutuhan jagung untuk bahan pakan ternak sangatlah tinggi, mencapai 780 .000 ton per bulan.
Musbar memprediksi dalam kurun waktu bulan Desember hingga Maret mendatang, akan terjadi kekurangan stok jagung. Kondisi cuaca yang terjadi belakangan ini telah mempengaruhi hasil produksi dan pola tanam. "Ini mempertaruhkan nasib 1,8 juta pelaku peternak unggas. Nasibnya mau dikemanakan?" tegasnya.
ADVERTISEMENT
Musbar jjuga mempertanyakan tidak adanya antisipasi yang dilakukan oleh Kementan, terkait siklus tingginya harga jagung pada periode Juli-September, yang disebabkan karena minimnya suplai. Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman di kesempatan berbeda, mengatakan hal senada.
Ia menduga pemerintah akan melakukan impor bahan baku pakan ternak, sebagai solusi. Namun, ia tetap berharap komoditi yang diimpor adalah jagung, bukan gandum. "Pemerintah keliatannya akan mengijinkan impor ‘feed wheat’. Namun menurut saya daripada impor ‘feed wheat’ lebih baik impor jagung. Karena ‘wheat’ atau gandum kan tidak bisa ditanam di Indonesia," ujarnya.
Secara tidak langsung, kata dia sejak dihentikannya impor jagung untuk pakan, maka pabrik pakan ternak berusaha keras mengurangi ketergantungan terhadap jagung. Peternak ayam, baik layer (petelur) atau broiler (pedaging), beralih ke subtitusi lain seperti gandum dan produk dari pengolahan gandum.
ADVERTISEMENT
Sudirman juga khawatir akhir tahun ini, hingga awal tahun depan, mahalnya harga jagung akan terus memburuk, alias harga makin tinggi. Ia mengatakan, konsumen ayam dan telur lebih memilih daging ayam yang kakinya berwarna kuning. Lalu juga telur yang warna kuningnya lebih terang. "Kalau pakan jagung udah alami warnanya kuning. Kalau pakai gandum, ayam kakinya putih, kita harus tambah zat aditif, itu harganya mahal juga," tuturnya lagi
Sebaliknya, Kementerian Pertanian menyanggah keterbatasan pasokan jagung di pasar. Kementerian ini menilai hasil panen lokal mencukupi, termasuk untuk kebutuhan pakan ternak. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menuturkan, masalah terjadi pada distribusi jagung.
Lantaran sentra produksi jagung berjauhan dengan tempat produksi pakan ternak sehingga mempengaruhi harga jagung."ini yang kita harapkan ke depan, industri pakan itu bisa enggak mendekat kepada sentra produksi jagung. Sehingga itu akan memudahkan distribusinya nanti," tutur Agung
ADVERTISEMENT
Agung berdalih urusan distribusi pangan termasuk jagung bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementan, melainkan kementerian lain. Seperti Kementerian Perdagangan, PUPR  hingga Kementerian Perhubungan.kbc11