Soetrisno Bachir: Masyarakatnya egaliter, peluang bisnis di Jatim sangat banyak

Konten Media Partner
24 Mei 2018 12:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
JAKARTA, kabarbisnis.com: Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir mendorong generasi muda untuk menjadi pengusaha yang andal, dan tak putus asa dengan kegagalan.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikannya saat memberi kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair), di Surabaya, Selasa (22/5/2018).
"Tipsnya jadi pengusaha itu harus bangkrut berkali-kali. Tapi bukan berarti kalau bangkrut itu langsung gagal," ujarnya.
Pernyataan Soetrisno ini bukan tanpa sebab, pasalnya dia sendiri mengaku telah merasakan berpuluh kali kegagalan sebelum berada di posisinya kini. Namun baginya, dari kegagalan selalu ada pelajaran yang dipetik untuk meraih kesuksesan.
"Saya ini sudah bangkrut berpuluh-puluh kali. Itu harus dialami. Dari kegagalan kita akan bisa menjadi berhasil," lanjut mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Menurutnya, di Jawa Timur ini terdapat banyak sekali peluang bagi pengusaha yang ingin memulai karirnya. Dia menilai, Jatim adalah provinsi dengan masyarakat yang egaliter.
ADVERTISEMENT
"Jadilah pengusaha dulu, jatuh bangun itu pasti dialami, yang penting tidak boleh putus asa. Karena di Jatim ini peluang bisnisnya lebih banyak, masyarakatnya egaliter," tambahnya.
Tak hanya di Jatim, bagi Soetrisno, Indonesia memiliki peluang yang sangat apik bagi pengusaha. Menurutnya, menjadi pengusaha di Indonesia memiliki lebih banyak kesempatan sukses dibandingkan dengan menjadi pengusaha di China, Korea hingga Jepang. Sutrisno menyebut beberapa hal yang menjadi faktornya.
"Menjadi pengusaha di Indonesia itu memiliki kesempatan lebih besar sukses dibandingkan menjadi pengusaha di China, Jepang, Bangladesh, Korea. Mereka ndak mempunyai geografis seperti yang kita punya, alamnya sudah bagus subur, pasarnya atau manusianya banyak, kemudian geo strategi kita berada di persimpangan perdagangan dunia," papar Soetrisno.
ADVERTISEMENT
Namun, dia menyayangkan rendahnya peminat masyarakat Indonesia menjadi pengusaha yang ada di kisaran 1,6%. Padahal, di negeri tetangga, presentase pengusahanya sudah mencapai kisaran 5%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wirausaha di Indonesia baru berkisar 3% dari jumlah penduduk. Angka tersebut masih lebih sedikit jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia dengan 5%, Singapura 7%, atau Jepang 11%.
Selain itu, Berdasarkan hasil rilis Global Entrepreneurship Index 2017 yang dilakukan The Global Entrepreneurship and Development Institute, Amerika Serikat menyebutkan secara global, Indonesia menempati peringkat ke-90 dari 137 negara.
Maka dari itu, Soetrisno mengajak para anak muda Indonesia untuk merubah pola pikir mereka dari konsumen menjadi produsen. Dia menambahkan, anak muda Indonesia harus mulai berani untuk keluar dari zona nyaman dan memulai usaha sendiri.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, berkali-kali dia mengimbau mahasiswa yang menjadi calon pengusaha untuk berani membuka usaha dan berani gagal kala menghidupkan usaha tersebut. Soetrisno juga yakin, Indonesia bisa menjadi negara kaya melampaui Amerika jika angka pengusahanya tinggi.
"Kita bisa menjadi negara yang besar, negara yang kaya seperti Amerika itu bisa. Tapi syaratnya itu harus banyak pengusahanya. Karena mereka menjadi lokomotif perubahan," harapnya.
Munculnya perusahaan-perusahaan rintisan atau startup juga bisa menjadi peluang untuk generasi muda indonesia untuk mulai berwirausaha. Apalagi, merajuk dari data pertumbuhan pengguna internet memicu tumbuhnya pelaku startup atau usaha pemula yang berbasis internet.
Pada 2016 tercatat ada 132,7 juta orang pengguna internet dari 262 juta penduduk Indonesia. Jumlah ini naik menjadi 143,26 juta pengguna internet pada 2017.
ADVERTISEMENT